2.1 Definisi
dan Konsep Web Based Learning (WBL)
Menurut Susanna Tsai and Paulo Machado dari InkiTiki
Corporation dalam artikelnya yang berjudul[1]
“E-learning,
Online Learning, Web-based Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology”,
definisi mengenai
pembelajaran berbasis web (WBL) adalah “Web-based
learning is
associated with learning materials delivered in a Web browser, including when the materials
are packaged on CD-ROM or other media.” Pembelajaran
berbasis web terkait dengan sumber belajar yang disajikan melalui aplikasi web,
termasuk jika sumber belajar itu dikemas pada CD-ROM atau media lain.
Pernyataan
tersebut sesuai dengan pernyataan Firman Gunawan (2011) dalam buku Mozaik
Teknologi Pendidikan,[2]
bahwa Web based learning adalah suatu system belajar jarak jauh berbasis
teknologi informasi melalui antar halaman web. Begitu juga definisi yang
dikemukakan oleh Horton sebagaimana yang tercantum pada jurnal “pembelajaran berbasis web sebagai
metoda komplemen kegiatan pendidikan dan pelatihan” oleh Oenardi
Lawanto bahwa Pembelajaran
berbasis web yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang
disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi
teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.
Khan dalam Herman Dwi Surjono (1999) mendefinisikan pengajaran
berbasis web (WBI)
sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut
dan sumber daya World Wide Web (Web)
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Sehingga dapat didefinisikan bahwa
pembelajaran berbasis web (WBL) atau pendidikan berbasis web (WBE) merupakan sistem
pembelajaran yang memanfaatkan sarana World Wide Web pada internet untuk media
komunikasi, mendukung proses pendidikan hingga
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan berbasis ragam media yang dapat dijalankan di
internet. WBL juga dapat menjadi sarana untuk melaksanakan sistem belajar jarak
jauh.
Web
based learning (WBL) adalah suatu sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi
informasi melalui antara halaman web. Media Web Based Learning diartikan
sebagai bentuk pembelajaran terprogram dan individual. Pembelajaran terprogram
yang dimaksud adalah sistem belajar yang dalam penggunaan bahan-bahannya
diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan pembelajaran individual
adalah suatu sistem belajar yang memperhatikan kebutuhan dan karakteristik
siswa.
Di
dalam pembelajaran Web Based Learning terdapat fitu-fitur pendukung dalam
proses pembelajaran, diantaranya:
1. Informasi pelajaran, catatan pengumuman dan
jadwal
2. Peta kurikulum
3. Bahan ajar seperti slide, handout dan artikel
4. Komunikasi melalui email dan forum/grup
5. Penilaian formatif dan sumatif
6. Alat manajemen siswa seperti record, statistics, student tracking
Dengan digunakannya Web Based Learning dalam
pembelajaran, beberapa aktifitas dapat dilakukan dengan mencari informasi
terkait buku-buku, bibliografi, ensiklopedia, dan program lainnya. Selain itu
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar harus diberikan
latihan-latihan dalam format yang diinginkan seperti hypertext, audio, maupun
video. Serta membuat kelompok diskusi melalui email atau mailing list berkaitan
dengan materi pelajaran bisa melalui tanya jawab, tutorial, praktek, dan
simulasi.
2.2 Konsep
Pembelajaran Web Based Learning
Pembelajaran
berbasis web merupakan suatu pembelajaran yang bisa diakses melalui jaringan
internet.[3]
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh siswa maka
kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Berdasarkan media
dan tingkat interaktifitasnya, Web Based Learning terdiri dari:
1. Teks dan Grafik Web Based Learning
Bentuk yang paling sederhana
dalam Web Based Learning. Instruktur hanya menyimpan materi-materi kursus atau
pelatihan teks dan grafik saja, level interaktifitas dari model web learning
seperti ini sangat rendah.
2. Interactive Web Based Learning
Memiliki level
interaktifitas yang lebih tinggi dibandingkan model yang pertama. Biasanya
model ini dilengkapi dengan sarana-sarana latihan atau self-test, text entry, column matching, dan lain-lain
3. Interactive Multimedia Web
Kebanyakan program pelatihan atau belajar dengan
menggunakan model seperti ini biasanya bisa membuat interaksi antara guru dan
murid secara real-time melalui audio dan video streaming, interactive web
discussion, bahkan audio/video desktop conference. Level interaktifitas model
ketiga ini paling tinggi diantara yang lainnya dan paling rumit dalam
pelaksanaannya.
2.3 Manfaat Web Based Learning
Menurut kevin kruse (2009), terdapat dua penyebab utama mengapa
Web Based Training menjadi penting saat ini, yakni :
1. Kurangnya interaksi antara
pengajar dan peserta didik, sehingga perlu ditingkatkan dengan komunikasi
melalui jaringan internet.
2. Kurangnya sarana multimedia yang
sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran. Penggunaan CD-ROM memiliki
keterbatasan dalam kapasistas jumlah data yang dapat dipindahkan. Melalui
jaringan internet keterbatasan tersebut dapat diatasi.
Lebih lanjut, Kevin Kruse
(dalam Rusman, 2009:117) dalam salah satu tulisannya yang berjudul
“using the web for learning” yang dimuat dalam situs www.elearningguru.com
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis Web sering
kali memiliki manfaat yang banyak bagi peserta
didiknya, diantaranya :
1. Akses belajar tersedia setiap
saat, kapan saja dan tidak terbatas tempat di seluruh dunia. Peserta didik
selalu memiliki akses ke perpustakaan besar mengenai informasi atau pelatihan yang mereka butuhkan dari rumah, ataupun dari
tempat kerja. Terlebih lagi dengan fungsi modem pada telepon seluler
memungkinkan siswa dapat mengakses sebuah kegiatan pelatihan dari tempat yang
belum memiliki saluran telepon.
2. Biaya yang terjangkau bagi
kebutuhan belajar individu. Saat ini hamper setiap komputer telah dilengkapi
software penjelajah web gratis, dan modem untuk penyediaan sarana internet
relative terjangkau.
3. Memberi kemudahan untuk melacak siswa, karena
siswa hanya dapat menyelesaikan tugasnya pada saat terhubung dengan internet.
Web Based Training (WBT) memungkinkan data siswa secara otomatis terlacak pada
komputer server.
4. Memungkinkan pemberian material sumber
belajar tanpa batas dan dapat menyesuaikan kebutuhan individual siswa. WBT yang
baik dirancang untuk dapat dipelajari dari beberapa jalur, sehingga siswa dapat
memilih materi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
5. Mudah memperbarui materi. Manfaat ini adalah
salah satu manfaat terbesar dari WBT. Pemindahan informasi secara cepat sangat
sesuai dengan kebutuhan informasi yang cepat saat ini.
2.4 Karakteristik Web Based Learning
Menurut Keegan (2005) dan Paulsen (2003), pada
buku Semantic Web and Education, web
based education (WBE) memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Pengajar dan siswa yang terpisah (yang
membedakan dari pendidikan tatap muka)
2. Dipengaruhi oleh sebuah organisasi / lembaga
pendidikan (yang membedakan dari pengajaran pribadi atau privat)
3. Penggunaan teknologi web untuk menyajikan
atau membagikan bahan belajar.
4. Adanya komunikasi dua arah melalui internet
sehingga siswa memperoleh manfaat dari komunikasi dengan pengajar, sesama siswa
ataupun staff.
Sedangkan Said Hadjerrouit (2010) berpendapat bahwa sumber belajar web, harus
memiliki beberapa ketentuan yakni dikebangkan menurut strategi pembelajaran dan
pengetahuan pedagogic, mengacu pada tujuan belajar yang tercantum pada
kurikulum, memiliki elemen-elemen yang dapat digunakan berulang-ulang dan yang
utama adalah memanfaatkan teknologi web dan informasi disajikan melalui web
Gambar 1. Karakteristik utama sumber belajar
berbasis web
WBL merupakan bagian dari
e-learning, sebagaimana dinyatakan pada Dalam Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan
Pengembangan (The AmericanSociety for training and Development / ASTD) mengemukakan
definisi elearning sebagai berikut:
“E-Learning is a broad set of applications and prosesses which
include web-based learning, computer-based learning, virtual and digital
classrooms. Much of this is delivered via the internet, intranets, audio and
vidiotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD ROM. The definition of
e-learning varies depending on the organization and how it is used but
basically it is involves elektronic means communication,
education and training.”
Definisi tersebut menyatakan bahwa
WBL merupakan bagian dari penerapan e-learning. Menurut Rusman (2012) dalam e-learning memiliki empat
karakteristik utama, yakni :
1. Interactivity (interaktivitas) : tersedia jalur
komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous),
seperti chatting atau messenger, tidak langsung (asynchronous), seperti
forum, mailing list, atau buku tamu.
2. Independency (kemandirian)
: flexibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajaran, dan bahan
ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat terhadap siswa (student-centered
learning).
3. Accessibility (aksesibilitas) : Sumber-sumber belajar
menjadi lebih mudah di akses melalui pendistribusian di jaringan internet
dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada
pembelajaran konvensional.
4. Enrichment (pengayaan) : kegiatan pembelajaran,
presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan
penggunaan perangkat teknologi informasi seperti vidio streaming, simulasi dan
animasi.
Keempat karakteristik
diatas yang membedakan WBL dari pembelajaran konvensional. Pada WBL
sumber-sumber belajar mudah diakses oleh setiap orang tanpa terbatas tempat dan
waktu. Hal tersebut menyebabkan siswa dapat membangun pemahamannya sendiri dan
tidak lagi bergantung pada pengajar atau instruktur.
Selain itu, dalam
penyelenggaraan Web-Based Learning juga perlu memperhatikan beberapa prinsip. Prinsip
utama yang harus ada dalam pembelajaran berbasis Web diantaranya:
1. Interaksi
Interaksi
berarti kapasitas komunikasi dengan orang lain yang tertarik pada topik yang
sama atau menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Dalam lingkungan
belajar, interaksi berarti adanya komunikasi antar peserta didik maupun dengan
guru.
2. Ketergunaan
Ketergunaan
yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat menggunakan web. Terdapat dua
element penting dalam prinsip ketergunaan ini, yaitu konsisten dan
kesederhanaan. Intinya adalah bagaimana perkembangan pembelajaran berbasis web
ini menciptakan lingkungan belajar yang konsisten dan sederhana, sehingga siswa
tidak mengalami kesulitan baik dalam proses pembelajaran.
3. Relevansi
Relevansi
diperoleh melalui ketepatan dan kemudahan. Setiap informasi dalam web hendaknya
dibuat sangat spesifik untuk mengingkatkan pemahaman pembelajar. Tujuannya agar
siswa tidak mengalami kesulitan dalam dalam proses pembelajaran.
2.5 Implementasi Web Based Learning
Secara arsitektur, menurut Devedzic (2005)
dalam Semantic Web and education, sebuah kelas web merupakan sebuah kondisi
belajar antara client-server yang di
desain agar dapat saling berinteraksi sebagaimana yang diilustrasikan pada
gambar 2.
Gambar
2. Rancangan client-server pada sebuah kelas virtual
Dari ilustrasi tersebut, terlihat
bahwa kebutuhan minimum untuk melaksanakan pembelajaran berbasi web adalah
tersedianya setidaknya satu komputer server dan beberapa komputer client, yang
mereka saling terhubung pada jaringan internet. Selanjutnya Devedzic (2005)
juga menjelaskan bahwa pada spesifikasi minimum, setidaknya ada empat mode
interaksi seorang siswa dengan sebuah kelas virtual, yakni :
1. Autentifikasi, yaitu pendaftaran untuk
memasuki sesi baru
2. Proses Belajar dan akses sumber belajar, baik
berupa modul teks, grafik, audio maupun video
3. Penugasan, yaitu teknis menjawab pertanyaan
setelah selesai mempelajari modul belajar.
4. Validasi, yaitu pemeriksaan dan perbaruan
terhadap kondisi belajar siswa.
Dalam
pelaksanaan WBL, aplikasi platform pembelajaran yang mendukungnya harus dapat
memenuhi setidaknya keempat mode interaksi tersebut. Adapun piranti lunak
(software) pembelajaran yang mendukung WBL telah banyak disediakan oleh
platform open source dalam format authoring tools. Peran Authoring tools
dalam pembelajaran dan pendidikan bagi Dabbagh & Bannand-Ritland yakni :, “Authoring tools are software that enable
instructional designers, teachers, and learners to design interactive
multimedia and hypermedia learning environments without knowledge of
programming language” .Berdasarkan penyataan tersebut, dapat didefinisikan
bahwa authoring tools merupakan piranti lunak yang memungkinkan desainer
pembelajaran, guru dan siswa untuk merancang suasana belajar yang interaktif
menggunakan multimedia atau hypermedia tanpa perlu memahami tentang Bahasa
pemrograman.
Aplikasi
Authoring tools untuk pembelajaran
kini lebih dikenal dengan sebutan course
management, yang disediakan bagi penyelenggaraan model e-learning. Course
management itu sendiri saat ini dibagi
menjadi dua kategori besar, yaitu Learning Management System (LMS) dan
Learning Content Management System (LCMS). Bagi Dabbagh &
Bannand-Ritland, Robbins serta Montimer,
LCMS adalah penyempurnaan LMS yang sudah terlebih dahulu muncul.
Berikut
ini adalah beberapa platform LMS dan LCMS yang bersifat open source :
1) Moodle ; Modular Object Oriented Dynamic
Learning Environment
Aplikasi
Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin Doughlamas pada agustus 2002.
Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis, serta dapat digunakan atau
dimodifikasi dengan lisensi GNU (General
Public License). Sistem yang dibutuhkan agar aplikasi ini dapat berjalan
dengan baik adalah : Apache Web Server, PHP, serta database My SQL atau
PostgreSQL.
Moodle
mendukung beberapa aktifitas pembelajaran, diantaranya : Assignment, Chat,
Forum, Quiz dan Survey. Kelebihan moodle adalah proses penyesuaian program yang
lebih mudah, ketersediaan template dan theme serta mendukung 40 bahasa termasuk
Bahasa Indonesia. Fitur ‘Lesson” yang terdapat pada Moodle memungkinkan
mengarahkan siswa dan peserta e-learning lain secara otomatis ke halaman lain
sesuai dengan jawaban dari pertanyaan di suatu halaman. Fitur ini menarik dan
tidak terdapat di platform LMS yang lain.
2) Atutor
Platform ini lebih
mementingkan efisiensi pengaksesan LMS, user-friendly dan pemahaman terhadap
bahan ajar daripada penggunaan fitur yang akan jarang digunakan seperti chat,
forum, tracking pengguna dan sebagainya.
3) Dokeos
Dokeos merupakan
paket e-learning yang open-souce yang memiliki fitur : Learning Management,
Oogie Rapid Learning, Accurate reporting, dan Video conferencing.
4) Claroline (Class Room Online)
Claroline merupakan
platform LCMS berlisensi open source yang memungkinkan seorang guru membangun
kelas online yang efektif , mengelola pembelajaran, dan aktifitas kolaboratif
melalui internet. Itur yang disediakan antara lain : Course category,
pendaftaran account dan course secara mandiri oleh siswa, assessment, laporan
kemajuan siswa, pengelolaan informasi pengguna, manajemen materi pembelajaran,
serta fitur chatroom, forum dan group discussion board.
5)
Edmodo
Edmodo merupakan platform baru dari course management.
Selain penyediaan perangkat keras dan piranti lunak,
implementasi web based learning perlu didukung pula dengan persiapan teknis
operasional. Secara operasional, kegiatan guru dan siswa selama
proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Peran Guru
a. Merancang dan mengembangkan isi pembelajaran dalam
bentuk komputer berbasis WEB
b. Memberi bimbingan individual pada setiap siswa yang
mebutuhkan
c. Fasilitator bagi kegiatan belajar siswa
d. Selalu melakukan update terhadap bahan ajar
2. Peran Siswa
a. Belajar secara mandiri
b. Mendiskusikan topik atau masalah yang dirasa belum
jelas dengan guru
c. Menilai kemajuan belajar (self evaluation)
Lebih lanjut, selain perlu
melakukan perencanaan pada penyelenggaraan Web Based Learning, seorang
perancang pembelajaran perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
mendukung suksesnya pelaksanaan WBL ini. Faktor
pendukung kelancaran pembelajaran berbasis web, meliputi :
1. Menikmati
penggunaan dengan internet
Pengajar harus menikmati penggunaan internet. Peserta
didik sering menggunakan internet, maka pengajar harus mengikuti trend dalam
desain dan informasinya. Pengajar harus merasa nyaman melakukan browsing web
untuk mendapatkan informasi yang tersimpan dalam jutaan situs secara potensial
dan database.
2. Mengimplementasikan
kurikulum
Setelah kurikulum dan desain website dibuat
perencanaannya tahap selanjutnya adalah mengimplementasikannya. Pengajar harus
memahami bagaimana mengoperasikan pembelajaran online dan membuat alasan
mengapa pengajar merancang dengan cara tertentu.
2.6 Kelebihan Dan Kekurangan WBL
Sebagaimana media pembelajaran
pada umumnya, pembelajaran berbasis web pun memiliki
berbagai kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihan ·
a.
Memungkinkan setiap orang
dimana pun, kapan pun untuk memepelajari apa pun.
b.
Pembelajar dapat belajar
sesuai dengan karakteristik dan langkah dirinya sendiri
karena pembelajaran berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual.
c.
Kemampuan untuk membuat
tautan (link), sehingga pembelajar dapat mengakses
informasi dari berbagai sumber, baik didalam maupun diluar lingkungan belajar.
d.
Sangat potenisal sebagai
sumber belajar bagi pembelajar yang tidak memiliki
cukup waktu untuk belajar.
e.
Dapat mendorong pembelajar
untuk lebih aktif dan mandiri didalam belajar.
f.
Menyediakan sumber belajar
tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya materi
pembelajaran.
g.
Menyediakan mesin pencari
yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka
butuhkan.
h.
Isi dan materi pelajaran
dapat di-update dengan mudah.
2. Kekurangan :
a.
Keberhasilan pembelajaran
berbasis web bergantung pada kemandirian dan motivasi
pembelajar.
b.
Akses untuk mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan web seringkali menjadi
masalah bagi pembelajar.
c.
Pembelajar dapat cepat
merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat mengakses
informasi, dikarenakan tidak terdapatnya peralatan yang memadai dan bandwith yang cukup.
d.
Dibutuhkannya panduan bagi
pembelajar untuk mencari informasi yang relevan,
karena informasi yang terdapat didalam web sangat beragam.
e.
Dengan menggunakan
pembelajaran berbasis web, pembelajar terkadang merasa terisolasi,
terutama jika terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Web
based Learning (WBL) atau Web
Based Education (WBE) merupakan pembelajaran dan sistem pendidikan yang
memanfaatkan halaman-halaman web pada jaringan internet.
2. Web
Based Learning merupakan salah satu bagian dari
E-learning.
3. Pelaksanaan Web Based Education meliputi penyajian informasi, pemindahan data
sumber belajar dan hasil evaluasi belajar, serta media interaksi antara pegajar
dengan peserta didik, dan antara peserta didik yang satu dengan yang lain,
termasuk di dalamnya sistem pendaftaran dan pelacakan siswa.
4. Hsl-hsl yang perlu dipersiapkan untuk
melaksanakan WBL adalah penyediaan sarana prasarana berupa komputer server,
computer client, penyediaan jaringan internet, penyediaan piranti lunak, serta
persiapan operasional oleh guru.
5. Platform piranti lunak course management yang
berlisensi GNU diantaranya Moodle,
Dokeos, Atutor, Claroline dan Edmodo.
6. Keberhasilan penyelenggaraan WBL membutuhkan
adanya unsur kesenangan dalam mengeksplorasi jaringan internet dan penerapan
strategi belajar untuk mencapai tujuan yang tercantum pada kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dari Susanna Tsai and Paulo Machado,
“E-learning,
Online Learning, Web-based Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology
Oenardi Lawanto.
2001.”Pembelajaran Berbasis Web Sebagai Metoda
Komplemen Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan”
Prawiradilaga, Dewi
Salma.dkk. 2013. Mozaik Teknologi
Pendidikan : E-learning. Jakarta : Penerbit Kencana
Said Hadjerrouit. 2010.” Developing Web-Based Learning Resources in School Education: A
User-Centered Approach”
http://www.springer.com/978-0-387-35416- Semantic
Web and Education, 2006
[1] Jurnal. Susanna Tsai and Paulo Machado, “E-learning, Online Learning, Web-based
Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology. Hal. 2
[2] Prawiradilaga, Dewi Salma.dkk. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan :
E-learning. Jakarta : Penerbit Kencana
[3] Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.335
Tidak ada komentar:
Posting Komentar