Selasa, 24 Mei 2016

ACTION RESEARCH


A.    Pengertian Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Menurut Daniel R Tomar (2010, hal 10) action research is a systematic process of solving educational problems and making improvements.”Penelitian tindakan adalah proses yang sistematis untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan nasional dan membuat perubahan.

Dalam bukunya, Ernest T. Stringer (2007, hal 1) menyatakan bahwa Action research is a systematic approach to investigation that enables people to find effective solutions to problems they confront in their everyday lives.”Penelitian tindakan adalah pendekatan sistematis untuk penyelidikan yang memungkinkan orang untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sejalan dengan kedua pendapat sebelumnya, menurut Craig A. Metler “Actions research is defined as any systematic inquiry conducted by teachers, administrators, and counselors, or others with a vested interest in teaching and learning proses or environment for the purpose of gathering information about how their particular school operate, how they teach, and how their stdents learn”(Mils, 2007). 


Dapat diartikan bahwa, Penelitian tindakan  didefinisikan sebagai penyelidikan yang sistematis yang dilakukan oleh guru, administrator, dan konselor, atau orang lain yang memiliki kepentingan dalam proses belajar mengajar. Proses atau lingkungan untuk tujuan mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah khusus mereka beroperasi, bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana siswa mereka belajar.
Jadi, penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk melalukan perbaikan dan peningkatan kinerja dengan metode dan pelaksanaan yang sistematis.

B.     Perbedaan Penelitian Tindakan dengan penelitian kualitatif yang lain
McNiff & Whitehead (2003) telah menyoroti perbedaan penelitian tindakan dengan jenis penelitian lainnya. Perbedaan-perbedaan tesebut berkenaan dengan basis, fokus, lingkup, arah, pemicu, pertanyaan sifat, tujuan, tanggung jawab peneliti, dan posisi nilai. [1]
Berikut ini adalah garis besar penelitian tindakan yang membedakan dengan penelitian kualitatif lain.
a)      Penelitian Tindakan Berbasis Praktisi
Penelitian ini dilakukan oleh praktisi yang menganggap dirinya sebagai peneliti. Oleh karena itu, ia disebut sebagai peneliti praktisi, penelitian berpandu praktisi dan penelitian berbasis praktisi. Ia juga disebut sebagai penelitian tindakan. Dalam konteks perawatan kesehatan dan sosial, digunakan istilah ‘penelitian-pengguna’ atau ‘penelitian berpandu-pengguna-layanan’ (Winter dan Munn Giddings, 2001).
Penelitian berbasis praktisi berarti bahwa semua orang dalam semua konteks yang menyelidiki situasi tempat mereka berada dapat menjadi peniliti, terlepas dari umur, lingkungan sosial, atau kedudukan prodesional atau kedudukan sosial mereka. Situasinya dapat meliputi semua konteks-tempat kerja, lingkungan keluarga, dan sebagainya-dan dapat juga berupa area pribadi atau profesional.

b)      Penelitian Tindakan Difokuskan pada Pembelajaran
Jika penelitian dasar berkenaan dengan pengembangan ilmu, maka penelitian tindakan berkenaan dengan pembelajaran individual yang bekerja sama dengan orang lain.
Penelitian tindakan merupakan proses yang menbantu parapraktisi dalam mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pribadi, yaitu berupa peningkatan pembelajaran peneliti sendiri, dan tujuan sosial; yaitu peningktan situasi peneliti. Laporan penelitian tindakan adalah riwayat tentang pembelajaran peneliti sendiri yang dikembangkan melalui kajian tentang praktiknya di dalam situasi nyata, dan bagaimana pembelajaran tersebut mempengaruhi situasi terkait.
Poin terpenting dalam penelitian tindakan adalah keberhasilan peneliti dalam menunjukkan proses pembelajarannya, dan menjelaskan bagaimana pembelajaran baru tersebut telah membantunya untuk mengembangkan kerjanya di dalam situasi terkait.

c)      Penelitian Tindakan Melingkupi Praktik Profesional yang Baik, dan Bahkan Melampauinya
Penelitian tindakan lebih dari sekadar pemecahan masalah, tapi juga melibatkan identifikasi alasan mengapa tindakan yang terkait dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai peneliti, dan pengumpulan dan penafsiran data untuk menunjukan bahwa alasan dan nilai tersebut dapat dibenarkan dan dipenuhi. Prakti profesional yang bagus menekankan tindakan tetapi tidak selalu mempertanyakan motifnya. Agar menjadi penelitian tindakan, harus ada praksis yang melingkupi praktik. Praksis adalah tindakan berbasis informasi dan berkomtimen yang menjunjung tinggi pengetahuan dan juga merupakan tindakan yang berhasil. Ia berbasis informasi karena pandangan dan perasaan orang lain dipertimbangkan.

d)     Penelitian Tindakan dapat Mengarah pada Peningkatan Pribadi dan Sosial
Penelitian tindakan adalah bentuk penelitian pribadi, tetapi selalu dilakukan secara kolaboratif karena melibatkan individu- individu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang disepakati.

e)      Penelitian Tindakan Responsif terhadap Situasi Sosial
Dalam melakukan penelitin tindakan orang menyeldiki apa yang terjadi dalam situasi tertentu dan berupaya untuk meningkatkannya. Dalam hal ini mereka tidak hanya melakukan observasi dan membuat deskripsi tetapi juga melakukan tindakan. Mereka memulai dengan memahami posisi mereka dalam situasi terkait dan menilai apakah yang mereka  kerjakan telah sesuai dengan nilai-nilai yag mereka yakini. Mereka berupaya memahami cara meningkatkan praktik mereka dengan asumsi bahwa keputusan untuk meningkatkan situasi yang dimulai dari dirinya sendiri akan memampukan mereka memengaruhi orang lain dalam konteks tersebut, sesuai dengan nilai-nilai mereka mengubah orang lain, melainkan mengubah dirinya sendiri dengan mempertanyakan apa yang mereka kerjakan, mengevaluasinya secara ketat, dan menjelaskan kepada orang lain tentang bagaimana peningkatan pribadi mereka dapat memberi andil pada peningkatan sosial.

f)       Penelitian Tindakan Menuntut Pertanyaan Tingkat Tinggi
Peneliti tindakan memulai proses penelitiannya dengan mempertanyakan asumsi yang mendasari praktiknya sendiri dan situasinya. Penelitian tindakan mungkin bukan sekadar pemecahan masalah, melainkan berimplikasi permunculan masalah; yaitu tidak meneima hal-hal pada tataran permukaan. Hal ini melibatkan pertanyaan pada beberapa tingkat, biasanya disebut “pembelajaran pertama, kedua, dan ketiga”. Pembelajaran tingkat pertama merujuk pada pembelajaran tentang situasi. Misalnya, ”berapa siswa dalam kelas bahasa Inggris aktif terlibat dalam praktik berbahasa Inggris?”.
Pembelajaran tingkat kedua adalah pembelajaran untuk mempertanyakan apa yang telah dipelajari: “Bagaimana siswa lain yang pasif dapat dilibatkan atau dibuat lebih aktif?”. Pebelajaran tingkat ketiga adalah belajar bertanya mengapa situasinya seperti itu, mengapa orang perlu mengubah cara memikirkannya: Mengapa perlu bertanay tentang pelibatan siswa-siswa lain dalam kegiatan berbahasa Inggris?. Mengembangkan jenis perspektif kritis seperti ini berarti mengakui bahwa situasi itu bukannya terjadi dengan sendirinya, melainkan sering diciptakan oleh orang dengan maksud tertentu dalam suatu kurun waktu. Penelitian tindakan dapat mengungkap persoalan-persoalan yang seolah-olah tidak berhubungan dengan tujuan aslinya, tetapi penting memahami situasi dengan pandangan untuk mengubahnya.

