Selasa, 15 Maret 2016

PENDIDIKAN PADA FASE MEKKAH DAN MADINAH

A.    TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PADA FASE MEKKAH DAN MADINAH
1Pendidikan di zaman rasulullah saw dapat dibagi kedalam duan tahapan . yaitu tahapan pendidikan yang dilaksanakan di mekkah dan tahapan pendidikan yang dilaksanakan di madinah
Mekkah adalah kota suci umat islam. Tempat berdirinya kabah. Tempat umat islam melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun islam yang kelima. Pendidikan yang berlangsung dimekkah dapat diketahui dari visi, dan misi, tujuan,sasaran pendidikan kurikulum, metode, pendekatan dalam pembelajaran sarana dan prasarana dan evaluasi.
Visi pendidikan di mekkah yaitu “Unggul dalam bidang akhlak dan akhlak sesuai dengan nilai-nilai islam” dan adapun misi hal ini dapat di pahami dari
$pkšr'¯»tƒ ã@ÏiB¨ßJø9$# ÇÊÈ   ÉOè% Ÿ@ø©9$# žwÎ) WxÎ=s% ÇËÈ   ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr& óÈà)R$# çm÷ZÏB ¸xÎ=s% ÇÌÈ   ÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ   $¯RÎ) Å+ù=ãZy šøn=tã Zwöqs% ¸xÉ)rO ÇÎÈ  
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
QS Mujammil (73):1-5
Dan adapun tujuan pendidikan di mekkah adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, sebagai landasan bagi mereka menjalani kehidupannya dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tujuan ini sesuai dengan di turunkannya al-quran yang antara lain memberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman
Lahirnya visi misi dan tujuan pendidikan di mekkah itu tidak dilepaskan dari keadaan masyarakat mekkah yang pada saat itu masih belum mengenal agama yang hakiki. Mereka masih menganut agama nenek moyang nya yaitu agama musrik yang menyembah bayak tuhan yang dibuat oleh mereka sendiri[1].
2 Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya kepada tiga tahap. Tahap Rahasia dan Perorangan Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation), al-qur’an surat 96, ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosiopolitik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zait bin Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya, yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya, Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat suku Quraisy saja, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin jahrah, Arqam bin Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut dengan Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam bin Arqam.
Tahap Terang-terangan Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di Bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di hari kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengetahui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad, untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya. Perihal dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauanseruan dakwah. Karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang masuk Islam.
Di samping itu , keberadaan rumah Arqam bin Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam telah diketahuin oleh kuffar Quraisy. 3. Tahap Untuk Umum Hasil seruan dakwah yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimalsesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala’internasional’ tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat Al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji.
Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jama’ah dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Mekkah. Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor: (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang rasul; (2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi; (3) konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka[2]

B.     LEMBAGA PENDIDIKAN DAN SISTEM PEMBELAJARAN
 3Lembaga pendidikan Islam pada fase Mekah , ada dua macam/tempat, yaitu: Rumah Arqam bin Arqam dan Kuttab. Dalam sejarah pendidikan Islam istilah kuttabtelah dikenal dikalangan bangsa Arab pra Islam. Ahmad Syalahy mengatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu: pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Pada mulanya pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar mesjid. Materi yang diajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik.
Adapun penggunaan al-qur’an sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Qur’an telah banyak, dan terutama setelah kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifahan ‘Usman bin Affan’. Kebanyakan guru kuttab pada masa awal Islam adalah nonmuslim, sebab muslim yang dapat dan menulis yang jumlahnya masih sangat sedikit sibuk dengan pencatatan wahyu. Kedua, sebagai pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama islam. Pengajaran teks al-Qur’an pada jenis kuttab kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafal al-Qur’an telah banyak). Guru yang mengajarkannya adalah dari umat islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis.
Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupannya, materi tambahannya adalah menunggang kuda dan berenang. Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke madinah, salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah mesjid. Meskipun demikian, eksistensi kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah, misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosiopolitik, tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Mekkah seperti materi Tauhid dan Akidah.
Dalam sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Mekkah (QS. At-Taubah:108). Rasulullah membangun sebelah utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang disebut al-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan “ahli suffah.” Pembangunan masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya sebagai tempat beribadah kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam[3].

C.     MATERI DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
4Kurikulum pendidikan di mekkah berisi materi pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan akhlak mulia dalam arti yang luas. Yakni akidah yang dapat merubah keyakinan dan pola fikir mereka . selain berisi tentang akidah kurikulum pendidikan di mekkah juga berisi ajaran tentang poko-poko agama agama dan baca al-quran keadaan kurikulum atau pelajaran yang ada dimekkah yang demikian itu selain sebagai pengaruh masyarakat mekkah yang belum tau akidah , akhlah dan amal ibadah juga karena masyarakat masih tergolong sederhana ilmu pengetahuan dan ilmu umum belum berkembang [4]
5Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Mekkah maupun di Madinah adalah al-Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam saat itu. Karena itu, dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan ke dalam sikap hidup yang bermental dan semangat yang tangguh, tabah, dan sabar tetapi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya ternyata mereka ini merupakan kader inti mubaligh dan pendidik pewaris Nabi yang brilian dan militan dalam menghadapi segala tantangan dan cobaan. Rasulullah juga menyuruh para sahabat untuk mempelajari bahasa asing. Rasulullah berkata kepada zaid bin Tsabit: “ Saya hendak berkirim surat kepada kaum suryani, saya khawatir kalau mereka menambah-nambah atau mengurangi, sebab itu hendaklah engkau mempelajari bahasa suryani (bahasa Yahudi).” Lalu Zaid bin Tsabit mempelajari bahasa yahudi itu, sehingga ia menjadi ahli dalam bahasa itu.
Statement ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam sifatnya universal, berlaku untuk semua umat di dunia, bukan hanya untuk masyarakat Mekkah dan Madinah. Di samping itu, pernyataan Rasulullah tersebut menunjukkan, bahwa materi pelajaran yang berasal dari dunia luarbukan barang haram bagi Islam-artinya sesuatu yang tidak boleh dipelajari, akan tetapi hal yang wajib dilakukan untuk pengembangan dakwah dan pendidikan Islam ke dunia luar Islam[5].
6Sasaran  pendidikan di mekkah bermula dari keluarga terdekat dan selanjutnya diikuti oleh keluarga jauh dan masyarakat pada umumnya. Mereka itu adalah khadijah ( isteri rasulullah ) Ali bin Abi Thalib ( saudara sepupu) Zaid (dan umu aiman. Setelah itu melalui abu bakar berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya seperti utsman bin afan, Zubair bin awwam, Abdurahman bin auf, sa’ad bin waqas dan Thalhah bin ubaidillah. Dan selain itu juga ssaran pendidikan yaitu sejumlah penduduk yatsrib yang berhijrah ke mekkah yang terdiri dari kaum Aus dan Khazraj masuk islam
Tenaga pendidik yang mnenjadi pendidik di mekkah pada saat itu adalah Nabi Muhammad saw sendiri hal itu sesuai dengan perintah allah SWT

$uZ­/u ô]yèö/$#ur öNÎgÏù Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ y7ÏG»tƒ#uä ÞOßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkŽÏj.tãƒur 4 y7¨RÎ) |MRr& âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ  
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
QS (Al-Baqarah (2): 129)

uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ  
 Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
QS Al-Jumuah (62):2)

Dua ayat tersebut berisi fungsi Rasulullah saw yaitu yatlu (membacakan) yu’alimu (mengajarkan) dan yuzaky (menyucikan
Metode dan pendekatan pembelajaran di jelaskan dalam QS Al-Quran[6]

$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  
Hai orang yang berkemul (berselimut),bangunlah, lalu berilah peringatan!3. dan Tuhanmu agungkanlah!4. dan pakaianmu bersihkanlah,5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
QS Mudatsir 1-7

D.    METODE PENGAJARAN RASULULLAH
4Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan rasulullah menggunakan berbagai macam metode yang sesui dengan fitrah manusia yakni sebagai mahluk yang memiliki bergai kekurangan dan kelebihan oleh karena itu rasulullah menggunakn metode ceramah, diskusi , musyawarah, Tanya jawab, bimbingan, teladan demonsterasi, bercerita hafalan, penugasan, dan adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fitrah yakni memberikan ajaran sesuai dengan kemampuan intelektual dan kecerdasan peserta didik latar belakang frofesinya serta situasi dan kondisi yang menyertainya
Lembaga pendidikan rumah merupakan tempat pendidikan awal yang di perkenalkan ketika islam mulai berkembang di mekkah Rasulullah menggunakan rumah arqam bin abi al-arqam al-safa sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan para sahabat. Di dar al-arqam rasulullah mengajarkan wahyu yang di terimanya kepada kaum muslimin beliau juga yang membimbing mereka menghafal , menghayati, mengamalkan ayat-ayat yang turun kepadanya dan juga masjidil haram salah satu tempat beliau melakukan proses dakwan dan mengajar dan adapun pembiayanan berasal  dari bantuan dan dukungan pamannya Abu thalib dan penanaman [7]
8Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan bermacam metode. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Diantara metode yang diterapkan Rasulullah adalah: (1) metode ceramah; (2) dialog; (3) diskusi atau tanya jawab; (4) metode demonstrasi; (5) metode eksperimen; (6) metode sosiodrama, dan bermain peranan[8].

E.     EVALUASI
9Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, Rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas.
Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-Qur’an di hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Nabi juga mengevaluasi kemampuan sahabat untuk dijadikan utusan ke suatu daerah mengajarkan agama Islam, misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’adz bin Jabal, ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman. Rasulullah bertanya kepada Mu’adz bagaimana ia memutuskan suatu perkara yang muncul di tengah-tengah umat. Mu’adz menjawab apabila hendak memutuskan suatu perkara, pertama kali berlandaskan kepada Al-Qur’an, bila didapati dalam al-Qur’an baru memutuskan berdasarkan Hadits Rasulullah.
Apabila tidak di dapati pada keduanya kemudian memutuskannya menggunakan metode ijtihad. Rasulullah senyum tanda menyetujui dan percaya akan kompetensi Mu’adz sebagai utusan ke negeri Yaman. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsung kepada Rasulullah[9]
10evaluasi pembelajaran bukan dengan bentuk ujian sepeti pada saat ini yakni dengan pengamalan ajaran yang disampaikan Rasulullah [10]



F.      PENDIDIKAN DI MADINAH
Madinah adalah sebuah kota dalamn wilayahkekuasaan pemerintah Kerajaan Arab Saudi sekaramng. Kota ini dikenal sebagai tanah suci kedua umat islam. Pada zaman Nabi MuhammadSAW dan al-khulafa al-Rasyidin, kota ini menjadi pusat dakwah, pusat pengajaran, dan pemerintahan islam. Dari kota inilah islam memancar ke berbagai penjuru semenanjung Arab dan kemudian keseluruh dunia.
Sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, nama kota itu adalah yatsrib. Setelah Nabi SAW hijrah, pada tanggal 22 september 622 M, kota itu diubah namanya menjadi Madinah al-Nabi atau al-Madinah al-Munawwarah.
a)      Visi, Misi Dan Tujuan Pendidikan Di Madinah
Visi pendidikan di Madinah atau sesudah hijrah adalah “unggul dalam bidang keagamaan atau moral, social ekonomi, dan kemasyarakatan, serta penerapannya dalam kehidupan.
Visi ini sejalan dengan ayat Al-Qur’an yang turun di madinah yang menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Misalnya ayat
(QS. At-Taubah (9): 13-14).
            Sejalan dengan visi tersebut, maka pendidikan yang berlangsung di Madinah memiliki misi:
1)      Memberikan bimbingan kepada kaum Muslimin menuju jalan yang diridhai Tuhan
2)      Mendorong kaum muslimin berjihad di jalan Allah
3)      Memberikan didikan akhlak yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi (kalah, menang, bahagia, aman, sengsara, takut)
4)      Mengajak kelompok diluar islam (Yahudi dan Nasrani) agar mematuhi dan menjalankan agamanya dengan saleh, sehingga mereka dapat hidup tertib dan berdampingan dengan umat islam
5)      Menyesuaikan didikan dan dakwah dengan keadaan masyarakat masa itu.
Dengan demikian, maka tujuan pendidikan yang diselenggaraka di Madinah adalah membentuk masyarakat yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan cita-cita islam, yakni mewujudkan masyarakat yang dirihai Allah SWT dengan cara menjalankan syariat islam seutuhnya. Atas dasar tujuan ini, maka pendidikan islam berperan mewujudkan sistem dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan ajaran dan nilai-nilai islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad SAW, yang dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
       
b)      Kurikulum Pendidikan
kurikulum pendidikan di Madinah selain berisi materi pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan akhlak, juga pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antarkaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga, kaum kerabat, pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid, pendidikan shalat, pendidikan adab sopan santun, pendidikan kepribadian dan pendidikan pertahanan keamanan.
c)      Sasaran (Peserta Didik)
Peserta didik di Madinah jauh lebih banyak dibandingkan peserta didik yang ada di Mekkah. hal ini terjadi karena ketika di madinah, Nabi Muhammad SAW sudah memiliki otoritas yang lebih luas, baik sebagai kepala agama, maupun sebagai kepala negara. Syaikh Ahmad Farid dalam bukunya Min A’lam al-Salaf, menyebutkan adanya sejumlah sahabat sebanyak 60 orang. Di antaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Siti Aisyah, Abu Hurairah, Abu Dzal al-Ghifari, Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr.
d)     Tenaga Pendidik
Yang menjadi pendidk di Madinah pada saat itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri yang pada selanjutnya dibantu oleh para sahabat terkemuka sebagaimana tersebut di atas. Dari para sahabat ini berguru para tabi’in dan selanjutnya menjadi ulama. mereka itu antara lain, Masruk bin al-Ajda, Saib bin al-Musayyab, Urwah bin Zubair, Said bin al-Zubair, Umar bin Abul Azis, Amir bin Syarahil, Thawus bin Khaisan, al-Hasan al-Basri, Muhammad bin Sirin, Imam al-Zuhri, Ayyub bin Sakhtiani, Sulaiman bin mihran, abu hanifah an-nu’man bin tsabit, abdurrahman bin amr al-auza’i, sufyan al-tsauri, muhammad bin salamah, al-laits bin sa’ad,muhammad bin zaid, malik bin anas, dan waqi’ bin al-jarrah.
Sebagai seorang guru Rasullah SAW sendiri memiliki sifat-sifat sebagai seorang guru profesional yaitu memiliki kompetensi akademi, yakni menguasai pelajaran dengan baik, kompetensi pedaggis yaitu menguasai teknik penyampaian pelajaran dengan efisien dan efektif dan memengaruhi dan membentuk kepribadian siswa dengan baik, memiliki kompetensi kepribadian dan akhlak mulia, serta memiliki kompetensi sosial, yakni kemampuan berkomunikasi dan kerjasama yang baik dengan para siswa, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya. selain itu seorang guru haru tampil bersih dan rapi, juga senantiasa menjaga dan memelihara kesehatan.
e)      Metode Dan Pendekatan Pembelajaran
Pada dasarnya metode pengajaran yang dilakukan di Madinah sama dengan yanag dilakukan di Mekkah , yakni dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan fitrah manusia, Nabi Muhammad SAW menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan, dan bermain peran. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fitrah, yakni memberikan ajaran sesuai dengan kemampuan intelektual dan kecerdasan peserta didik. Dengan pendekatan fitrah ini, maka pendidikan akan berlangsung dalam suasana yang menggembirakan dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan salah satu ucapannya “ mudahkanlah dan janganlah menyulitkannya (yassiru wa laa tu’assiru), gembirakannya dan janganlah menyedihkannya (basysyru wa laa tunadzdziru).”
f)       Lembaga Pendidikan
·         Masjid
·         Al-Suffah
·         Kuttab[11]  





[1] Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,77
[2] sejarah pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri. Hal,5,3,6

[3] sejarah pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri,hal,7,9
[4] Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,81
[5] sejarah pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri,hal,11,12
[6] Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,83
[7] Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,85
[8] sejarah pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri,hal,16
[9] sejarah pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri,22,23
[10] Sejarah pendidikan islam,PROF.DR.H.ABUDDIN NATA, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,88
[11] Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media group Jakarta hal,89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar