1.
Pengertian Penelitian Eksperimen
Eksperimen menurut Kerlinger (1986: 315)
adalah sebagai suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan
mengontrol satu atau lebih variable bebas dan melakukan pengamatan terhadap
variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan
manipulasi terhadap variabel bebas tersebut.
Sementra itu Isaac dan Michael (1977: 24)
menerangkan bahwa penelitian Eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan
sebab akibat dengan mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu atau
lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Sedangkan Robert Plutchik (1988: 213)
mengemukakan definisi eksperimen secara lebih singkat, adalah merupakan cara
mengatur kondisi suatu eksperimen untuk mengidentifikasi variable-variabel dan
menentukan sebab akibat suatu kejadian.[1]
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dimana
peneliti melakukan manipulasi secara sistematis untuk melihat hubungan sebab
akibat dari variable independen dan variable kontrol untuk tujuan penelitian.
2.
Karakteristik Penelitian Eksperimen
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik
penelitian eksperimen, yaitu:
- Manipulasi
Manipulasi langsung peneliti terhadap sekurangnya satu
variable bebas merupakan salah satu karekateristik yang membedakan semua
penelitian eksperimen dari metode lain. Secara sederhada, manipulasi
dimaksudkan bahwa peneliti memutuskan apa bentuk atau nilai-nilai variable
bebas (atau sebab) yang akan diambil dan kelompok mana akan mendapat bentuk
yang mana.
- Pengendalian
Ada dua asumsi yang menjadi dasar penelitian eksperimen,
yaitu sebagai berikut:
1) Apabila dua situasi sama dalam segala hal,
kecuali faktor yang ditambahkan ke atau dibuang dari salah satu situasi itu,
maka setiap perbedaan yang muncul diantara kedua situasi tersebut dapat
dikaitkan dengan faktor tersebut. Pernyataan ini disebut hokum variabel tunggal
(law of the single variable).
2)
Apabila
dua situasi tidak sama, tetapi dapat ditunjukkan bahwa tidak ada satu variabel
pun yang signifikan dalam menimbulkan gejala yang sedang diteliti, atau apabila
variabel yang signifikan itu dibuat sama, maka setiap perbedaan yang terjadi di
antara kedua situasi itu setelah dimasukkannya variabel baru ke dalam salah
satu diantaranya, dapat dianggap sebagai disebabkan oleh variabel baru
tersebut. Pernyataan ini disebut hukum satu-satunya variabel yang signifikan (the law of the only significant variable)(Ary,
1982:324).
Menurut
Gay (1981) pengendalian mengacu pada usaha-usaha pihak
peneliti untuk menyingkirkan pengaruh suatu variabel (selain variabel bebas)
yang dapat memengaruhi performansi pada variabel terikat. Dengan kata lain, mengontrol merupakan
usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat
mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group eksperimen
dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya
mendekati sama.
- Pengamatan (observasi)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu penelitian
eksperimen, perlu dilakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan pada ciri-ciri tingkah
laku subjek yang diteliti. Dalam melakukan pengamatan ini peneliti melakukan
pengukuran dengan menggunakan instrumen.
Tujuan dari kegiatan
observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala
fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group.
Adapun, ciri
khusus eksperimen (McMillan&Schumacher,1989) adalah sebagai berikut:
- Ekuvalensi statistik (persamaan data) dari subyek dalam
kelompok yang berbeda. Ekuvalensi statistic dapat diperoleh secara acak.
Ekuivalensi statistic dilakukan untuk mengurangi terjadinya ancaman
terhadap validitas internal dari seleksi.
- Adanya perbandingan antar dua kelompok atau lebih.
Dalam
eksperimen setidaknya ada dua kelompok subyek sehingga memungkinkan untuk
melakukan perbandingan. Tujuan utama eksperimen adalah membandingkan pengaruh
suatu kondisi pada kelompok yang satu dengan kondisi yang lain pada kelompok
yang berbeda, atau pengaruh dua kondisi kelompok yang sama. Karena tidak
memungkinkan adanya perbandingan, pengujian pengaruh kondisi tersebut tidak
dapat dilakukan bila hanya ada satu kelompok subyek dengan satu kondisi.
- Adanya manipulasi perlakuan.
- Adanya pengukuran untuk masing-masing variable independen
- Penggunaan statistik inferensial.
Statistik
inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk menentukan sejauh
mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel dengan hasil yang
akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistik inferensial
membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh dari suatu
sampel dapat digeneralisasi pada populasi.
- Adanya desain yang dapat mengontrol secara ketat variable
asing.
Kontrol variabel dalam eksperimen
dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada variabel asing yang dapat memberikan
hipotesa tandingan yang menerangkan hasil penelitian.[2]
3. Tujuan
Penelitian
Eksperimen
Tujuan
umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain
yang menggunakan perlakuan yang berbeda.
Selanjutnya,
tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai
semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan
dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak
terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang
dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
4. Syarat
Penelitian Eksperimen
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan
memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah
tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil
yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan
dengan hel tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental,
yaitu:
a. Peneliti
harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan
penelitian;
b. Penelitian
terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama;
c. Peneliti
harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai
dengan yang dikehendakinya;
d. Diperlukan
kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan
(experimental group).[3]
5.
Prosedur Penelitian Eksperimen
Langkah-langkah
dalam studi eksperimental pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada
penelitian lain, yaitu[4]:
- Memilih dan merumuskan masalah;
- Memilih subjek dan instrumen
pengukuran;
- Memilih desain penelitian;
- Melaksanakan prosedur;
- Menganalisis data;
- Merumuskan kesimpulan.
6. Validitas Penelitian Eksperimen
Suatu eksperimen dinyatakan valid jika hasil yang
diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika
hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar seting
eksperimental. Variabel luar (ekstraneous
variables) yang tidak dikontrol akan dapat memengaruhi variabel terikat
yang mengancam validitas suatu eksperimen.
Pada dasarnya, pada semua penelitian dengan
menggunakan paradigma positivistik, akan menghadapi dua pertanyaan besar,
yaitu:
(1) apakah
hasil penelitian ini benar atau dapat dipercaya?; dan
(2) apakah kita dapat
menggeneralisasikan hasil penelitian ini kepada sejumlah subyek yang kondisinya
dianggap sama dengan subyek yang kita teliti?
Permasalahan nomor (1) adalah berkaitan dengan
validitas internal suatu hasil penelitian, sedangkan permasalahan yang
berkaitan dengan pertanyaan nomor (2) menyangkut validitas eksternal suatu
hasil penelitian.
a. Validitas internal
Validitas internal mengacu pada kondisi perbedaan
yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel
bebas yang dimanipulasi, bukan dari variabel lain. Penelitian eksperimen pada
umumnya lebih menekankan pada pemenuhan validitas internal, yaitu dengan cara
mengontrol/mengendalikan/mengeliminir pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Adapun faktor-faktor yang dapat mengancam validitas
internal suatu hasil penelitian eksperimen antara lain:
1)
History, yaitu
kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran pertama (pretest) dan
kedua (post-test), selain variabel-variabel yang dieksperimenkan (treatment).
2)
Maturation
(kematangan), yaitu: proses perubahan (kematangan) di dalam diri subyek yang
terjadi selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin trampil, makin
lelah/jenuh dsb). Untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendisain eksperimen
yang tidak terlalu lama.
3)
Efek Testing, yaitu
efek yang ditimbulkan hasil pengukuran pertama (pretest) terhadap hasil
pengukuran kedua (post-test). Cara mengatasinya adalah dengan tidak memberikan
pre-test.
4)
Instrumentation,
yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara pengukuran, perubahan
pengamat, yang dapat membuat perubahan hasil pengukuran.
5)
Selection, yaitu
adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek untuk kelompok
eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dan kelompok
control/pembanding.
6)
Statistical
regression, yaitu bahwa kelompok yang dipilih berdasarkan skor yang ekstrim
cenderung akan meregres ke rerata populasi.
7)
Mortality, yaitu
kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembading,
yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan pengukuran terhadap dampak
eksperimen/perlakuan.
b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada
kondisi bahwa hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan dan dapat diterapkan
pada kelompok dan lingkungan di luar seting eksperimen.
Campbell dan Stanley (dalam Gay,
1981:216-220) mengidentifikasi beberapa ancaman utama terhadap validitas
eksternal yang dapat membatasi atau dapat mempertanyakan generalisasi pada
populasi noneksperimental, yaitu:
1) Interaksi Prates-Perlakuan, muncul bila
respon subjek atau bereaksi secara berbeda pada perlakuan karena mereka
megikuti prates. Efek perlakuan berbeda dari yang diperoleh subjek yang tidak
mengikuti prates. Dengan demikian, hasilnya hanya dapat digeneralisasikan pada
kelompok yang mendapat prates.
2) Interaksi Seleksi-Perlakuan, subjek tidak
dipilih secara acak dari populasi membatasi kemampuan peneliti untuk
menggeneralisasikan karena keterwakilan sampel dipertanyakan.
3) Spesifisitas Variabel, suatu ancaman terhadap
yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain eksperimental yang
digunakan.
4) Pengaturan Reaktif (Reactive Arrangement), sejumlah faktor yang diasosiasikan dengan
cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang
dilibatkan.
5) Interferensi Perlakuan Jamak (Multiple-Treatment Intterference),
muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan dalam
pergantian.
6) Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen,
muncul bila keakraban peneliti dengan subjek memengaruhi hasil penelitian.
Peneliti dapat dengan tidak sengaja memengaruhi perilaku mereka atau menjadi
subjektif dalam penilaian perilaku mereka.
7. Desain
Penelitian Eksperimen
Desain
penelitian eksperimental adalah desain yang mengontrol semua variable luar
(ekstranous). Desain yang baik mengontrol banyak sumber ketidakvalidan, desain
yang jelek hanya mengontrol sebagian.
Jenis
variable ektranous terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- variabel subyek
1) Variabel Organismik: karakteristik subyek/organisme
tidak bisa langsung dikontrol.
2) Variabel Intervening: menyela diantara
variabel bebas dan terikat Tidak bisa langsung diamati tetapi dapat dikontrol
- variabel lingkungan
Desain eksperimen yang dipilih terkait
erat dengan tingkat validitas hasil penelitian yang akan diperoleh. Namun demikian,
pada penelitian eksperimen di kelas pembelajaran, akan banyak menghadapi
berbagai keterbatasan, antara lain:
- Kesulitan untuk mengelompokkan siswa secara bebas sesuai
keinginan peneliti, yaitu melakukan matching atau penugasan secara random,
sehingga sulit memperoleh dua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol) yang benar-benar sebanding (komparabel).
- Penelitian eksperimen di kelas pada umumnya hanya dapat
menggunakan kelas atau kelompok siswa apa adanya, sehingga sampelnya
disebut intax sample.
- Kendala-kendala yang terkait dengan kejujuran dan
keobyektifan guru dalam mengukur dampak perlakuan (hasil belajar).
- Kendala untuk mengendalikan factor-faktor (variabel) yang
dapat mempengaruhi hasil eksperimen, misal: interaksi siswa dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak mungkin dicegah, dsb.
Jenis desain Penelitian Eksperimental
- Pengontrolan Variabel
Luar ( Control of Extraneous Variabel)
- Pemadanan ( Matching)
- Perbandingan Kelompok
dan Sub Kelompok
- Penggunaan Subyek
sebagai pengendalian diri mereka sendiri
- Analisis Kovarian
8. Jenis
Desain Kelompok
Wiersma
(1991: 103-104) mengemukakan sejumlah kriteria untuk suatu desain penelitian. Kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kontrol eksperimen yang memadai, terdapat hambatan yang cukup pada kondisi eksperimen
dan peneliti juga dapat menafsirkan hasilnya.
b. Kekurangan artifisialitas, penting dalam penelitian pendidikan jika hasil
penelitian eksperimen digeneralisasikanpada suatu setting non-eksperimental.
c. Dasar untuk perbandingan, membuat suatu perbandingan untuk menentukan apakah
terdapat pengaruh eksperimental atau tidak.
d. Informasi yang memadai dari data, data harus cukup untuk pengujian hipotesis dari
eksperimen.
e. Data yang tidak terkontaminasi, data tidak boleh dipengaruhi oleh pengukuran yang
miskin atau kesalahan dalam prosedur eksperimental.
f. Tidak mencampurkan variabel yang relevan, berhubungan dengan kontrol eksperimen yang memadai.
g. Keterwakilan, menggeneralisasikan hasil eksperimen kepada banyak individu.
h. Kecermatan, desain yang lebih sederhana
biasanya lebih mudah untuk dilakukan
dan mungkin lebih mudah untuk diinterpretasi.
Dilihat dari kemampuan dalam melakukan
control terhadap variabel-variabel penelitian, jenis/bentuk rancangan
penelitian eksperimen dibedakan dalam tiga kelompok besar, antara lain:
- Rancangan Pra-Eksperimen (Pra -Experiment Design)
Rancangan ini digunakan untuk mengungkap
hubungan sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok subjek,
sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variabel. Terdapat tiga jenis
rancangan penelitian yang dapat dimasukkan dalam kelompok rancangan penelitian
ini, yaitu:
1) Studi
Kasus Bentuk Tunggal (One - Shot Case Study)
Yaitu sebuah eksperimen yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes awal.
Skema dari model ini adalah sebagai berikut:
X
|
O
|
Perlakuan terhadap variabel independen (Treatment
of independent variable)
|
Pengamatan atau pengukuran terhadap
variabel dependen (Observation or measurement of dependent variable)
|
X: kelompok yang akan
diberi stimulus dalam eksperimen
O: kejadian
pengukuran atau pengamatan.
Bagan
tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi
perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan
Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
Dengan
model ini peneliti tujuannya sederhana yaitu ingin mengetahui efek dari
perlakuan yang diberikan pada kelompok tanpa mengindahkan pengaruh faktor yang
lain.
2) Pratest-Postest
Kelompok Tunggal (The One Group Pratest Posttest)
Rancangan eksperimen yang dilakukan pada
satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.Model ini lebih sempurna jika
dibandingkan dengan model pertama, karena sudah menggunakan tes awal (pratest)
kemudian setelah diberikan perlakukan dilakukan pengukuran (posttest) lagi
untuk mengetahui akibat dari perlakukan itu, sehingga besarnya efek dari
eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Skema dari model ini adalah:
O1
|
X
|
O2
|
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
Desain
ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran
perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat
mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika
dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument
penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan
apapun.
3) Perbandingan
Kelompok Statis (The Static Group Comparison Group)
Pada rancangan ini, ada kelompok yang
diberikan treatmen eksperimental, dan ada kelompok lainnya yang tak diberikan
treatmen, dua-duanya adalah kelompok yang sudah ada. Skema dari model ini
adalah:
X O1
O2
O1: hasil pengukuran
satu grup yang diberi perlakuan,
O2: hasil pengukuran
satu grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Ketiga
bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan
banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas
internal penelitian menjadi rendah.
- Rancangan Eksperimen Murni (True- Experimental
Design)
Rancangan penelitian ekperimen ini
digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan
kelompok control disamping kelompok eksperimental, yang pemilihan kedua
kelompok tersebut menggunakan tekhnik acak.
Terdapat
tiga karakter dalam rancangan penelitian ini: (1) adanya kelompok
kontrol, (2) siswa ditarik secara random/acak dan ditandai untuk masing-masing
kelompok, (3) sebuah tes awal dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok. Terdapat empat jenis rancangan penelitian eksperimen murni,
antara lain:
1) Rancangan
secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (The
randomized pretest-posttest contol group design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental
diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali
dengan pratest, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali
(pascatest). Subjek yang dipilih pada racangan penelitian ini menggunakan
tekhnik acak. Skema model penelitian ini adalah:
Grup
|
Pratest
|
Variabel terikat
|
Posttest
|
|
(R)
(R)
|
Eksperimental
Kontrol
|
Y1
Y1
|
X
-
|
Y2
Y2
|
2) Rancangan
secara acak dengan tes akhir dan kelompok control (The randomized posttest
only control group design)
Pada rancangan ini, ada kelompok
eksperimen dan ada kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen dikenai perlakuan
X1 dan pada kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan.Dan pada akhir
penelitian kedua kelompok dikenai posttest. Pemilihan subjek ke dalam kedua
kelompok yang dikenai eksperimen menggunakan proses randomisasi. Dengan
begitu, sesuai dengan asumsi randomisasi, kedua kelompok yang dikenai
eksperimen adalah ekuivalen (hampir sama). Skema model ini adalah:
Grup
|
Variabel Terikat
|
Posttest
|
|
(R)
(R)
|
Eksperimen
Kontrol
|
X
-
|
Y2
Y2
|
3) Empat
kelompok Solomon (The randomized Solomon four group design)
Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan
dua rancangan eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk rancangan yang
melibatkan empat kelompok. Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan dua
lainnya sebagai kelompok control. Pada kedua kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan pada kedua kelompok control tidak. Pada satu pasangan
kelompok eksperimen dan control diawali dengan pratest, sedangkan pada pasangan
yang lain tidak. Setelah pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran atau
pascatest pada keempat kelompok.Peneliti dapat menekan sekecil mungkin
sumber-sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang berbeda dengan enam
format pengukuran. Skema model penelitian ini adalah:
Grup
|
Pretest
|
Variabel terikat
|
Posttest
|
|
(R)
(R)
(R)
(R)
|
Eksperimen 1
Control 1
Eksperimen 2
Control 2
|
Y1
Y1
-
-
|
X
-
X
-
|
Y2
Y2
Y2
Y2
|
- Eksperimen Semu ( Quasi-Experimental Design)
Penelitian eksperimen semu adalah
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan seluruh subjek
dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment)
dan bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak. Penggunaan rancangan ini
bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan.
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu
adalah:
1)
Manipulasi eksperimen hanya pada variabel
bebas.
2)
Tidak ada pemilihan secara acak untuk
kelompok dan atau
3)
Tidak ada kelompok kontrol.
Dalam
rancangan ini biasanya menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara
wajar,sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok subjek telah memiliki
karakteristik berbeda. Apabila pada pascatest ternyata kedua kelompok itu
berbeda mungkin saja perbedaannya bukan disebabkan oleh perlakuan tetapi
karena sejak awal kedua kelompok sudah berbeda. Control terhadap
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak
dilakuan karena akesperimen ini biasanya dilakukan dimasyarakat. Beberapa
jenis rancangan penelitian antara lain:
1) Pretest-Posttest,
Non-Equivalent Control Group Design
Rancangan ini pada dasarnya sama dengan
rancangan secara acak pratest-posttest dan kelompok control diatas tadi.
Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang digunakan di dalam upaya
mengekuivalenkan/menyamakan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada
rancangan ini, bukan proses randomisasi yang digunakan, melainkan menggunakan
kelompok yang sudah ada, akan tetapi subjek yang dikenai pratest dan
pascates terbatas pada subjek-subjek yang dapat dijodohkan. Skema model
penelitian ini adalah:
Grup
|
Pratest
|
Variabel terikat
|
Post test
|
(NR)
(NR)
|
Y1
Y1
|
X
-
|
Y2
Y2
|
2) Rancangan
rangkaian waktu (A basic time-series design)
Pada time
series design, peneliti melakukan pengukuran di awal penelitian sebanyak tiga kali berturut, kemudian peneliti
memberikan perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian peneliti melakukan
pengukuran selama tiga kali lagi setelah perlakuan dilakukan. Design ini
merupakan pengembangan dari One Group Pretest-Posttest Design, jika pengukuran
dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu.
3) Desain Berimbang (Conterbalanced Design)
Dalam desain berimbang (Conterbalanced
Design) semua kelompok menerima semua perlakuan, tetapi dalam urutan yang
berbeda. Dalam desain untuk tiga kelompok dan tiga perlakuan, jumlah kelompok
dapat dilibatkan (dua atau lebih); pembatasannya hanyalah jumlah kelompok sama
dengan jumlah perlakuan. Urutan kelompok dalam menerima perlakuan ditentukan
secara random.
4) Desain Faktorial (Factorial Design)
Desain merupakan modifikasi dari design
true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel
moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara
random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan
baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
Pada penelitian eksperimen murni kelompok
subjek penelitian ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan
kelompok yang berada dalam batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia
pendidikan khususnya dalam pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu
memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek secara
alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact
group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok
ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas.
Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah
dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena
pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan
sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact
group. Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian kuasi eksperimen
(eksperimen semu).
Jadi penelitian kuasai eksperimen
menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk
diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil
secara acak.
9.
Kesimpulan
Eksperimen merupakan desain penelitian
yang paling teliti dan tepat untuk menyelidiki pengaruh suatu variable terhadap
variable lain. (Borg & Gall,1979) Hal tersebut dikarenakan penelitian
eksperimen dapat menunjukkan adanya sebab akibat suatu variable. Penafsiran
Kausal merupakan inti dari penelitian eksperimen.
Dalam bidang pendidikan, topik yang paling
menjadi fokus dalam
eksperimen adalah hal-hal yang menjadi berkaitan dengan pengujian pengaruh
material pendidikan dan praktek yang baru pada hasil belajar siswa.
Karena itu, hasil penelitian eksperimen
memiliki pengaruh besar pada penentuan materi kurikulum dan strategi
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian eksperimen mampu dalam peningkatan
keberhasilan pembaharuan dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum sekolah.
[1] A. Eko Setyanto Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian Komunikasi Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 3, NOMOR 1 , JUNI 2015: 37 - 48
[2] Ibnu Hajar Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta, Pt. Raja Grafindo Persada:
1999) 321-379
[4] Prof. Dr. Emzir, M.Pd., Metodologi
Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, 2013 hal 69.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar