Selasa, 24 Mei 2016

WAB BASE LEARNING


2.1 Definisi dan Konsep Web Based Learning (WBL)

Menurut Susanna Tsai and Paulo Machado dari InkiTiki Corporation dalam artikelnya yang berjudul[1]E-learning, Online Learning, Web-based Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology”, definisi mengenai pembelajaran berbasis web (WBL) adalah  “Web-based learning is associated with learning materials delivered in a Web browser, including when the materials are packaged on CD-ROM or other media.” Pembelajaran berbasis web terkait dengan sumber belajar yang disajikan melalui aplikasi web, termasuk jika sumber belajar itu dikemas pada CD-ROM atau media lain.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Firman Gunawan (2011) dalam buku Mozaik Teknologi Pendidikan,[2] bahwa Web based learning adalah suatu system belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi melalui antar halaman web. Begitu juga definisi yang dikemukakan oleh Horton sebagaimana yang tercantum pada jurnal “pembelajaran berbasis web sebagai metoda komplemen kegiatan pendidikan dan pelatihan” oleh Oenardi Lawanto bahwa Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.


Khan dalam Herman Dwi Surjono (1999) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Sehingga dapat didefinisikan bahwa pembelajaran berbasis web (WBL) atau pendidikan berbasis web (WBE) merupakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sarana World Wide Web pada internet untuk media komunikasi, mendukung proses pendidikan hingga  menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan berbasis ragam media yang dapat dijalankan di internet. WBL juga dapat menjadi sarana untuk melaksanakan sistem belajar jarak jauh.

Web based learning (WBL) adalah suatu sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi melalui antara halaman web. Media Web Based Learning diartikan sebagai bentuk pembelajaran terprogram dan individual. Pembelajaran terprogram yang dimaksud adalah sistem belajar yang dalam penggunaan bahan-bahannya diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan pembelajaran individual adalah suatu sistem belajar yang memperhatikan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Di dalam pembelajaran Web Based Learning terdapat fitu-fitur pendukung dalam proses pembelajaran, diantaranya:
1.    Informasi pelajaran, catatan pengumuman dan jadwal
2.    Peta kurikulum
3.    Bahan ajar seperti slide, handout dan artikel
4.    Komunikasi melalui email dan forum/grup
5.    Penilaian formatif dan sumatif
6.    Alat manajemen siswa seperti record, statistics, student tracking

Dengan digunakannya Web Based Learning dalam pembelajaran, beberapa aktifitas dapat dilakukan dengan mencari informasi terkait buku-buku, bibliografi, ensiklopedia, dan program lainnya. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar harus diberikan latihan-latihan dalam format yang diinginkan seperti hypertext, audio, maupun video. Serta membuat kelompok diskusi melalui email atau mailing list berkaitan dengan materi pelajaran bisa melalui tanya jawab, tutorial, praktek, dan simulasi.

2.2 Konsep Pembelajaran Web Based Learning
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu pembelajaran yang bisa diakses melalui jaringan internet.[3] Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh siswa maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Berdasarkan media dan tingkat interaktifitasnya, Web Based Learning terdiri dari:
1.    Teks dan Grafik Web Based Learning
Bentuk yang paling sederhana dalam Web Based Learning. Instruktur hanya menyimpan materi-materi kursus atau pelatihan teks dan grafik saja, level interaktifitas dari model web learning seperti ini sangat rendah.
2.    Interactive Web Based Learning
Memiliki level interaktifitas yang lebih tinggi dibandingkan model yang pertama. Biasanya model ini dilengkapi dengan sarana-sarana latihan atau self-test, text entry, column matching, dan lain-lain
3.    Interactive Multimedia Web
Kebanyakan program pelatihan atau belajar dengan menggunakan model seperti ini biasanya bisa membuat interaksi antara guru dan murid secara real-time melalui audio dan video streaming, interactive web discussion, bahkan audio/video desktop conference. Level interaktifitas model ketiga ini paling tinggi diantara yang lainnya dan paling rumit dalam pelaksanaannya.

2.3   Manfaat Web Based Learning
Menurut kevin kruse (2009), terdapat dua penyebab utama mengapa Web Based Training menjadi penting saat ini, yakni :
1.    Kurangnya interaksi antara pengajar dan peserta didik, sehingga perlu ditingkatkan dengan komunikasi melalui jaringan internet.
2.    Kurangnya sarana multimedia yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran. Penggunaan CD-ROM memiliki keterbatasan dalam kapasistas jumlah data yang dapat dipindahkan. Melalui jaringan internet keterbatasan tersebut dapat diatasi.
Lebih lanjut, Kevin Kruse (dalam Rusman, 2009:117) dalam salah satu tulisannya yang berjudul “using the web for learning” yang dimuat dalam situs www.elearningguru.com mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis Web sering kali memiliki manfaat yang banyak bagi peserta didiknya, diantaranya :
1.    Akses belajar tersedia setiap saat, kapan saja dan tidak terbatas tempat di seluruh dunia. Peserta didik selalu memiliki akses ke perpustakaan besar mengenai informasi atau pelatihan yang  mereka butuhkan dari rumah, ataupun dari tempat kerja. Terlebih lagi dengan fungsi modem pada telepon seluler memungkinkan siswa dapat mengakses sebuah kegiatan pelatihan dari tempat yang belum memiliki saluran telepon.
2.    Biaya yang terjangkau bagi kebutuhan belajar individu. Saat ini hamper setiap komputer telah dilengkapi software penjelajah web gratis, dan modem untuk penyediaan sarana internet relative terjangkau.
3.    Memberi kemudahan untuk melacak siswa, karena siswa hanya dapat menyelesaikan tugasnya pada saat terhubung dengan internet. Web Based Training (WBT) memungkinkan data siswa secara otomatis terlacak pada komputer server.
4.    Memungkinkan pemberian material sumber belajar tanpa batas dan dapat menyesuaikan kebutuhan individual siswa. WBT yang baik dirancang untuk dapat dipelajari dari beberapa jalur, sehingga siswa dapat memilih materi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
5.    Mudah memperbarui materi. Manfaat ini adalah salah satu manfaat terbesar dari WBT. Pemindahan informasi secara cepat sangat sesuai dengan kebutuhan informasi yang cepat saat ini.


2.4     Karakteristik Web Based Learning
Menurut Keegan (2005) dan Paulsen (2003), pada buku Semantic Web and Education, web based education (WBE) memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
1.    Pengajar dan siswa yang terpisah (yang membedakan dari pendidikan tatap muka)
2.    Dipengaruhi oleh sebuah organisasi / lembaga pendidikan (yang membedakan dari pengajaran pribadi atau privat)
3.    Penggunaan teknologi web untuk menyajikan atau membagikan bahan belajar.
4.    Adanya komunikasi dua arah melalui internet sehingga siswa memperoleh manfaat dari komunikasi dengan pengajar, sesama siswa ataupun staff.

Sedangkan Said Hadjerrouit (2010) berpendapat bahwa sumber belajar web, harus memiliki beberapa ketentuan yakni dikebangkan menurut strategi pembelajaran dan pengetahuan pedagogic, mengacu pada tujuan belajar yang tercantum pada kurikulum, memiliki elemen-elemen yang dapat digunakan berulang-ulang dan yang utama adalah memanfaatkan teknologi web dan informasi disajikan melalui  web
 










      Gambar 1. Karakteristik utama sumber belajar berbasis web
WBL merupakan bagian dari e-learning, sebagaimana dinyatakan pada Dalam Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan (The AmericanSociety for training and Development / ASTD) mengemukakan definisi elearning sebagai berikut:

“E-Learning is a broad set of applications and prosesses which include web-based learning, computer-based learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet, intranets, audio and vidiotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD ROM. The definition of e-learning varies depending on the organization and how it is used but
basically it is involves elektronic means communication, education and training.”

Definisi tersebut menyatakan bahwa WBL merupakan bagian dari penerapan e-learning. Menurut Rusman  (2012) dalam e-learning memiliki empat karakteristik utama, yakni :
1. Interactivity (interaktivitas) : tersedia jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger, tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list, atau buku tamu.
2. Independency (kemandirian) : flexibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajaran, dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat terhadap siswa (student-centered learning).
3. Accessibility (aksesibilitas) : Sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah di akses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4. Enrichment (pengayaan) : kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi seperti vidio streaming, simulasi dan animasi.
                        Keempat karakteristik diatas yang membedakan WBL dari pembelajaran konvensional. Pada WBL sumber-sumber belajar mudah diakses oleh setiap orang tanpa terbatas tempat dan waktu. Hal tersebut menyebabkan siswa dapat membangun pemahamannya sendiri dan tidak lagi bergantung pada pengajar atau instruktur.
Selain itu, dalam penyelenggaraan Web-Based Learning juga perlu memperhatikan beberapa prinsip. Prinsip utama yang harus ada dalam pembelajaran berbasis Web diantaranya:
1.    Interaksi
Interaksi berarti kapasitas komunikasi dengan orang lain yang tertarik pada topik yang sama atau menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Dalam lingkungan belajar, interaksi berarti adanya komunikasi antar peserta didik maupun dengan guru.
2.    Ketergunaan
Ketergunaan yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat menggunakan web. Terdapat dua element penting dalam prinsip ketergunaan ini, yaitu konsisten dan kesederhanaan. Intinya adalah bagaimana perkembangan pembelajaran berbasis web ini menciptakan lingkungan belajar yang konsisten dan sederhana, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan baik dalam proses pembelajaran.
3.    Relevansi
Relevansi diperoleh melalui ketepatan dan kemudahan. Setiap informasi dalam web hendaknya dibuat sangat spesifik untuk mengingkatkan pemahaman pembelajar. Tujuannya agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam dalam proses pembelajaran.

2.5     Implementasi Web Based Learning
Secara arsitektur, menurut Devedzic (2005) dalam Semantic Web and education, sebuah kelas web merupakan sebuah kondisi belajar antara client-server yang di desain agar dapat saling berinteraksi sebagaimana yang diilustrasikan pada gambar 2.

 








Gambar 2.  Rancangan client-server pada sebuah kelas virtual

            Dari ilustrasi tersebut, terlihat bahwa kebutuhan minimum untuk melaksanakan pembelajaran berbasi web adalah tersedianya setidaknya satu komputer server dan beberapa komputer client, yang mereka saling terhubung pada jaringan internet. Selanjutnya Devedzic (2005) juga menjelaskan bahwa pada spesifikasi minimum, setidaknya ada empat mode interaksi seorang siswa dengan sebuah kelas virtual, yakni :

1.    Autentifikasi, yaitu pendaftaran untuk memasuki sesi baru
2.    Proses Belajar dan akses sumber belajar, baik berupa modul teks, grafik, audio maupun video
3.    Penugasan, yaitu teknis menjawab pertanyaan setelah selesai mempelajari modul belajar.
4.    Validasi, yaitu pemeriksaan dan perbaruan terhadap kondisi belajar siswa.
Dalam pelaksanaan WBL, aplikasi platform pembelajaran yang mendukungnya harus dapat memenuhi setidaknya keempat mode interaksi tersebut. Adapun piranti lunak (software) pembelajaran yang mendukung WBL telah banyak disediakan oleh platform open source dalam format authoring tools. Peran Authoring tools dalam pembelajaran dan pendidikan bagi Dabbagh & Bannand-Ritland yakni :, “Authoring tools are software that enable instructional designers, teachers, and learners to design interactive multimedia and hypermedia learning environments without knowledge of programming language” .Berdasarkan penyataan tersebut, dapat didefinisikan bahwa authoring tools merupakan piranti lunak yang memungkinkan desainer pembelajaran, guru dan siswa untuk merancang suasana belajar yang interaktif menggunakan multimedia atau hypermedia tanpa perlu memahami tentang Bahasa pemrograman.
Aplikasi Authoring tools untuk pembelajaran kini lebih dikenal dengan sebutan course management, yang disediakan bagi penyelenggaraan model e-learning. Course management itu sendiri saat ini dibagi  menjadi dua kategori besar, yaitu Learning Management System (LMS) dan Learning Content Management System (LCMS). Bagi Dabbagh & Bannand-Ritland,  Robbins serta Montimer, LCMS adalah penyempurnaan LMS yang sudah terlebih dahulu muncul.
Berikut ini adalah beberapa platform LMS dan LCMS yang bersifat open source :
1)    Moodle ; Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment
Aplikasi Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin Doughlamas pada agustus 2002. Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis, serta dapat digunakan atau dimodifikasi dengan lisensi GNU (General Public License). Sistem yang dibutuhkan agar aplikasi ini dapat berjalan dengan baik adalah : Apache Web Server, PHP, serta database My SQL atau PostgreSQL.
Moodle mendukung beberapa aktifitas pembelajaran, diantaranya : Assignment, Chat, Forum, Quiz dan Survey. Kelebihan moodle adalah proses penyesuaian program yang lebih mudah, ketersediaan template dan theme serta mendukung 40 bahasa termasuk Bahasa Indonesia. Fitur ‘Lesson” yang terdapat pada Moodle memungkinkan mengarahkan siswa dan peserta e-learning lain secara otomatis ke halaman lain sesuai dengan jawaban dari pertanyaan di suatu halaman. Fitur ini menarik dan tidak terdapat di platform LMS yang lain.
2)    Atutor
Platform ini lebih mementingkan efisiensi pengaksesan LMS, user-friendly dan pemahaman terhadap bahan ajar daripada penggunaan fitur yang akan jarang digunakan seperti chat, forum, tracking pengguna dan sebagainya.
3)    Dokeos
Dokeos merupakan paket e-learning yang open-souce yang memiliki fitur : Learning Management, Oogie Rapid Learning, Accurate reporting, dan Video conferencing.
4)    Claroline (Class Room Online)
Claroline merupakan platform LCMS berlisensi open source yang memungkinkan seorang guru membangun kelas online yang efektif , mengelola pembelajaran, dan aktifitas kolaboratif melalui internet. Itur yang disediakan antara lain : Course category, pendaftaran account dan course secara mandiri oleh siswa, assessment, laporan kemajuan siswa, pengelolaan informasi pengguna, manajemen materi pembelajaran, serta fitur chatroom, forum dan group discussion board.
5)    Edmodo
Edmodo merupakan platform baru dari course management.

Selain penyediaan perangkat keras dan piranti lunak, implementasi web based learning perlu didukung pula dengan persiapan teknis operasional. Secara operasional, kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.    Peran Guru
a.    Merancang dan mengembangkan isi pembelajaran dalam bentuk komputer berbasis WEB
b.    Memberi bimbingan individual pada setiap siswa yang mebutuhkan
c.    Fasilitator bagi kegiatan belajar siswa
d.    Selalu melakukan update terhadap bahan ajar

2.    Peran Siswa
a.    Belajar secara mandiri
b.    Mendiskusikan topik atau masalah yang dirasa belum jelas dengan guru
c.    Menilai kemajuan belajar (self evaluation)

Lebih lanjut, selain perlu melakukan perencanaan pada penyelenggaraan Web Based Learning, seorang perancang pembelajaran perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mendukung suksesnya pelaksanaan WBL ini. Faktor pendukung kelancaran pembelajaran berbasis web, meliputi :

1.  Menikmati penggunaan dengan internet
Pengajar harus menikmati penggunaan internet. Peserta didik sering menggunakan internet, maka pengajar harus mengikuti trend dalam desain dan informasinya. Pengajar harus merasa nyaman melakukan browsing web untuk mendapatkan informasi yang tersimpan dalam jutaan situs secara potensial dan database.
2.  Mengimplementasikan kurikulum
Setelah kurikulum dan desain website dibuat perencanaannya tahap selanjutnya adalah mengimplementasikannya. Pengajar harus memahami bagaimana mengoperasikan pembelajaran online dan membuat alasan mengapa pengajar merancang dengan cara tertentu.

2.6     Kelebihan Dan Kekurangan WBL
Sebagaimana media pembelajaran pada umumnya, pembelajaran berbasis web pun memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.
 1.  Kelebihan ·
a.    Memungkinkan setiap orang dimana pun, kapan pun untuk memepelajari apa pun.
b.    Pembelajar dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan langkah dirinya sendiri karena pembelajaran berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual.
c.    Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pembelajar dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, baik didalam maupun diluar lingkungan belajar.
d.    Sangat potenisal sebagai sumber belajar bagi pembelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar.
e.    Dapat mendorong pembelajar untuk lebih aktif dan mandiri didalam belajar.
f.     Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya materi pembelajaran.
g.    Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
h.    Isi dan materi pelajaran dapat di-update dengan mudah.

 2.  Kekurangan :
a.    Keberhasilan pembelajaran berbasis web bergantung pada kemandirian dan motivasi pembelajar.
b.    Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan web seringkali menjadi masalah bagi pembelajar.
c.    Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat mengakses informasi, dikarenakan tidak terdapatnya peralatan yang memadai dan bandwith yang cukup.
d.    Dibutuhkannya panduan bagi pembelajar untuk mencari informasi yang relevan, karena informasi yang terdapat didalam web sangat beragam.
e.    Dengan menggunakan pembelajaran berbasis web, pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat keterbatasan dalam fasilitas komunikasi.




BAB III
KESIMPULAN


Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.    Web based Learning  (WBL) atau Web Based Education (WBE) merupakan pembelajaran dan sistem pendidikan yang memanfaatkan halaman-halaman web pada jaringan internet.
2.    Web Based Learning merupakan salah satu bagian dari E-learning.
3.    Pelaksanaan Web Based Education meliputi penyajian informasi, pemindahan data sumber belajar dan hasil evaluasi belajar, serta media interaksi antara pegajar dengan peserta didik, dan antara peserta didik yang satu dengan yang lain, termasuk di dalamnya sistem pendaftaran dan pelacakan siswa.
4.    Hsl-hsl yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan WBL adalah penyediaan sarana prasarana berupa komputer server, computer client, penyediaan jaringan internet, penyediaan piranti lunak, serta persiapan operasional oleh guru.
5.    Platform piranti lunak course management  yang berlisensi GNU diantaranya Moodle, Dokeos, Atutor, Claroline dan Edmodo.
6.    Keberhasilan penyelenggaraan WBL membutuhkan adanya unsur kesenangan dalam mengeksplorasi jaringan internet dan penerapan strategi belajar untuk mencapai tujuan yang tercantum pada kurikulum.





















DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dari Susanna Tsai and Paulo Machado, “E-learning, Online Learning, Web-based Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology

Oenardi Lawanto. 2001.”Pembelajaran Berbasis Web Sebagai Metoda Komplemen Kegiatan Pendidikan Dan Pelatihan”

Prawiradilaga, Dewi Salma.dkk. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan : E-learning. Jakarta : Penerbit Kencana

Said Hadjerrouit. 2010.” Developing Web-Based Learning Resources in School Education: A User-Centered Approach

http://www.springer.com/978-0-387-35416- Semantic Web and Education, 2006






[1] Jurnal. Susanna Tsai and Paulo Machado, “E-learning, Online Learning, Web-based Learning, or Distance Learning: Unveiling the Ambiguity in Current Terminology. Hal. 2
[2] Prawiradilaga, Dewi Salma.dkk. 2013. Mozaik Teknologi Pendidikan : E-learning. Jakarta : Penerbit Kencana

[3] Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.335

Tidak ada komentar:

Posting Komentar