g)      Penelitian Tindakan secara Disadari Bersifat Politis
Memutuskan mengambil tindakan dengan sendirinya merupakan tindakan politisi karena apa yang dilakukan satu orang selalu memiliki konsekuensi bagi orang lain.

h)      Fokus Penelitian Tindakan Ada pada Perubahan, dan Diri adalah Lokus Perubahan
Situasi tidak berubah dengan sendirinya. Orang berubah, dan mereka mengubah situasi. Perubahan bermula dalam pikiran orang, sehingga ketika orang memutuskan untuk melakukan sesuatu tentang pekerjaannya, mereka memulai proses perubahan pribadi yang dapat berubah menjadi proses perubahan sosial. Jenis penelitian tradisional biasanya berhenti pada deskripsi tentang situasi, kadang merekomendasikan cara mengubah situasi. Peneliti tindakan melakukan tindakan, dan mulai dengan bartanya, “Apayang dapat saya lakukan? Bagaimana saya dapat melakukannya?”.

i)        Praktisi bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
Peneliti tradisional biasanya melaksanakan perasaan orang lain, seperti pembuat kebijakan atau penyandang dana. Mereka boleh memutuskan tentang prosedur penelitian, tetapi mereka tidak membuat keputusan tentang tujuan penelitian. Sementara itu, peneliti tindakan membuat keputusan mereka sendiri tentang apa yang penting dan apa yang mereka mesti lakukan. In merupakan tanggung jawab besar, karena peneliti mendasarkan keputusannya untuk bertindak pada pemahaman tentang apa yang bagus, dan bagaimana mereka memikirkan apa yang seharusnya terjadi.
Hal ini melibatkan pengecekan evaluasi yang sangat ketat dan pengendalian diri, untuk memastikan bahwa peneliti tindakan dapat menggunakan pengaruh potensial mereka secara benar.
j)        Penelitian Tindakan Menekankan Nilai-nilai sebagai Dasar Praktik
Penelitian tindakan dimulai dengan kesadaran praktisi tentang apa yang penting baginya – nilai-nilai mereka sendiri, apakah kejujuran, keadilan, kedisiplinan, tepat waktu – dan bagaimana mereka akan bertindak dalam arah nilai-nilainya. Peneliti tindakan sarat nilai yang berbeda dengan posisi netral peneliti yang melakukan pennelitian jenis lain. Penelitian tindakan menjadi proses yang dirasakan benar oleh penelitirnya. Ini memiliki implikasi serius bagi persoalan justifikasi dan validasi temuan penelitiannya.

C.    Karakteristik Penelitian Tindakan
Beberapa pakar mengemukakan beberapa karakteristik penelitian tindakan, yaitu:
1.      Penelitian tindakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2.      Penelitian tindakan adalah proses yang melibatkan para guru untuk meningkatkan pelaksanaan pengajaran.
3.      Dilakukan oleh guru untuk guru.
4.      Kolaboratif, dilaksanakan secara bersama-sama dengan para pengajar yang lain.
5.      Ciclic (siklus), Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni Perencanaan tindakan, Melakukan tindakan, Pengematan atau observasi dan Analisis atau Refleksi.
6.      Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
7.      Bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran.
8.      Tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.
9.       Penelitian tindakan bersifat terbuka (Open minded).
10.  Terencana, pendekatan yang sistematis untuk mengerti proses belajar.
11.  Kritik analisis terhadap lembaga pendidikan.
12.  Justifikasi dari pelaksanaan pengajaran seorang guru.

D.    Model-model Tindakan

1.    Model Lewin
Lewin mengembangkan model action research dalam sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem input, transpormation dan output. Pada tahap input dilakukan diagnosis permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok siswa. Data identifikasi masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi kinerja sehari-hari. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelum menetapkan tindakan penelitian atau menyusun proposal. Dengan demikian, orang yang paling memahami masalah yang dihadapi subjek penelitian dan cara mengatasinya adalah peneliti itu sendiri
 













Gambar 1.1 Systems Model of Action Reserch Process (Lewin: 1958)
Pada tahap transformation, dilaksanakan tindakan yang telah dirancang. Apabila penelitian tindakan diterapkan di kelas, maka pelaksanaan tindakan diintegrasikan pada proses pembelajaran. Perubahan perilaku yang diharapkan diobservasi selama pelaksanaan tindakan. Apabila perilaku yang diharapkan tidak tercapai, maka peneliti dapat mengulangi proses yang terjadi pada input yaitu mengidentifikasi masalah dan merencanakan tindakan baru yang sesuai untuk mengatasi masalah (Feedback Loop A). Sebaliknya, apabila terjadi perubahan perilaku yang diinginkan, pada tahap berikutnya dilakukan pengukuran hasil (melalui tes/ujian) untuk mengetahui kemajuan yang sudah dicapai. Hasil pengukuran ini kemudian dievaluasi untuk memutuskan perlu atau tidak perlu tindakan perbaikan berikutnya menggunakan rencana baru (feedback loop C) atau memperbaiki tindakan yang sudah direncanakan (feedback loop B).
2.      Model Riel
Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007) yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap:
·      Studi dan perencanaan, Pengambilan tindakan, Pengumpulan dan analisis kejadian, Refleksi
Cycle 1Cycle 2Cycle 3

 




                             




 


Progressive Problem Solving With Action Reserch
Gambar 1.2. Kemajuan Pemecahan Masalah dengen Penelitian Tindakan
           Riel (2007) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi.
3.      Model Kemmis dan Taggart
           Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (silkus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Model penelitian tindakan penelitian tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieJ7Wm_A8pnh1xLJkdw0lLaJf9xkff-9QPKU41wDKrGseLyvUJkiP1B-H56pbxmEMU0iqIelYBkoni_e1oeKXMTyztu2C1dhFdXqMexeAfXhyphenhyphenwfJ_guK3-m_BGKX2OHf4FlbBP0dPNWaOt/s1600/Diagram+Alur+PTK.jpg
Gambar 1.3 Model Kemmis dan Taggart

           Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.

           Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk menyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.

4.      Model DDAER
         Tiga model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar 1.4
http://nayyanrises.files.wordpress.com/2012/11/hokins.jpg
Gambar 1.4 DDAER

Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain. Berikut ini dipaparkan contoh kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis masalah, perancangan – tindakan – observasi – interpretasi – analisis data – evaluasi dan refleksi.
E.     Prosedur Penelitian

A.    Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Menurut Cohen dan Manion 1908; Taba dan Noel, 1982; Winter 1989) langkah-langkah untuk melakukan penelitain tindakan adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi dan merumuskan Masalah
(2) Menganalisis masalah
(3) Merumuskan Hipotesis tindakan
(4) Membuat rencana tindakan dan pemantauannya
(5) Melaksanakan tindakan dan mengamatinya
(6) Mengolah dan menafsirkan data
(7) Melaporkan

1.    Identifikasi dan Perumusan Masalah
a.    Ruang Lingkup Masalah
Penelitian tindakan dilakukan untuk mengubah suatu prilaku seseorang, organisasi, ataupun suatu kerangka sistem tertentu. Pada ruang lingkup dunia pendidikan, penelitian tindakan digunakan untuk mengembangkan kurikulum di suatu sekolah, program perbaikan sekolah, dan pengembangan kebijakan pengajaran di dalam kelas. Menurut (Cohen dan Manion, 1980;181) dalam Madya (2006:104) contoh-contoh bidang garapan penelitian tindakan dalam pengajaran adalah:[2]
1)   Metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan;
2)   Strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya mengajar;
3)   Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik.
4)   Penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong sikap yang lebih positif  terhadap beberapa aspek kehidupan;
5)   Pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri;
6)   Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknin modifikasi perilaku; dan
7)   Administrasi, menambah efesien aspek tertentu dari adminstrasi sekolah.

2.      Identifikasi Masalah
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan adalah identifikasi masalah. Peneliti harus merasakan dan mengidentifikasi sendiri masalah yang akan diteliti bersama kolabolator dan bantuan dari fasilitator agar dapat benar-benar terlibat dalam proses penelitian tersebut.
Berikut iniadalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah:[3]
1)   Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program.
2)   Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan ampai memilih masalah yang memerlukan komitmen yang terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama.
3)   Pernyataan masalahnya harus mengungkapan beberapa dimensi yang fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental in daripada berdasarkan fenomena dangkal.
Maalah dapat diidentifikasi dengan melalui proses refleksi dan evaluasi, seperti yang terdapat pada model Kemmis dan Taggart yang disebut reconnaissance, terhadap data pada pengamatan awal.
3.      Perumusan masalah
Masalah yang terdapat pada penelitian tindakan ialah, adanya suatu kesenjangan antara keadaan nyata di lapangan dan keadaan yang diinginkan. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.[4] Jadi, peneliti harus dapat mendeskripsikan keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan serta adanya kesenjangan diantara kedua hal tersebut yang merupakan masalah yang harus diselesaikan dan melengkapinya dengan suatu tindakan yang sesuai. Untuk itu, peneliti memerlukan wawasan teoritis dan pustaka yang relevan untuk menentukan cara-cara yang dapat diterapkan dalam menjawab pertanyaan pada penelitiannya. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung.[5] Wawasan toeritis yang relevan hendaknya dapat mendukung peneliti dalam proses analisis masalah.
2.      Analisis Masalah
Analisis masalah dalam penelitian tindakan digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya. Analisi masalah dilakukan untuk mengetahui sebab akibat  tentang masalah apa yang sedang dihadapi.
Dibawah ini adalah contoh rumusan masalah menurut Madya (2006), sebagai berikut:[6]
No.
Masalah
Rumusan
1
Rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis dikalangan mahasiswa
Mahasiswa semester 5 mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, mereka lebih bersifat klarifikasi.
2
Rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan
Staf di kantor ini mestinya melakukan apa yang dipenntahkan atasannya, tetapi dalam kenyataan mereka sering sekali melakukan hal-hal yang tidak dipenintahkan
3
Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris
Siswa kelas bahasa Inggris mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar menggunakan bahasa Inggris lewat kegiatan yang menyenangkan, tetapi dalam kenyataan mereka sangat pasif.
4
Rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guruj-siswa-siswa
Pengelolaan interaksi guru-siswa-siswamestinya memungkinkan setiap siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi dalam kenyataan interaksi hanya terjadi antara guru dengan beberapa siswa.
5
Rendahnya kualitas proses pembelajaran bahasa inggris ditinjau dan tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut
Proses pembelajaran bahasa Inggris mestinya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan bahasa tersebut secara komunikatif, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata, lafal dan struktur.
6
Rendahnya kemandirian belajar siswa di suafu sekolah menengah atas.
Kemandulan belajar siswa SLTP mestinya telah berkembang jika kegiatan pembelajarannya mendukungnya, tetap dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat perkembangannya

3.      Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang terdapat dalam penelitian tindakan adalah hipotesis tindakan, bukan hipotesis perbedaan atau hubungan. Rumusan tindakan berisi usulan untuk perbaikan yang diinginkan peneliti. Untuk itu pemilihan prosedur-prosedur apa saja yang akan digunakan dan mencari masukan dari teman sejawat serta dari teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau sebelumnya dirasa penting agar rumusan hipotesis menjadi lebih tepat.
Menurut yang telah dilaporkan oleh Elliot (1988), yang terdapat dalam Madya (2006), disajikan beberapa contoh hipotesis tindakan suatu proyek penelitian tindakan, sebagai berikut:
No.
Masalah
Rumusan
Hipotesis
1.
Rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa
Mahasiswa semester 5 mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi.
Jika tingkat kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas partisipasi merd setelah diberi contoh dengan pembahasannya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat.
2.
rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan
Staf di kantor ini mestinya melakukan apa yang diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataanya mereka sering sekali melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan
Jika diterapkan sanksi terhadap keridaktaatan terhadap perintah atasan setelah dibahas akibat buruknya, ketaatan staf terhadap perintah atasan akan meningkat.
3.
Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dan rendahnya motivasi belajar mereka.
Siswa kelas bahasa Inggris mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar menggunakan bahasa Inggris lewat kegiatan yang menyenangkan sehingga motivasi belajarnya tinggi, tetapi dalam kenyataan mereka kurang sekali terlibat sehingga motivasi mereka rendah.
Dengan kegiatan yang menyenangkan di mana mereka belajar menggunakan bahasa Inggris, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar akan meningkat, dan begitu juga motivasi belajar mereka.
4.
Rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut
Kualitas pembelajaran bahasa Inggris mestinya tinggi jika kegiatannya terfokus untuk mengembangkan kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Inggris, tetapi dalam kenyataannya fokus terlalu berat pada kegiatan untuk menguasai pengetahuan tentang grammar dan kosakata bahasa Inggris.
Jika kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikatif berbahasa Inggris, kualitas pembelajaran akan meningkat.
5.
rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah pertama
Kemandirian belajar siswa SLTP mestinya telah berkembang jika kegiatan pembelajarannya mendukungnya, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat perkembangannya.
Jika kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan masing-masing siswa, kemandirian belajar siswa akan meningkat.

4.      Pembuatan Rencana Tindakan
Rencana tindakan hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kunci berikut ini (McNiff, Lomax k Whitehead, 2003:60):

·         Apa persoalan yang diangkat?

·         Mengapa persoalan ini telah dipilih?

·         Jenis bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan perubahan telah terjadi?

·         Apa yang akan dilakukan dengan temuan?

·         Bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan bahwa tindakan terkait memiliki dampak?

·         Bagaimana dampak akan dievaluasi?


5.      Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan asas penelitian tindakan, tindakan yang direncanakan seharusnya bersifat fleksibel untuk mendapatkan perbaikan yang diinginkan. Pada saat pelaksanaan tindakan dilakukan pula pengambilan data. Data yang dikumpulkan mencakup segala sesuatu yang terjadi pada situasi terkait.
Untuk mencatat atau merekam seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penelitian tindakan, digunakan jurnal. Seperti yang dikatakan oleh White (1988), dalam Madya (2006), adalah berbagai cara merekam/mencatat respon tertulis terhadap pengalam yang dimiliki oleh subjek penelitian selama penelitian tindakan.[7]
Hal-hal yang dapat dimuat dalam jurnal dapat mencakup:
a.       Rincian program sehari-hari (ringkasan)
b.      Rincian percakapan, acara perencanaan, wawancara dengan tamu
c.       Pertanyaan untuk penelitian selanjutnya
d.      Gambar, seketsa, contoh-contoh gagasan yang bagus
e.       Pembuatan log harian mengenai bagian praktik tertentu
f.       Amatan tentang penggunaan strategi
g.      Refleksi tentang sesuatu yang dilakukan, misalnya pelajaran yang diberikan
h.      Rencana untuk kegiatan dimasa akan datang
i.        Respon terhadap fokus pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.
6.      Pengolahan dan Penafsiran Data
Dalam melakukan refleksi, isi yang terdapat dalam catatan atau rekaman hendaknya digunakan untuk dijadkan landasan. Peneliti harus membandingkan isi dalam catatan yang dilakukan peserta untuk mendapatkan hasil yang relatif sahih dan menguraingi unsur subjektifitas.
Perubahan dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan indikator-indikator deskriptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat dilihat.[8] Semua yang terjadi dalam penelitian, baik yang direncanakan maupun tidak, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui perubahan menuju perbaikan di segala aspek praktik dalam situasi penelitian. Hasil analisis data yang dihasilkan bersifat kualitatif deskriptif.

7.      Pelaporan Hasil
Laporan hasil penelitian yang berasal dari analisis data, harusnya mencakup keseluruhan pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dan dipantau pelaksanaannya secara bersama serta berikut dengan perubahan yang dilakukan.
Seperti dijelaskan oleh Kemmis & McTaggart (1988), yang terdapat dalam Madya (2006),  tentang laporan hasil penelitian tindakan seharusnya secara rinci mencakup ulasan tentang butir-butir berikut:[9]
a.    bagaimana gagasan umum peneliti telah berkembang berubah dari permulaan sampai akhir penelitian, termasuk pengembangan penalaran untuk praktik yang dilakukan oleh peneliti yang bersangkutan;
b.    bagaimana tindakan yang telah dirumuskan itu terlaksana melalui
c.    penjajagan, dan bagaimana tindakan itu dirumuskan kembali, untuk tindakan masa datang;
d.   bagaimana pemantauan telah berlangsung dan apakah ada kemacetan, atau apakah ada perubahan teknis sesuai dengan kondisi lapangan yang dialami;
e.    situasi tempat dilaksanakan tindakan tersebut;
f.     tindakan strategik yang dilakukan dan apakah tindakan itu terus dilakukan, atau harus diubah (disengaja atau tak disengaja) selama pelaksanaan penelitian;
g.    konsekuensi tindakan yang dilakukan; termaksud, tak termaksud, terantisipasi, tak terantisipasi;
h.    perubahan peran semua orang yang terlibat;
i.      pengaruh pada orang, negosiasi lebih lanjut yang dilakukan;
j.      kesulitan yang dihadapi dan bagaimana kesulitan tersebut  diatasi;
k.    keberhasilan usaha untuk menjaga kerahasiaan, keleluasaanpribadi dan kehati-hatian (apakah peneliti terlalu hati-hati atau harus lebih berhati-hati di masa datang);
l.      perbaikan/peningkatan (bila ada), dalam praktik dan pemahaman terhadap praktik tersebut; dan
m.  pendapat peneliti setelah melakukan penelitian tindakan terhadap subyek penelitian, dan apa yang telah diperoleh dari sistem komunikasi (penyampaian) di lembaga terkait.


F.     Format Penelitian Tindakan
Penyusuan proposal selalu mengacu pada pedoman penulisan. Masing-masing lembaga, sponsor atau pemberi dana membuat pedoman yang berbeda-beda. Peneliti harus cerdas dan mampu menyesuaikan karya tulisannya dengan panduan bentuk apapun. Berikut ini ada salah satu contoh format penelitian tindakan dan informasi yang diperlukan pada setiap sub bab laporan penelitian.
Format penyusunan proposal/laporan penelitian merupakan persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh peneliti. Laporan penelitian tidak akan mendapat skor yang bagus apabila pin-poin yang akan dinilai tidak ditulis oleh peneliti karena peneliti tidak menaati panduan penulisan. Dalam panduan penulisan proposal/laporan penelitian selalu diberikan petunjuk penulisan. Peneliti harus cermat dan cerdas menjawab permintaan yang tertulis pada panduan. Berikut ini contoh panduan penyususna proposal/laporan penelitian.




Text Box: BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain/Prosedur Penelitian
B. Setting Tindakan
C. Subjek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
 




















G.    Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan

A.    Kelemahan dan kelebihan penelitian tindakan
1.      Kelebihan penelitian tindakan
Penelitain tindakan seperti halnya jenis penelitian la, memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangannya penlitian penelitian dapat mengurangi kekurangannya dan mengoptimalkan kelebihannya. Sumsky (1982) telah mencatat kelebihan tindakan sebagai berikut:
1.      Kerja sama dalam penlitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Kerjasama dalam proyek penelitian tindakan dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan manusia modern. Kerjasama ini memberikan ajang untuk memberikan kelompok dasar yang baru dan mendorong lahirnya rasa keterkaitan. Manusia dapat menderita kesedihan yang paling hebat adalah kesendirian dan keterpencilan. Manusia adalah makhluk kelompok dan kehidupannya adalah kehidupan kelopok
2.      Kerjasama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemeikiran kritis. Melalui interaksi dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan, seseorang akan menemukan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dengan demikian ia akan menerima dirinya sendri lebih banyak saran dan lebihbanyak analisis dan keritikan terhadap rencana yang diajukan situasi terbuka seperti ini dapat mendorong untk berfikir kreatif dan kritis
3.      Melalui kerja sama kemungkinan unyuk berubah meningkat.mencoba sesuatu yang baru memang memilii rsiko. Penelitian tentang dinamika kelompok lebih mudah berubah dibanding dengan orang seorang( bukan anggota kelompok) orang yang ingin berubah harus terlibat dalam setiap aspk penelitianya, identifikasi masalah sampai tahap menyimpulkan. Keyakinan dasar darigerakan penelitian tindakan adalah bahwa cara yang menjanjikan untuk memulai dan menjamin perubahan adalah dengan melibatkan pengguna potensial dari hasil penelitian dalam perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analosis data dan menafsirkan data
4.      Kerjasama dlam penelitian tindakan meningkatklan kesepakatan seperti dibahas oleh passow, miles dan draper (1985) perilaku yang diinginkan dari penelitian tindakan dalam situasi kelopok adalah pelitian tindakan orang yang tidak mersa bahwa dia memiliki semua fakta dan mengtahui semua jawaban. Dia mencoba mengumpukan semua fakta dan dengan cermat menilai dan menguraikan masalahnya. Jadi dalam penelitian tindakan orang terlatih mencapai kesepakatan dalam meyelesaikan masalah
2.      Kelemahan penlitian tindakan
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan penelitian tindakan mengandung beberapa kelemahan sebaga berikut
1.      Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam tknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti. Penelitian tndakan lazimnya dilakukan oleh para praktisi seperti guru, pelatih, pengelola dan pengawas yang selalu perdula akan kekurangan dan ketimpangan yang ada situasi kerjaya dan berkehendak untuk memperbaiakanya. Karena para praktisi biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis. Hal ini diberparah dengan perasaan bahwa penelitian tindakan hanya layak dilakukan oleh para mahasiswa kampus yang bergelut dalam kegian ilmiyah hingga oara praktisi tidak tertarik untuk melakukan penelitian.
2.      Kelemahan kedua adalah adalah waktu karena penelitain tindaka memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya,faktor waktu ini menjadi kendala yang besar. Praktisi yang melakukan penelitian tindakan harus membagi waktunya untuk tugas rutin dan untuk penelitian. Hal tersebut dapat berakibat akan tidak efisien dan efktif
3.      Kesulaitanm lain adalah tentang konepsi proses kelompok, proses kelompok akan baik jika pemimpin kelompok bersifat demokratis, yaitu seseorang yang memungkinakan para anggotanya ikut mengendalikan jalanya diskusi. Karena hal tersebut akan menghambat ketercapainyanya tujuan
4.      Kelemahan berikautnya dalam artian bahwa ia dapat menjadi alat untuk mengesahkan metode, strategi atau teknik untuk situasi yang dihadapi dan tuntutan bahwa penelitain tindakan dapat meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi dan tknik yaang ditelitinya benar-benar berjalan dengan efektif.setelah hal itu tecapai bahwa penelitian tindakan yng dilakukan berlaku untuk situasi yang ditelitinya.
Agar kelebihan penelitian tindakan dapat trcapai secra optimal dan kelemahannya dapat dikuragi peneliti tindakan hendaknya menerapkan asas-asas dan mmenuhi validitas dan reliabelitas, serta memenuhi persyaratan seprti yang diuraikan diatas






[1] Madya, Teori dan Praktik: Penelitian Tindakan: Action Research, (Alfavbeta: Bandung, 2006), h. 24
[2] lopcit, h. 104
[3]Ibid, h. 104
[4]Ibid, hal. 108.
[5]Ibid, hal.109.
[6] Ibid, hal. 110.
[7] Ibid, hal.122.
[8]Ibid, hal 123.
[9]Ibid, hal 124-125.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar