A. TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PADA FASE MEKKAH DAN MADINAH
1Pendidikan di
zaman rasulullah saw dapat dibagi kedalam duan tahapan . yaitu tahapan
pendidikan yang dilaksanakan di mekkah dan tahapan pendidikan yang dilaksanakan
di madinah
Mekkah adalah kota suci umat islam. Tempat
berdirinya kabah. Tempat umat islam melaksanakan ibadah haji yang merupakan
rukun islam yang kelima. Pendidikan yang berlangsung dimekkah dapat diketahui
dari visi, dan misi, tujuan,sasaran pendidikan kurikulum, metode, pendekatan dalam
pembelajaran sarana dan prasarana dan evaluasi.
Visi pendidikan di mekkah yaitu “Unggul dalam bidang
akhlak dan akhlak sesuai dengan nilai-nilai islam” dan adapun misi hal ini
dapat di pahami dari
$pkr'¯»t
ã@ÏiB¨ßJø9$#
ÇÊÈ ÉOè% @ø©9$# wÎ)
WxÎ=s%
ÇËÈ ÿ¼çmxÿóÁÏoR Írr&
óÈà)R$#
çm÷ZÏB ¸xÎ=s%
ÇÌÈ ÷rr& ÷Î
Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$#
¸xÏ?ös? ÇÍÈ $¯RÎ) Å+ù=ãZy øn=tã Zwöqs% ¸xÉ)rO
ÇÎÈ
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. bangunlah (untuk sembahyang) di
malam hari kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. atau lebih dari seperdua itu.
dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
QS Mujammil (73):1-5
Dan
adapun tujuan pendidikan di mekkah adalah membentuk manusia yang beriman,
bertakwa dan berakhlak mulia, sebagai landasan bagi mereka menjalani
kehidupannya dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tujuan ini
sesuai dengan di turunkannya al-quran yang antara lain memberi petunjuk bagi
orang-orang yang beriman
Lahirnya
visi misi dan tujuan pendidikan di mekkah itu tidak dilepaskan dari keadaan
masyarakat mekkah yang pada saat itu masih belum mengenal agama yang hakiki.
Mereka masih menganut agama nenek moyang nya yaitu agama musrik yang menyembah
bayak tuhan yang dibuat oleh mereka sendiri[1].
2 Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan
dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam
hal ini penulis membaginya kepada tiga tahap. Tahap Rahasia dan Perorangan Pada
awal turunnya wahyu pertama (the first revelation), al-qur’an surat 96, ayat
1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat
kondisi sosiopolitik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan
keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah, untuk
beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh anak
angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zait bin Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya, yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya, Abu
Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara
meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat suku Quraisy saja,
seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin
Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin jahrah, Arqam bin Arqam,
Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya, mereka semua
tahap awal ini disebut dengan Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang
mula-mula masuk islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan
Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam bin Arqam.
Tahap Terang-terangan Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di Bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di hari kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengetahui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad, untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya. Perihal dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauanseruan dakwah. Karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang masuk Islam.
Tahap Terang-terangan Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di Bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di hari kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengetahui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad, untuk inikah kamu mengumpulkan kami?” Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya. Perihal dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauanseruan dakwah. Karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang masuk Islam.
Di samping itu , keberadaan rumah
Arqam bin Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam telah diketahuin
oleh kuffar Quraisy. 3. Tahap Untuk Umum Hasil seruan dakwah yang terfokus
kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimalsesuai dengan apa yang
diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang
terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara
keseluruhan. Seruan dalam skala’internasional’ tersebut, didasarkan kepada
perintah Allah, surat Al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah
tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji.
Pada awalnya tidak banyak yang
menerima, kecuali sekelompok jama’ah dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang
menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar
Mekkah. Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias
tersebut dikarenakan beberapa faktor: (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan
lahirnya seorang rasul; (2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman
dari kelompok Yahudi; (3) konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan
dalam rentang waktu yang yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan
seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka[2]
B. LEMBAGA PENDIDIKAN DAN SISTEM PEMBELAJARAN
3Lembaga pendidikan Islam pada fase
Mekah , ada dua macam/tempat, yaitu: Rumah Arqam bin Arqam dan Kuttab. Dalam
sejarah pendidikan Islam istilah kuttabtelah dikenal dikalangan bangsa Arab pra
Islam. Ahmad Syalahy mengatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan
terbagi dua, yaitu: pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan
teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim.
Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya
mengajarkan baca tulis. Pada mulanya pendidikan kuttab berlangsung di
rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar mesjid. Materi yang diajarkan
dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang
mengandung nilai-nilai tradisi yang baik.
Adapun penggunaan al-qur’an
sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika jumlah kaum muslimin
yang menguasai al-Qur’an telah banyak, dan terutama setelah kegiatan kodifikasi
pada masa kekhalifahan ‘Usman bin Affan’. Kebanyakan guru kuttab pada masa awal
Islam adalah nonmuslim, sebab muslim yang dapat dan menulis yang jumlahnya
masih sangat sedikit sibuk dengan pencatatan wahyu. Kedua, sebagai pengajaran
al-Qur’an dan dasar-dasar agama islam. Pengajaran teks al-Qur’an pada jenis
kuttab kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafal
al-Qur’an telah banyak). Guru yang mengajarkannya adalah dari umat islam
sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab tingkat
pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis.
Pada jenis yang kedua ini siswa
diajari pemahaman al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu
gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Sementara kuttab yang didirikan oleh
orang-orang yang lebih mapan kehidupannya, materi tambahannya adalah menunggang
kuda dan berenang. Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke madinah, salah
satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah mesjid. Meskipun
demikian, eksistensi kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap
dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih
dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah,
misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosiopolitik, tanpa
meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Mekkah seperti materi Tauhid
dan Akidah.
Dalam sejarah Islam, masjid yang
pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan
kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Mekkah (QS.
At-Taubah:108). Rasulullah membangun sebelah utara Masjid Madinah dan Masjid
Al-Haram yang disebut al-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin
yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan “ahli suffah.” Pembangunan
masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat
Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya sebagai
tempat beribadah kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid
dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam[3].
C. MATERI DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
4Kurikulum
pendidikan di mekkah berisi materi pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan
akhlak mulia dalam arti yang luas. Yakni akidah yang dapat merubah keyakinan
dan pola fikir mereka . selain berisi tentang akidah kurikulum pendidikan di
mekkah juga berisi ajaran tentang poko-poko agama agama dan baca al-quran
keadaan kurikulum atau pelajaran yang ada dimekkah yang demikian itu selain sebagai
pengaruh masyarakat mekkah yang belum tau akidah , akhlah dan amal ibadah juga
karena masyarakat masih tergolong sederhana ilmu pengetahuan dan ilmu umum
belum berkembang [4]
5Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di
Mekkah maupun di Madinah adalah al-Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan
kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam saat itu.
Karena itu, dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara
fitrah dan pragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari
sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan ke dalam sikap hidup
yang bermental dan semangat yang tangguh, tabah, dan sabar tetapi aktif dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam perkembangan sejarah
selanjutnya ternyata mereka ini merupakan kader inti mubaligh dan pendidik
pewaris Nabi yang brilian dan militan dalam menghadapi segala tantangan dan
cobaan. Rasulullah juga menyuruh para sahabat untuk mempelajari bahasa asing.
Rasulullah berkata kepada zaid bin Tsabit: “ Saya hendak berkirim surat kepada
kaum suryani, saya khawatir kalau mereka menambah-nambah atau mengurangi, sebab
itu hendaklah engkau mempelajari bahasa suryani (bahasa Yahudi).” Lalu Zaid bin
Tsabit mempelajari bahasa yahudi itu, sehingga ia menjadi ahli dalam bahasa
itu.
Statement ini menunjukkan bahwa
pendidikan Islam sifatnya universal, berlaku untuk semua umat di dunia, bukan
hanya untuk masyarakat Mekkah dan Madinah. Di samping itu, pernyataan
Rasulullah tersebut menunjukkan, bahwa materi pelajaran yang berasal dari dunia
luarbukan barang haram bagi Islam-artinya sesuatu yang tidak boleh dipelajari,
akan tetapi hal yang wajib dilakukan untuk pengembangan dakwah dan pendidikan
Islam ke dunia luar Islam[5].
6Sasaran
pendidikan di mekkah bermula dari
keluarga terdekat dan selanjutnya diikuti oleh keluarga jauh dan masyarakat
pada umumnya. Mereka itu adalah khadijah ( isteri rasulullah ) Ali bin Abi
Thalib ( saudara sepupu) Zaid (dan umu aiman. Setelah itu melalui abu bakar
berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya seperti utsman bin afan, Zubair
bin awwam, Abdurahman bin auf, sa’ad bin waqas dan Thalhah bin ubaidillah. Dan
selain itu juga ssaran pendidikan yaitu sejumlah penduduk yatsrib yang
berhijrah ke mekkah yang terdiri dari kaum Aus dan Khazraj masuk islam
Tenaga pendidik yang mnenjadi pendidik di mekkah
pada saat itu adalah Nabi Muhammad saw sendiri hal itu sesuai dengan perintah
allah SWT
$uZ/u
ô]yèö/$#ur
öNÎgÏù
Zwqßu
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Gt
öNÍkön=tæ
y7ÏG»t#uä
ÞOßgßJÏk=yèãur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur
öNÍkÏj.tãur
4 y7¨RÎ)
|MRr&
âÍyèø9$#
ÞOÅ3ysø9$#
ÇÊËÒÈ
Ya
Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
QS (Al-Baqarah
(2): 129)
uqèd
Ï%©!$#
y]yèt/
Îû
z`¿ÍhÏiBW{$#
Zwqßu
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Ft
öNÍkön=tã
¾ÏmÏG»t#uä
öNÍkÏj.tãur
ãNßgßJÏk=yèãur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur
bÎ)ur
(#qçR%x.
`ÏB
ã@ö6s%
Å"s9
9@»n=|Ê
&ûüÎ7B
ÇËÈ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum
yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata,
QS Al-Jumuah
(62):2)
Dua
ayat tersebut berisi fungsi Rasulullah saw yaitu yatlu (membacakan) yu’alimu
(mengajarkan) dan yuzaky (menyucikan
Metode
dan pendekatan pembelajaran di jelaskan dalam QS Al-Quran[6]
$pkr'¯»t
ãÏoO£ßJø9$#
ÇÊÈ óOè%
öÉRr'sù
ÇËÈ y7/uur
÷Éi9s3sù
ÇÌÈ y7t/$uÏOur
öÎdgsÜsù
ÇÍÈ tô_9$#ur
öàf÷d$$sù
ÇÎÈ wur
`ãYôJs?
çÏYõ3tGó¡n@
ÇÏÈ Îh/tÏ9ur
÷É9ô¹$$sù
ÇÐÈ
Hai
orang yang berkemul (berselimut),bangunlah, lalu berilah peringatan!3. dan
Tuhanmu agungkanlah!4. dan pakaianmu bersihkanlah,5. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah,6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak.7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.
QS Mudatsir 1-7
D. METODE PENGAJARAN RASULULLAH
4Pengajaran
dan pendidikan yang dilakukan rasulullah menggunakan berbagai macam metode yang
sesui dengan fitrah manusia yakni sebagai mahluk yang memiliki bergai
kekurangan dan kelebihan oleh karena itu rasulullah menggunakn metode ceramah,
diskusi , musyawarah, Tanya jawab, bimbingan, teladan demonsterasi, bercerita
hafalan, penugasan, dan adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
fitrah yakni memberikan ajaran sesuai dengan kemampuan intelektual dan
kecerdasan peserta didik latar belakang frofesinya serta situasi dan kondisi
yang menyertainya
Lembaga pendidikan rumah merupakan tempat pendidikan
awal yang di perkenalkan ketika islam mulai berkembang di mekkah Rasulullah
menggunakan rumah arqam bin abi al-arqam al-safa sebagai tempat pertemuan dan
pengajaran dengan para sahabat. Di dar al-arqam rasulullah mengajarkan wahyu
yang di terimanya kepada kaum muslimin beliau juga yang membimbing mereka
menghafal , menghayati, mengamalkan ayat-ayat yang turun kepadanya dan juga masjidil
haram salah satu tempat beliau melakukan proses dakwan dan mengajar dan adapun
pembiayanan berasal dari bantuan dan
dukungan pamannya Abu thalib dan penanaman [7]
8Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam
mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan bermacam metode. Hal ini
dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Diantara metode
yang diterapkan Rasulullah adalah: (1) metode ceramah; (2) dialog; (3) diskusi
atau tanya jawab; (4) metode demonstrasi; (5) metode eksperimen; (6) metode
sosiodrama, dan bermain peranan[8].
E. EVALUASI
9Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat
atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi SAW juga
mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat,
Rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama atau
dalam menjalankan tugas.
Untuk melihat hasil pengajaran
yang dilaksanakan, Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan
cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-Qur’an di hadapannya dengan
membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Nabi juga mengevaluasi
kemampuan sahabat untuk dijadikan utusan ke suatu daerah mengajarkan agama
Islam, misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’adz bin Jabal, ketika Mu’adz
akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman. Rasulullah bertanya kepada Mu’adz
bagaimana ia memutuskan suatu perkara yang muncul di tengah-tengah umat. Mu’adz
menjawab apabila hendak memutuskan suatu perkara, pertama kali berlandaskan
kepada Al-Qur’an, bila didapati dalam al-Qur’an baru memutuskan berdasarkan
Hadits Rasulullah.
Apabila tidak di dapati pada
keduanya kemudian memutuskannya menggunakan metode ijtihad. Rasulullah senyum
tanda menyetujui dan percaya akan kompetensi Mu’adz sebagai utusan ke negeri
Yaman. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah
hukum secara langsung kepada Rasulullah[9]
10evaluasi
pembelajaran bukan dengan bentuk ujian sepeti pada saat ini yakni dengan
pengamalan ajaran yang disampaikan Rasulullah [10]
F. PENDIDIKAN
DI MADINAH
Madinah adalah sebuah kota dalamn wilayahkekuasaan
pemerintah Kerajaan Arab Saudi sekaramng. Kota ini dikenal sebagai tanah suci
kedua umat islam. Pada zaman Nabi MuhammadSAW dan al-khulafa al-Rasyidin, kota
ini menjadi pusat dakwah, pusat pengajaran, dan pemerintahan islam. Dari kota
inilah islam memancar ke berbagai penjuru semenanjung Arab dan kemudian
keseluruh dunia.
Sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, nama kota itu
adalah yatsrib. Setelah Nabi SAW hijrah, pada tanggal 22 september 622 M, kota
itu diubah namanya menjadi Madinah al-Nabi atau al-Madinah al-Munawwarah.
a)
Visi, Misi Dan
Tujuan Pendidikan Di Madinah
Visi pendidikan di Madinah atau sesudah hijrah
adalah “unggul dalam bidang keagamaan atau moral, social ekonomi, dan
kemasyarakatan, serta penerapannya dalam kehidupan.
Visi ini sejalan dengan ayat Al-Qur’an yang turun di
madinah yang menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat untuk menerapkan
ajaran agama dalam kehidupan. Misalnya ayat
(QS.
At-Taubah (9): 13-14).
Sejalan
dengan visi tersebut, maka pendidikan yang berlangsung di Madinah memiliki
misi:
1) Memberikan
bimbingan kepada kaum Muslimin menuju jalan yang diridhai Tuhan
2) Mendorong
kaum muslimin berjihad di jalan Allah
3) Memberikan
didikan akhlak yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi
(kalah, menang, bahagia, aman, sengsara, takut)
4) Mengajak
kelompok diluar islam (Yahudi dan Nasrani) agar mematuhi dan menjalankan
agamanya dengan saleh, sehingga mereka dapat hidup tertib dan berdampingan
dengan umat islam
5) Menyesuaikan
didikan dan dakwah dengan keadaan masyarakat masa itu.
Dengan demikian, maka tujuan pendidikan yang
diselenggaraka di Madinah adalah membentuk masyarakat yang memiliki kesadaran
dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan cita-cita islam, yakni
mewujudkan masyarakat yang dirihai Allah SWT dengan cara menjalankan syariat
islam seutuhnya. Atas dasar tujuan ini, maka pendidikan islam berperan
mewujudkan sistem dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan ajaran dan
nilai-nilai islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi
Muhammad SAW, yang dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
b)
Kurikulum
Pendidikan
kurikulum pendidikan di Madinah selain berisi materi
pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan akhlak, juga pendidikan ukhuwah
(persaudaraan) antarkaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan
kesejahteraan keluarga, kaum kerabat, pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid,
pendidikan shalat, pendidikan adab sopan santun, pendidikan kepribadian dan
pendidikan pertahanan keamanan.
c)
Sasaran
(Peserta Didik)
Peserta didik di Madinah jauh lebih banyak
dibandingkan peserta didik yang ada di Mekkah. hal ini terjadi karena ketika di
madinah, Nabi Muhammad SAW sudah memiliki otoritas yang lebih luas, baik
sebagai kepala agama, maupun sebagai kepala negara. Syaikh Ahmad Farid dalam
bukunya Min A’lam al-Salaf, menyebutkan adanya sejumlah sahabat sebanyak 60
orang. Di antaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Siti Aisyah, Abu Hurairah, Abu Dzal al-Ghifari, Zaid bin Tsabit, Anas bin
Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr.
d)
Tenaga
Pendidik
Yang menjadi pendidk di Madinah pada saat itu adalah
Nabi Muhammad SAW sendiri yang pada selanjutnya dibantu oleh para sahabat
terkemuka sebagaimana tersebut di atas. Dari para sahabat ini berguru para
tabi’in dan selanjutnya menjadi ulama. mereka itu antara lain, Masruk bin
al-Ajda, Saib bin al-Musayyab, Urwah bin Zubair, Said bin al-Zubair, Umar bin
Abul Azis, Amir bin Syarahil, Thawus bin Khaisan, al-Hasan al-Basri, Muhammad
bin Sirin, Imam al-Zuhri, Ayyub bin Sakhtiani, Sulaiman bin mihran, abu hanifah
an-nu’man bin tsabit, abdurrahman bin amr al-auza’i, sufyan al-tsauri, muhammad
bin salamah, al-laits bin sa’ad,muhammad bin zaid, malik bin anas, dan waqi’
bin al-jarrah.
Sebagai seorang guru Rasullah SAW sendiri memiliki
sifat-sifat sebagai seorang guru profesional yaitu memiliki kompetensi akademi,
yakni menguasai pelajaran dengan baik, kompetensi pedaggis yaitu menguasai
teknik penyampaian pelajaran dengan efisien dan efektif dan memengaruhi dan
membentuk kepribadian siswa dengan baik, memiliki kompetensi kepribadian dan
akhlak mulia, serta memiliki kompetensi sosial, yakni kemampuan berkomunikasi
dan kerjasama yang baik dengan para siswa, orang tua siswa, dan masyarakat pada
umumnya. selain itu seorang guru haru tampil bersih dan rapi, juga senantiasa
menjaga dan memelihara kesehatan.
e)
Metode Dan
Pendekatan Pembelajaran
Pada dasarnya metode pengajaran yang dilakukan di
Madinah sama dengan yanag dilakukan di Mekkah , yakni dengan menggunakan
berbagai metode yang sesuai dengan fitrah manusia, Nabi Muhammad SAW
menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan,
teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan, dan bermain peran. Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fitrah, yakni memberikan ajaran
sesuai dengan kemampuan intelektual dan kecerdasan peserta didik. Dengan
pendekatan fitrah ini, maka pendidikan akan berlangsung dalam suasana yang
menggembirakan dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan salah satu ucapannya “
mudahkanlah dan janganlah menyulitkannya (yassiru wa laa tu’assiru),
gembirakannya dan janganlah menyedihkannya (basysyru wa laa tunadzdziru).”
f)
Lembaga
Pendidikan
·
Masjid
·
Al-Suffah
·
Kuttab[11]
[1]
Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,77
[2] sejarah
pendidikan islam Prof. Dr. H. Samsul
Nizar, M.Ag. (Menelusuri Jejak
Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar
Interpratama Mandiri. Hal,5,3,6
[3] sejarah pendidikan islam
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri
Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar
Interpratama Mandiri,hal,7,9
[4]
Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,81
[5] sejarah pendidikan islam
Prof. Dr. H. Samsul Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia) Jakarta: PT . Fajar Interpratama Mandiri,hal,11,12
[6]
Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,83
[7]
Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,85
[8] sejarah pendidikan islam
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri
Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar
Interpratama Mandiri,hal,16
[9] sejarah pendidikan islam
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag. (Menelusuri
Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) Jakarta: PT . Fajar
Interpratama Mandiri,22,23
[10]
Sejarah pendidikan islam,PROF.DR.H.ABUDDIN NATA, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,88
[11]
Sejarah pendidikan islam,Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A.kencana prenada media
group Jakarta hal,89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar