A.
Pengertian
Penelitian Tindakan
Penelitian
tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang
diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik.
Menurut
Daniel R Tomar (2010, hal 10) “action research is a systematic process of solving
educational problems and making improvements.”Penelitian tindakan adalah proses yang sistematis untuk
menyelesaikan permasalahan pendidikan nasional dan membuat perubahan.
Dalam bukunya, Ernest T. Stringer (2007, hal 1) menyatakan bahwa
“Action
research is a systematic approach to investigation that enables people to find
effective solutions to problems they confront in their everyday lives.”Penelitian
tindakan adalah pendekatan sistematis untuk penyelidikan yang memungkinkan
orang untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah yang mereka hadapi
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sejalan
dengan kedua pendapat sebelumnya, menurut Craig A. Metler “Actions research is defined as any systematic inquiry conducted by
teachers, administrators, and counselors, or others with a vested interest in
teaching and learning proses or environment for the purpose of gathering
information about how their particular school operate, how they teach, and how
their stdents learn”(Mils, 2007).
Dapat diartikan bahwa, Penelitian
tindakan didefinisikan sebagai
penyelidikan yang sistematis yang dilakukan oleh guru, administrator, dan
konselor, atau orang lain yang memiliki kepentingan dalam proses belajar
mengajar. Proses atau lingkungan untuk tujuan
mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah khusus mereka beroperasi,
bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana siswa mereka belajar.
Jadi,
penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk melalukan
perbaikan dan peningkatan kinerja dengan metode dan pelaksanaan yang
sistematis.
B.
Perbedaan
Penelitian Tindakan dengan penelitian kualitatif yang lain
McNiff & Whitehead (2003) telah
menyoroti perbedaan penelitian tindakan dengan jenis penelitian lainnya.
Perbedaan-perbedaan tesebut berkenaan dengan basis, fokus, lingkup, arah,
pemicu, pertanyaan sifat, tujuan, tanggung jawab peneliti, dan posisi nilai. [1]
Berikut ini adalah garis besar
penelitian tindakan yang membedakan dengan penelitian kualitatif lain.
a) Penelitian
Tindakan Berbasis Praktisi
Penelitian
ini dilakukan oleh praktisi yang menganggap dirinya sebagai peneliti. Oleh
karena itu, ia disebut sebagai peneliti praktisi, penelitian berpandu praktisi
dan penelitian berbasis praktisi. Ia juga disebut sebagai penelitian tindakan.
Dalam konteks perawatan kesehatan dan sosial, digunakan istilah
‘penelitian-pengguna’ atau ‘penelitian berpandu-pengguna-layanan’ (Winter dan
Munn Giddings, 2001).
Penelitian
berbasis praktisi berarti bahwa semua orang dalam semua konteks yang
menyelidiki situasi tempat mereka berada dapat menjadi peniliti, terlepas dari
umur, lingkungan sosial, atau kedudukan prodesional atau kedudukan sosial
mereka. Situasinya dapat meliputi semua konteks-tempat kerja, lingkungan
keluarga, dan sebagainya-dan dapat juga berupa area pribadi atau profesional.
b) Penelitian
Tindakan Difokuskan pada Pembelajaran
Jika
penelitian dasar berkenaan dengan pengembangan ilmu, maka penelitian tindakan
berkenaan dengan pembelajaran individual yang bekerja sama dengan orang lain.
Penelitian
tindakan merupakan proses yang menbantu parapraktisi dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pribadi, yaitu berupa peningkatan
pembelajaran peneliti sendiri, dan tujuan sosial; yaitu peningktan situasi
peneliti. Laporan penelitian tindakan adalah riwayat tentang pembelajaran
peneliti sendiri yang dikembangkan melalui kajian tentang praktiknya di dalam situasi
nyata, dan bagaimana pembelajaran tersebut mempengaruhi situasi terkait.
Poin
terpenting dalam penelitian tindakan adalah keberhasilan peneliti dalam
menunjukkan proses pembelajarannya, dan menjelaskan bagaimana pembelajaran baru
tersebut telah membantunya untuk mengembangkan kerjanya di dalam situasi
terkait.
c) Penelitian
Tindakan Melingkupi Praktik Profesional yang Baik, dan Bahkan Melampauinya
Penelitian
tindakan lebih dari sekadar pemecahan masalah, tapi juga melibatkan
identifikasi alasan mengapa tindakan yang terkait dilakukan dengan menerapkan
nilai-nilai peneliti, dan pengumpulan dan penafsiran data untuk menunjukan
bahwa alasan dan nilai tersebut dapat dibenarkan dan dipenuhi. Prakti
profesional yang bagus menekankan tindakan tetapi tidak selalu mempertanyakan
motifnya. Agar menjadi penelitian tindakan, harus ada praksis yang melingkupi
praktik. Praksis adalah tindakan berbasis informasi dan berkomtimen yang
menjunjung tinggi pengetahuan dan juga merupakan tindakan yang berhasil. Ia
berbasis informasi karena pandangan dan perasaan orang lain dipertimbangkan.
d) Penelitian
Tindakan dapat Mengarah pada Peningkatan Pribadi dan Sosial
Penelitian
tindakan adalah bentuk penelitian pribadi, tetapi selalu dilakukan secara
kolaboratif karena melibatkan individu- individu yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan yang disepakati.
e) Penelitian
Tindakan Responsif terhadap Situasi Sosial
Dalam
melakukan penelitin tindakan orang menyeldiki apa yang terjadi dalam situasi
tertentu dan berupaya untuk meningkatkannya. Dalam hal ini mereka tidak hanya
melakukan observasi dan membuat deskripsi tetapi juga melakukan tindakan.
Mereka memulai dengan memahami posisi mereka dalam situasi terkait dan menilai
apakah yang mereka kerjakan telah sesuai
dengan nilai-nilai yag mereka yakini. Mereka berupaya memahami cara
meningkatkan praktik mereka dengan asumsi bahwa keputusan untuk meningkatkan
situasi yang dimulai dari dirinya sendiri akan memampukan mereka memengaruhi
orang lain dalam konteks tersebut, sesuai dengan nilai-nilai mereka mengubah
orang lain, melainkan mengubah dirinya sendiri dengan mempertanyakan apa yang
mereka kerjakan, mengevaluasinya secara ketat, dan menjelaskan kepada orang
lain tentang bagaimana peningkatan pribadi mereka dapat memberi andil pada
peningkatan sosial.
f) Penelitian
Tindakan Menuntut Pertanyaan Tingkat Tinggi
Peneliti
tindakan memulai proses penelitiannya dengan mempertanyakan asumsi yang
mendasari praktiknya sendiri dan situasinya. Penelitian tindakan mungkin bukan
sekadar pemecahan masalah, melainkan berimplikasi permunculan masalah; yaitu
tidak meneima hal-hal pada tataran permukaan. Hal ini melibatkan pertanyaan
pada beberapa tingkat, biasanya disebut “pembelajaran pertama, kedua, dan
ketiga”. Pembelajaran tingkat pertama merujuk pada pembelajaran tentang
situasi. Misalnya, ”berapa siswa dalam kelas bahasa Inggris aktif terlibat
dalam praktik berbahasa Inggris?”.
Pembelajaran
tingkat kedua adalah pembelajaran untuk mempertanyakan apa yang telah
dipelajari: “Bagaimana siswa lain yang pasif dapat dilibatkan atau dibuat lebih
aktif?”. Pebelajaran tingkat ketiga adalah belajar bertanya mengapa situasinya
seperti itu, mengapa orang perlu mengubah cara memikirkannya: Mengapa perlu
bertanay tentang pelibatan siswa-siswa lain dalam kegiatan berbahasa Inggris?.
Mengembangkan jenis perspektif kritis seperti ini berarti mengakui bahwa
situasi itu bukannya terjadi dengan sendirinya, melainkan sering diciptakan
oleh orang dengan maksud tertentu dalam suatu kurun waktu. Penelitian tindakan
dapat mengungkap persoalan-persoalan yang seolah-olah tidak berhubungan dengan
tujuan aslinya, tetapi penting memahami situasi dengan pandangan untuk
mengubahnya.
g) Penelitian
Tindakan secara Disadari Bersifat Politis
Memutuskan
mengambil tindakan dengan sendirinya merupakan tindakan politisi karena apa
yang dilakukan satu orang selalu memiliki konsekuensi bagi orang lain.
h) Fokus
Penelitian Tindakan Ada pada Perubahan, dan Diri adalah Lokus Perubahan
Situasi
tidak berubah dengan sendirinya. Orang berubah, dan mereka mengubah situasi.
Perubahan bermula dalam pikiran orang, sehingga ketika orang memutuskan untuk
melakukan sesuatu tentang pekerjaannya, mereka memulai proses perubahan pribadi
yang dapat berubah menjadi proses perubahan sosial. Jenis penelitian tradisional
biasanya berhenti pada deskripsi tentang situasi, kadang merekomendasikan cara
mengubah situasi. Peneliti tindakan melakukan tindakan, dan mulai dengan
bartanya, “Apayang dapat saya lakukan? Bagaimana saya dapat melakukannya?”.
i)
Praktisi
bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
Peneliti
tradisional biasanya melaksanakan perasaan orang lain, seperti pembuat
kebijakan atau penyandang dana. Mereka boleh memutuskan tentang prosedur
penelitian, tetapi mereka tidak membuat keputusan tentang tujuan penelitian. Sementara
itu, peneliti tindakan membuat keputusan mereka sendiri tentang apa yang
penting dan apa yang mereka mesti lakukan. In merupakan tanggung jawab besar,
karena peneliti mendasarkan keputusannya untuk bertindak pada pemahaman tentang
apa yang bagus, dan bagaimana mereka memikirkan apa yang seharusnya terjadi.
Hal
ini melibatkan pengecekan evaluasi yang sangat ketat dan pengendalian diri,
untuk memastikan bahwa peneliti tindakan dapat menggunakan pengaruh potensial
mereka secara benar.
j)
Penelitian Tindakan
Menekankan Nilai-nilai sebagai Dasar Praktik
Penelitian
tindakan dimulai dengan kesadaran praktisi tentang apa yang penting baginya –
nilai-nilai mereka sendiri, apakah kejujuran, keadilan, kedisiplinan, tepat
waktu – dan bagaimana mereka akan bertindak dalam arah nilai-nilainya. Peneliti
tindakan sarat nilai yang berbeda dengan posisi netral peneliti yang melakukan
pennelitian jenis lain. Penelitian tindakan menjadi proses yang dirasakan benar
oleh penelitirnya. Ini memiliki implikasi serius bagi persoalan justifikasi dan
validasi temuan penelitiannya.
C.
Karakteristik
Penelitian Tindakan
Beberapa pakar mengemukakan
beberapa karakteristik penelitian tindakan, yaitu:
1. Penelitian
tindakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Penelitian
tindakan adalah proses yang melibatkan para guru untuk meningkatkan pelaksanaan
pengajaran.
3. Dilakukan
oleh guru untuk guru.
4. Kolaboratif,
dilaksanakan secara bersama-sama dengan para pengajar yang lain.
5. Ciclic (siklus), Konsep
tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari
beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari
empat tahapan, yakni Perencanaan tindakan, Melakukan tindakan, Pengematan atau
observasi dan Analisis atau Refleksi.
6. Peneliti
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
7. Bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran.
8. Tindakan
yang dilakukan adalah tindakan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.
9. Penelitian tindakan bersifat terbuka (Open
minded).
10. Terencana,
pendekatan yang sistematis untuk mengerti proses belajar.
11. Kritik
analisis terhadap lembaga pendidikan.
12. Justifikasi
dari pelaksanaan pengajaran seorang guru.
D.
Model-model
Tindakan
1.
Model
Lewin
Lewin
mengembangkan model action research dalam sebuah sistem
yang terdiri dari sub sistem input, transpormation dan output. Pada tahap input
dilakukan diagnosis permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok
siswa. Data identifikasi masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi
kinerja sehari-hari. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelum
menetapkan tindakan penelitian atau menyusun proposal. Dengan demikian, orang
yang paling memahami masalah yang dihadapi subjek penelitian dan cara
mengatasinya adalah peneliti itu sendiri
![]() |
Gambar 1.1 Systems Model of Action
Reserch Process (Lewin: 1958)
Pada tahap transformation, dilaksanakan
tindakan yang telah dirancang. Apabila penelitian tindakan diterapkan di kelas,
maka pelaksanaan tindakan diintegrasikan pada proses pembelajaran. Perubahan
perilaku yang diharapkan diobservasi selama pelaksanaan tindakan. Apabila
perilaku yang diharapkan tidak tercapai, maka peneliti dapat mengulangi proses
yang terjadi pada input yaitu mengidentifikasi masalah dan merencanakan
tindakan baru yang sesuai untuk mengatasi masalah (Feedback Loop A). Sebaliknya, apabila terjadi perubahan perilaku
yang diinginkan, pada tahap berikutnya dilakukan pengukuran hasil (melalui
tes/ujian) untuk mengetahui kemajuan yang sudah dicapai. Hasil pengukuran ini
kemudian dievaluasi untuk memutuskan perlu atau tidak perlu tindakan perbaikan
berikutnya menggunakan rencana baru (feedback
loop C) atau memperbaiki tindakan yang sudah direncanakan (feedback loop B).
2.
Model
Riel
Model ke dua dikembangkan oleh Riel
(2007) yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap:
· Studi
dan perencanaan, Pengambilan tindakan, Pengumpulan dan analisis kejadian,
Refleksi

![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
Progressive
Problem Solving With Action Reserch
Gambar
1.2. Kemajuan Pemecahan Masalah dengen Penelitian Tindakan
Riel (2007) mengemukakan bahwa untuk
mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditemukan
berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah
teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung
tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai
disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah
dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua
data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis
tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak
lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini
berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi.
3. Model Kemmis dan
Taggart
Kemmis dan Taggart (1988) membagi
prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran
(silkus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Model
penelitian tindakan penelitian tersebut sering diacu oleh para peneliti
tindakan.

Gambar
1.3 Model Kemmis dan Taggart
Kegiatan tindakan dan observasi
digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus
dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi
untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian
direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan
tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah
terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak
perlu ditingkatkan lagi.
Hambatan dan keberhasilan
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan
kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya,
tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada
siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua
adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk
menyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum
berhasil.
4. Model DDAER
Tiga model PTK yang telah dicontohkan
di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan
dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali
dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi sebelum
dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation,
evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar 1.4

Gambar
1.4 DDAER
Dalam model tersebut,
penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih.
Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah.
Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih
salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian
berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain. Berikut ini
dipaparkan contoh kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis masalah,
perancangan – tindakan – observasi – interpretasi – analisis data – evaluasi
dan refleksi.
E.
Prosedur
Penelitian
A. Langkah-langkah
Penelitian Tindakan
Menurut
Cohen dan Manion 1908; Taba dan Noel, 1982; Winter 1989) langkah-langkah untuk
melakukan penelitain tindakan adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi dan
merumuskan Masalah
(2)
Menganalisis masalah
(3)
Merumuskan Hipotesis tindakan
(4)
Membuat rencana tindakan dan pemantauannya
(5)
Melaksanakan tindakan dan mengamatinya
(6)
Mengolah dan menafsirkan data
(7)
Melaporkan
1. Identifikasi
dan Perumusan Masalah
a. Ruang
Lingkup Masalah
Penelitian
tindakan dilakukan untuk mengubah suatu prilaku seseorang, organisasi, ataupun
suatu kerangka sistem tertentu. Pada ruang lingkup dunia pendidikan, penelitian
tindakan digunakan untuk mengembangkan kurikulum di suatu sekolah, program
perbaikan sekolah, dan pengembangan kebijakan pengajaran di dalam kelas.
Menurut (Cohen dan Manion, 1980;181) dalam Madya (2006:104) contoh-contoh
bidang garapan penelitian tindakan dalam pengajaran adalah:[2]
1) Metode mengajar,
mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan;
2) Strategi belajar,
menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya
mengajar;
3) Prosedur
evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian
kontinyu/otentik.
4) Penanaman
atau perubahan sikap dan nilai,
mungkin mendorong sikap yang lebih positif
terhadap beberapa aspek kehidupan;
5) Pengembangan
profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan
mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis,
atau meningkatkan kesadaran diri;
6) Pengelolaan dan
kontrol, pengenalan bertahap pada teknin modifikasi
perilaku; dan
7) Administrasi,
menambah efesien aspek tertentu dari adminstrasi sekolah.
2. Identifikasi
Masalah
Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan adalah identifikasi
masalah. Peneliti harus merasakan dan mengidentifikasi sendiri masalah yang
akan diteliti bersama kolabolator dan bantuan dari fasilitator agar dapat
benar-benar terlibat dalam proses penelitian tersebut.
Berikut
iniadalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah:[3]
1) Masalah
harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari
segi pengembangan lembaga atau program.
2) Masalah
hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan ampai memilih masalah yang
memerlukan komitmen yang terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya
terlalu lama.
3) Pernyataan
masalahnya harus mengungkapan beberapa dimensi yang fundamental mengenai
penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dapat dilakukan berdasarkan
hal-hal fundamental in daripada berdasarkan fenomena dangkal.
Maalah
dapat diidentifikasi dengan melalui proses refleksi dan evaluasi, seperti yang
terdapat pada model Kemmis dan Taggart yang disebut reconnaissance, terhadap data pada pengamatan awal.
3. Perumusan
masalah
Masalah
yang terdapat pada penelitian tindakan ialah, adanya suatu kesenjangan antara
keadaan nyata di lapangan dan keadaan yang diinginkan. Pada intinya, rumusan
masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang
diinginkan.[4]
Jadi, peneliti harus dapat mendeskripsikan keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan serta adanya kesenjangan diantara kedua hal tersebut yang merupakan
masalah yang harus diselesaikan dan melengkapinya dengan suatu tindakan yang
sesuai. Untuk itu, peneliti memerlukan wawasan teoritis dan pustaka yang
relevan untuk menentukan cara-cara yang dapat diterapkan dalam menjawab
pertanyaan pada penelitiannya. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori
dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti
dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung.[5]
Wawasan toeritis yang relevan hendaknya dapat mendukung peneliti dalam proses
analisis masalah.
2.
Analisis
Masalah
Analisis
masalah dalam penelitian tindakan digunakan untuk mengetahui masalah-masalah
yang ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya. Analisi masalah
dilakukan untuk mengetahui sebab akibat
tentang masalah apa yang sedang dihadapi.
Dibawah
ini adalah contoh rumusan masalah menurut Madya (2006), sebagai berikut:[6]
No.
|
Masalah
|
Rumusan
|
1
|
Rendahnya kemampuan
mengajukan pertanyaan kritis dikalangan mahasiswa
|
Mahasiswa semester 5
mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, mereka lebih bersifat
klarifikasi.
|
2
|
Rendahnya ketaatan
staf pada perintah atasan
|
Staf di kantor ini
mestinya melakukan apa yang dipenntahkan atasannya, tetapi dalam kenyataan
mereka sering sekali melakukan hal-hal yang tidak dipenintahkan
|
3
|
Rendahnya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris
|
Siswa kelas bahasa
Inggris mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar menggunakan
bahasa Inggris lewat kegiatan yang menyenangkan, tetapi dalam kenyataan
mereka sangat pasif.
|
4
|
Rendahnya kualitas
pengelolaan interaksi guruj-siswa-siswa
|
Pengelolaan
interaksi guru-siswa-siswamestinya memungkinkan setiap siswa untuk aktif
terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi dalam kenyataan interaksi hanya
terjadi antara guru dengan beberapa siswa.
|
5
|
Rendahnya kualitas
proses pembelajaran bahasa inggris ditinjau dan tujuan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut
|
Proses pembelajaran
bahasa Inggris mestinya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
menggunakan bahasa tersebut secara komunikatif, tetapi dalam kenyataannya
kegiatan pembelajaran terbatas pada kosakata, lafal dan struktur.
|
6
|
Rendahnya kemandirian
belajar siswa di suafu sekolah menengah atas.
|
Kemandulan belajar
siswa SLTP mestinya telah berkembang jika kegiatan pembelajarannya
mendukungnya, tetap dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat
perkembangannya
|
3.
Perumusan
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
yang terdapat dalam penelitian tindakan adalah hipotesis tindakan, bukan
hipotesis perbedaan atau hubungan. Rumusan tindakan berisi usulan untuk
perbaikan yang diinginkan peneliti. Untuk itu pemilihan prosedur-prosedur apa
saja yang akan digunakan dan mencari masukan dari teman sejawat serta dari
teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau sebelumnya dirasa penting agar
rumusan hipotesis menjadi lebih tepat.
Menurut
yang telah dilaporkan oleh Elliot (1988), yang terdapat dalam Madya (2006),
disajikan beberapa contoh hipotesis tindakan suatu proyek penelitian tindakan,
sebagai berikut:
No.
|
Masalah
|
Rumusan
|
Hipotesis
|
1.
|
Rendahnya kemampuan
mengajukan pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa
|
Mahasiswa semester 5
mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam
kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi.
|
Jika tingkat
kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas partisipasi merd
setelah diberi contoh dengan pembahasannya kemampuan mengajukan pertanyaan
kritis mereka akan meningkat.
|
2.
|
rendahnya ketaatan
staf pada perintah atasan
|
Staf di kantor ini
mestinya melakukan apa yang diperintahkan atasannya, tetapi dalam kenyataanya
mereka sering sekali melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan
|
Jika diterapkan
sanksi terhadap keridaktaatan terhadap perintah atasan setelah dibahas akibat
buruknya, ketaatan staf terhadap perintah atasan akan meningkat.
|
3.
|
Rendahnya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dan rendahnya
motivasi belajar mereka.
|
Siswa kelas bahasa
Inggris mestinya terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar menggunakan
bahasa Inggris lewat kegiatan yang menyenangkan sehingga motivasi belajarnya
tinggi, tetapi dalam kenyataan mereka kurang sekali terlibat sehingga motivasi
mereka rendah.
|
Dengan kegiatan yang
menyenangkan di mana mereka belajar menggunakan bahasa Inggris, keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar akan meningkat, dan begitu juga motivasi belajar
mereka.
|
4.
|
Rendahnya
kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut
|
Kualitas pembelajaran
bahasa Inggris mestinya tinggi jika kegiatannya terfokus untuk mengembangkan
kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Inggris, tetapi dalam kenyataannya fokus
terlalu berat pada kegiatan untuk menguasai pengetahuan tentang grammar dan
kosakata bahasa Inggris.
|
Jika kegiatan
pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikatif berbahasa
Inggris, kualitas pembelajaran akan meningkat.
|
5.
|
rendahnya kemandirian
belajar siswa di suatu sekolah menengah pertama
|
Kemandirian belajar
siswa SLTP mestinya telah berkembang jika kegiatan pembelajarannya
mendukungnya, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat
perkembangannya.
|
Jika kegiatan
pembelajaran diciptakan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan masing-masing
siswa, kemandirian belajar siswa akan meningkat.
|
4.
Pembuatan
Rencana Tindakan
Rencana
tindakan hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kunci berikut
ini (McNiff, Lomax k Whitehead, 2003:60):
·
Apa persoalan
yang diangkat?
·
Mengapa
persoalan ini telah dipilih?
·
Jenis bukti apa
yang dapat diproduksi untuk menunjukkan perubahan telah terjadi?
·
Apa yang akan
dilakukan dengan temuan?
·
Bukti apa yang
dapat diproduksi untuk menunjukkan bahwa tindakan terkait memiliki dampak?
·
Bagaimana dampak
akan dievaluasi?
5.
Pelaksanaan
Tindakan
Sesuai
dengan asas penelitian tindakan, tindakan yang direncanakan seharusnya bersifat
fleksibel untuk mendapatkan perbaikan yang diinginkan. Pada saat pelaksanaan
tindakan dilakukan pula pengambilan data. Data yang dikumpulkan mencakup segala
sesuatu yang terjadi pada situasi terkait.
Untuk
mencatat atau merekam seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penelitian
tindakan, digunakan jurnal. Seperti yang dikatakan oleh White (1988), dalam
Madya (2006), adalah berbagai cara merekam/mencatat respon tertulis terhadap
pengalam yang dimiliki oleh subjek penelitian selama penelitian tindakan.[7]
Hal-hal
yang dapat dimuat dalam jurnal dapat mencakup:
a. Rincian
program sehari-hari (ringkasan)
b. Rincian
percakapan, acara perencanaan, wawancara dengan tamu
c. Pertanyaan
untuk penelitian selanjutnya
d. Gambar,
seketsa, contoh-contoh gagasan yang bagus
e. Pembuatan
log harian mengenai bagian praktik tertentu
f. Amatan
tentang penggunaan strategi
g. Refleksi
tentang sesuatu yang dilakukan, misalnya pelajaran yang diberikan
h. Rencana
untuk kegiatan dimasa akan datang
i.
Respon terhadap
fokus pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.
6.
Pengolahan
dan Penafsiran Data
Dalam
melakukan refleksi, isi yang terdapat dalam catatan atau rekaman hendaknya
digunakan untuk dijadkan landasan. Peneliti harus membandingkan isi dalam
catatan yang dilakukan peserta untuk mendapatkan hasil yang relatif sahih dan
menguraingi unsur subjektifitas.
Perubahan
dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan indikator-indikator
deskriptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat dilihat.[8]
Semua yang terjadi dalam penelitian, baik yang direncanakan maupun tidak, perlu
dilakukan analisis untuk mengetahui perubahan menuju perbaikan di segala aspek
praktik dalam situasi penelitian. Hasil analisis data yang dihasilkan bersifat
kualitatif deskriptif.
7.
Pelaporan
Hasil
Laporan
hasil penelitian yang berasal dari analisis data, harusnya mencakup keseluruhan
pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dan dipantau pelaksanaannya secara
bersama serta berikut dengan perubahan yang dilakukan.
Seperti
dijelaskan oleh Kemmis & McTaggart (1988), yang terdapat dalam Madya
(2006), tentang laporan hasil penelitian
tindakan seharusnya secara rinci mencakup ulasan tentang butir-butir berikut:[9]
a. bagaimana
gagasan umum peneliti telah berkembang berubah dari permulaan sampai akhir
penelitian, termasuk pengembangan penalaran untuk praktik yang dilakukan oleh
peneliti yang bersangkutan;
b. bagaimana tindakan yang telah dirumuskan itu
terlaksana melalui
c. penjajagan, dan bagaimana tindakan itu dirumuskan
kembali, untuk tindakan masa datang;
d. bagaimana
pemantauan telah berlangsung dan apakah ada kemacetan, atau apakah ada
perubahan teknis sesuai dengan kondisi lapangan yang dialami;
e. situasi
tempat dilaksanakan tindakan tersebut;
f. tindakan
strategik yang dilakukan dan apakah tindakan itu terus dilakukan, atau harus
diubah (disengaja atau tak disengaja) selama pelaksanaan penelitian;
g. konsekuensi
tindakan yang dilakukan; termaksud, tak termaksud, terantisipasi, tak
terantisipasi;
h. perubahan
peran semua orang yang terlibat;
i. pengaruh
pada orang, negosiasi lebih lanjut yang dilakukan;
j. kesulitan
yang dihadapi dan bagaimana kesulitan tersebut
diatasi;
k. keberhasilan
usaha untuk menjaga kerahasiaan, keleluasaanpribadi dan kehati-hatian (apakah
peneliti terlalu hati-hati atau harus lebih berhati-hati di masa datang);
l. perbaikan/peningkatan
(bila ada), dalam praktik dan pemahaman terhadap praktik tersebut; dan
m. pendapat
peneliti setelah melakukan penelitian tindakan terhadap subyek penelitian, dan
apa yang telah diperoleh dari sistem komunikasi (penyampaian) di lembaga
terkait.
F. Format
Penelitian Tindakan
Penyusuan proposal selalu mengacu pada
pedoman penulisan. Masing-masing lembaga, sponsor atau pemberi dana membuat
pedoman yang berbeda-beda. Peneliti harus cerdas dan mampu menyesuaikan karya
tulisannya dengan panduan bentuk apapun. Berikut ini ada salah satu contoh
format penelitian tindakan dan informasi yang diperlukan pada setiap sub bab
laporan penelitian.
Format penyusunan proposal/laporan
penelitian merupakan persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh
peneliti. Laporan penelitian tidak akan mendapat skor yang bagus apabila
pin-poin yang akan dinilai tidak ditulis oleh peneliti karena peneliti tidak
menaati panduan penulisan. Dalam panduan penulisan proposal/laporan penelitian
selalu diberikan petunjuk penulisan. Peneliti harus cermat dan cerdas menjawab
permintaan yang tertulis pada panduan. Berikut ini contoh panduan penyususna
proposal/laporan penelitian.
![]() |
G.
Kelebihan
dan Kekurangan Penelitian Tindakan
A. Kelemahan
dan kelebihan penelitian tindakan
1. Kelebihan
penelitian tindakan
Penelitain tindakan
seperti halnya jenis penelitian la, memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan
memahami kelebihan dan kekurangannya penlitian penelitian dapat mengurangi
kekurangannya dan mengoptimalkan kelebihannya. Sumsky (1982) telah mencatat
kelebihan tindakan sebagai berikut:
1. Kerja
sama dalam penlitian tindakan menimbulkan rasa memiliki. Kerjasama dalam proyek
penelitian tindakan dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan manusia modern.
Kerjasama ini memberikan ajang untuk memberikan kelompok dasar yang baru dan
mendorong lahirnya rasa keterkaitan. Manusia dapat menderita kesedihan yang
paling hebat adalah kesendirian dan keterpencilan. Manusia adalah makhluk
kelompok dan kehidupannya adalah kehidupan kelopok
2. Kerjasama
dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemeikiran kritis. Melalui
interaksi dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan, seseorang akan menemukan
bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dengan demikian ia akan
menerima dirinya sendri lebih banyak saran dan lebihbanyak analisis dan keritikan
terhadap rencana yang diajukan situasi terbuka seperti ini dapat mendorong untk
berfikir kreatif dan kritis
3. Melalui
kerja sama kemungkinan unyuk berubah meningkat.mencoba sesuatu yang baru memang
memilii rsiko. Penelitian tentang dinamika kelompok lebih mudah berubah
dibanding dengan orang seorang( bukan anggota kelompok) orang yang ingin
berubah harus terlibat dalam setiap aspk penelitianya, identifikasi masalah
sampai tahap menyimpulkan. Keyakinan dasar darigerakan penelitian tindakan
adalah bahwa cara yang menjanjikan untuk memulai dan menjamin perubahan adalah
dengan melibatkan pengguna potensial dari hasil penelitian dalam perencanaan
penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analosis data dan
menafsirkan data
4. Kerjasama
dlam penelitian tindakan meningkatklan kesepakatan seperti dibahas oleh passow,
miles dan draper (1985) perilaku yang diinginkan dari penelitian tindakan dalam
situasi kelopok adalah pelitian tindakan orang yang tidak mersa bahwa dia
memiliki semua fakta dan mengtahui semua jawaban. Dia mencoba mengumpukan semua
fakta dan dengan cermat menilai dan menguraikan masalahnya. Jadi dalam
penelitian tindakan orang terlatih mencapai kesepakatan dalam meyelesaikan
masalah
2. Kelemahan
penlitian tindakan
Meskipun memiliki
kelebihan-kelebihan penelitian tindakan mengandung beberapa kelemahan sebaga
berikut
1. Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam tknik dasar penelitian tindakan pada pihak
peneliti. Penelitian tndakan lazimnya dilakukan oleh para praktisi seperti
guru, pelatih, pengelola dan pengawas yang selalu perdula akan kekurangan dan
ketimpangan yang ada situasi kerjaya dan berkehendak untuk memperbaiakanya.
Karena para praktisi biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis. Hal ini
diberparah dengan perasaan bahwa penelitian tindakan hanya layak dilakukan oleh
para mahasiswa kampus yang bergelut dalam kegian ilmiyah hingga oara praktisi
tidak tertarik untuk melakukan penelitian.
2. Kelemahan
kedua adalah adalah waktu karena penelitain tindaka memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya,faktor waktu ini menjadi kendala yang
besar. Praktisi yang melakukan penelitian tindakan harus membagi waktunya untuk
tugas rutin dan untuk penelitian. Hal tersebut dapat berakibat akan tidak
efisien dan efktif
3. Kesulaitanm
lain adalah tentang konepsi proses kelompok, proses kelompok akan baik jika
pemimpin kelompok bersifat demokratis, yaitu seseorang yang memungkinakan para
anggotanya ikut mengendalikan jalanya diskusi. Karena hal tersebut akan
menghambat ketercapainyanya tujuan
4. Kelemahan
berikautnya dalam artian bahwa ia dapat menjadi alat untuk mengesahkan metode,
strategi atau teknik untuk situasi yang dihadapi dan tuntutan bahwa penelitain
tindakan dapat meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi dan tknik yaang
ditelitinya benar-benar berjalan dengan efektif.setelah hal itu tecapai bahwa
penelitian tindakan yng dilakukan berlaku untuk situasi yang ditelitinya.
Agar
kelebihan penelitian tindakan dapat trcapai secra optimal dan kelemahannya
dapat dikuragi peneliti tindakan hendaknya menerapkan asas-asas dan mmenuhi
validitas dan reliabelitas, serta memenuhi persyaratan seprti yang diuraikan
diatas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar