Selasa, 24 Mei 2016

ASAS PENDIDIKAN

ASAS PENDIDIKAN

Manajemen dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Karena setiap mengerjakan segala sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efektif dan efisien.
Manajemen sangatlah penting bagi kehidupan manusia baik individu maupun kelompok, terutama manajemen yang berlandaskan ajaran Islam untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Sebagai contoh tentang pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.


Allah SWT berfirman di dalam beberpa  surat Al- qur’an yaitu: As- sajdah ayat 5, Yunus ayat 3
ãÎn/yムtøBF{$# šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷ètƒ Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ
Artinya”  Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S As-Sajdah: 5)

¨bÎ) ÞOä3­/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/yムtøBF{$# ( $tB `ÏB ?ìÏÿx© žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÏRøŒÎ) 4 ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNà6š/u çnrßç6ôã$$sù 4 Ÿxsùr& šcr㍩.xs? ÇÌÈ  
Artinya”  Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?( Q.S Yunus: 3)
Kedua ayat diatas menunjukan betapa pentingnya Manajemen Pendidikan Islam. Yaitu mengatur segala urusan Pendidikan Islam untuk mencetak manusia yang disiplin akan ilmu pengetahuan. Berikut ini pembahasannya:
A.  Pembahasan Manajemen Pendidikan Islam

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :
ãÎn/yムtøBF{$# šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷ètƒ Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Q.S As- Sajdah 5).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Menurut kitab tafsir Al-Marogi menjelaskan bahwa Tabdirul Amri artinya memandang kedepan suatu perkara dan akibatnya, agar perkara tersebut terpuji akibatnya. Pengertian mengatur urusan langit ke bumi, kemudian urusan itu naik ke langit, hal ini merupakan tamsil untuk menampakan keagungan Allah SWT.[1]
Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa salah satu bukti keagungan dan ke Maha besaran Allah SWT adalah zat yang mampu mengatur apa yang ada di langit dan di bumi. Pembuktian ke makhluk-Nya agar bertambah keyakinannya kepada Allah SWT, bahkan manusiapun termasuk kedalam tanda kebesaran-Nya yang telah diciptakan dari ketiadaan menjadi ada. Patutlah seorang hamba untuk senantiasa menta’ati zat yang Maha pencipta, menciptakan seluruh yang ada di alam semesta ini. Sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah diberikan.



Dia mengatur dunia sampai hari kiamat, kemudian semua urusan kembali kepada-nya untuk diputuskan oleh-Nya dalam satu hari yang lamanya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan yang biasa kita lakukan di dunia ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat As- Sajdah ayat 5
ãÎn/yムtøBF{$# šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷ètƒ Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ  
Artinya” Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”( As-sajdah:5)

Makna yang dimaksud dari seribu pada ayat ini menunjukan masa yang sangat panjang. Jadi makna yang dimaksud bukanlah hakikat dari seribu itu, karena sesungguhnya menurut orang-orang Arab bilang seribu itu merupakan bilangan yang paling terakhir, dan paling puncak.  
Allah SWT Berfirman juga:
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# t¤y /ä3s9 $¨B Îû ÇÚöF{$# y7ù=àÿø9$#ur ̍øgrB Îû ̍óst7ø9$# ¾Ín͐öDr'Î/ à7Å¡ôJãƒur uä!$yJ¡¡9$# br& yìs)s? n?tã ÇÚöF{$# žwÎ) ÿ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 3 ¨bÎ) ©!$# Ĩ$¨Z9$$Î/ Ô$râäts9 ÒOÏm§ ÇÏÎÈ  
Artinya” Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”(Q.S Al- Hajj: 65)

Al- Qurtubi, sehubungan dengan ayat ini memberikan penakwilannya, bahwa sesungguhnya Allah SWT. Menjadikan hari tersebut dalam hal kesulitannya menurut orang-orang kafir, sampai dengan lima puluh tahun. Pendapat ini bersumber dari apa yang telah di katakan oleh Ibnu Abbas ra.
Dan orang-orang Arab menggambarkan tentang hari-hari yang sulit sebagai hari yang amat panjang dan lama, sedangkan hari-hari bahagia sebagai yang pendek dan sebentar.

Kemudian urusan itu naik ke langit artinya bahwa perihalnya sama dengan seorang Raja yang mengeluarkan perintahnya kemudian perintah itu diterima oleh para pembantunya untuk dilaksanakan sesuai dengan intruksi Raja. Begitu juga seorang hamba Allah SWT, ia harus selalu terikat dengan hukum-hukum Allah menjalankan perintah-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah Saw selaku utusan-Nya.
Di dalam kitab tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa kata (În/yム) yudabbir berasal dari kata (د بر)  dubur yang berati belakang. Kata ini digunakan untuk menjelaskan pemikiran atau pengaturan sedemikian rupa sehingga apa yang terjadi di belakang yakni kesudahan, dampak atau akibatnya telah diperhitungkan dengan matang, sehingga hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki.[2]
Allah SWT mengatur dunia ini dengan sedemikian rupa baik yang nampak ataupun tidak mengatur dari berbagai aspek baik sekarang yang berlalu dan yang akan datang semuanya telah diatur oleh Allah sampai hari kiamat.
Sedangkan yang dimaksud dengan (øBF{$#) al-amr/ urusan adalah kondisi sesuatu serta sifat dan ciri-cirinya sekaligus system yang mengaturnya. Huruf (ال) al pada kata ini adalah mengandung arti jenis, sehingga mencakup semua makhluk.[3]
Pengaturan Allah ini tidak hanya langit dan bumi akan tetapi mencakup semua yang diciptakan Allah SWT, keseluruhannya telah diatur sedemikian rupa. Seperti firman Allah SWT:
£`ßg9ŸÒs)sù yìö7y ;N#uq»yJy Îû Èû÷ütBöqtƒ 4ym÷rr&ur Îû Èe@ä. >ä!$yJy $ydtøBr& 4 $¨Z­ƒyur uä!$yJ¡¡9$# $u÷R9$# yxŠÎ6»|ÁyJÎ/ $ZàøÿÏmur 4 y7Ï9ºsŒ ãƒÏø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÊËÈ  
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.( Q.S Fushilat:12 )

 Kitab Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah lah pemilik segala perkara mengatur segala perkara dan Maha Kuasa atas segala perkara. Maka tiada yang dapat menolong makhluk selain Dia dan tiada yang dapat memberi syafa’at kecuali setelah diizinkan-Nya. “Maka apakah kamu tidak memperhatikan.” Wahai orang-orang yang menyembah selai-Nya dan yang berserah diri kepada selain Dia? Maha tinggi, Maha Kudus, dan Mha Bersih Allah dari memiliki tangdingan, sekutu, pembantu, atau mitra. Tiada tuhan selain dia dan tiada Rabb yang selain Dia.[4]
Segala perkara yang ada di dunia ini ada yang terlewatkan dari pengaturan Allah terhadapa ciptaannya, baik langit dan bumi besrta isi dari keduanya. Semuanya telah Allah atur didalam kitab induk lauh al- mahfudz. Sungguh Allah lah yang Maha Besar tiada tuhan selain Allah yang patut disembah oleh seluruh makhluk yang ada di dunia maupun di akhirat.
B.       Asbabunnuzul Ayat

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah As Sajdah 5
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (5)
Hanya Allah sendirilah yang mengurus, mengatur, mengadakan dan melenyapkan segala yang ada dalam dunia ini. Segala yang terjadi itu adalah sesuai dengan kehendak dan ketetapan-Nya, tidak ada sesuatupun yang menyimpang dari kehendak-Nya itu. Pengaturan itu dimulainya dari langit hingga sampai ke bumi, kemudian urusan itu naik kembali kepada-Nya.
Semua yang tersebut pada ayat ini merupakan gambaran dari kebesaran dan kekuasaan Allah, agar manusia mudah memahaminya.
Kemudian Dia menggambarkan pula waktu yang digunakan Allah SWT mengurus, mengatur dan menyelesaikan segala urusan alam semesta ini, yaitu selama sehari, tetapi ukuran sehari itu sama lamanya dengan 1000 tahun dari ukuran tahun yang dikenal manusia di dunia ini.
Perkataan seribu tahun dalam bahasa Arab tidak selamanya berarti 1000 dalam arti sebenarnya, tetapi kadang-kadang digunakan untuk menerangkan banyaknya sesuatu jumlah atau lamanya waktu yang diperlukan. Dalam ayat ini bilangan seribu itu digunakan untuk menyatakan lamanya waktu kehidupan alam semesta ini. Sejak Allah menciptakannya pertama kali sampai kehancurannya di hari kiamat, kemudian kembalinya segala urusan ke tangan Allah, yaitu hari berhisab menempuh waktu yang lama sekali, sukar manusia menghitungnya.
Dalam ayat yang lain digunakan perkataan ribuan itu untuk menerangkan lamanya waktu yang terpakai, seandainya manusia naik menghadap Allah, sekalipun para malaikat hanya sehari saja, Allah SWT berfirman:
ßlã÷ès? èpx6Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ¼çnâ#yø)ÏB tûüÅ¡÷Hs~ y#ø9r& 7puZy ÇÍÈ  

Artinya: Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Q.S. Al Ma'arij: 4)
Ada pula yang berpendapat bahwa maksud ayat ini ialah segala urusan dunia ini kembali kepada Allah di hari kiamat dalam waktu satu hari, yang sama lamanya dengan 1.000 tahun waktu di dunia ini.
Sebagian mufassir yang lain menafsirkan ayat ini: "Para malaikat naik kepada Allah ke langit dalam satu hari. Jika jarak itu ditempuh selain oleh malaikat, maka ia memerlukan waktu 1.000 tahun.
Rasulullah saw. dalam malam mi'raj pernah naik ke langit bersama malaikat Jibril menghadap Allah. Jarak itu ditempuh dalam waktu kurang lebih setengah malam.
C.    Prinsip prinsip Manajemen
a.      Prinsip Profesionalisme
Islam mengajarkan manusia untuk memiliki keseimbangan dalam menjalani kehidupannya. Salah satu keseimbangan yang dimaksudkan al-Qur’an adalah seimbang dalam mencari bekal untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah memerintahkan manusia untuk menjelajah bumi setelah menunaikan shalat. sebagaimana Allah SWT berfirman:
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ  
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. al-Jumu’ah ayat 10).
Secara eksplisit ayat tersebut menunjukan adanya kewajiban bagi umat manusia untuk bekerja. Di samping itu, penyebutan perintah untuk bekerja setelah menjalankan shalat, memberikan petunjuk bahwa nilai kewajiban di antara keduanya (shalat dan bekerja) adalah seimbang.
Dalam kaitannya dengan perintah bekerja, al-Qur’an tidak sekedar memberikan penekanan bahwa bekerja adalah kewajiban. Akan tetapi bekerja juga harus dijalankan dengan memenuhi beberapa ketentan, diantaranya adalah;
1) Bekerja harus sesuai dengan keahliannya masing-masing (QS. az-Zumar ayat 39 dan QS. al-Isra’ ayat 84). Dalam kedua ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa setiap individu hendaklah bekerja sesuai dengan keadaannya masing-masing. Dalam ayat yang lain, Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk menyerahkan segala sesuatu (termasuk pekerjaan) kepada ahlinya (QS. an-Nisa’ ayat 58). Sedangkan bagi orang yang memiliki kemampuan (ahli) dalam bidang tertentu, Allah menganjurkan kepada mereka untuk menawarkan diri dalam sebuah pekerjaan yang dikuasainya (QS. Yusuf ayat 54 – 56). Menawarkan diri karena ia memiliki kemampuan, bukan berarti sombong, akan tetapi menghindari hal yang tidak diinginkan, yakni untuk menghindarkan dari kesalahan di dalam menempatkan orang yang tidak sesuai dengan keahliannya.
2) Disamping bekerja berdasar keahlian, bekerja juga harus dilakukan dengan penuh semangat (etos kerja yang baik). Dalam kaitannya dengan etos kerja, Allah menjelaskan bahwa hendaklah manusia berbuat dengan sepenuh kemampuannya masing-masing, karena Allah juga akan berbuat yang sama (QS. al-An’amayat 135). Di samping itu, dalam ayat ini juga dapat diambil pemahaman bahwa manusia yang tidak berusaha secara sungguh-sunggu adalah termasuk orang-orang yang dzalim, karena Allah telah menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai lahan mencari kebahagiaan. Orang-orang yang dzalim semacam ini divonis oleh Allah sebagai orang yang tidak akan mendapatkan keberuntungan, sebagai balasan atas kedzaliman yang diperbuatnya.
3) Bagi orang yang telah menerima keprcayaan untuk menjalankan sebuah pekerjaan, al-Qur’an mengharuskannya untuk menjaga amanat dengan tanggungjawab dan tidak boleh berkhianat (QS. al-Anfalayat 27). Sedangkan dalam tinjauan manajemen, uraian di atas merupakan prinsip manajemen. Sehingga salah satu prinsip manajemen menurut al-Qur’an adalah prinsip profesionalisme.
b. Prinsip Keadilan
Rasul merupakan utusan Allah yang diberi tugas untuk menyampaikan petunjuk bagi umat manusia. Untuk menjalankan tugasnya, Rasul diberi beberapa bekal, diantaranya adalah al-Kitab dan al-mizan. Dengan keduanya, Allah berharap dalam kehidupannya manusia dapat menerapkan prinsip-prinsip keadilan (QS. al-Hadid ayat 25). Dengan demikian, keadilan merupakan prinsip hidup manusia yang harus dipahami dan diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupannya.


  1. Prinsip Musyawarah
Menurut al-Qur’an, salah satu hal yang mendukung susksesnya dakwah Rasulullah adalah, adanya sikap lemah lembut yang dimilikinya. Karena kelembutan sikap inilah, Rasulullah dengan mudah memberikan ma'af, sekaligus mohonkan ampun bagi mereka yang telah berbuat kesalahan atau kekhilafan. Beliau selalu bermusyawarah dalam setiap urusan, khususnya urusan yang bersifat duniawi, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya (QS. Ali Imron ayat 159).
Dengan melakukan prinsip musyawarah, manusia akan mendapatkan kebahagian hidup di dunia. Bahkan Allah juga berjanji, akan memberikan balasan (diakhirat) dengan keadaan yang jauh lebih baik daripada kebahagiaan duniawi, karena kebahagiaan di akhirat bersifat abadi (QS. asy-Syura ayat 36 dan 38).
  1.  Prinsip Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan, dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan dimaksud, agar mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Islam, proses perencanaan bukan saja dianjurkan, akan tetap secara langsung telah dicontohkan oleh Allah. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan ayat al-Qur’an yang menceritakan tentang eksistensi alam (QS. Shaad ayat 27).
$tBur $uZø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºsŒ `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷ƒuqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ  
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Q.S Shaad:27)
Al-Qur’an menjelaskan bahwa di dalam melakukan perencanaan, harus disesuaikan dengan keadaan atau situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa depan (QS. al-Hasyr ayat 18).
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ  
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hasyr ayat 18).
Perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan. Dalam prespektif al-Qur’an, kesuksesan atau kebahagiaan yang perlu digapai oleh manusia adalah kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sehingga, di dalam merencanakan aktivitas dan pekerjaannya, manusia dituntut memikirkan untuk kebahagiaan di kedua alam tersebut (QS. al-Baqoroh ayat 201-202 dan QS. al-Qashash ayat 77).
Lebih jauh, al-Qur’an menjelaskan bahwa dengan perencanan, manusia tidak sekedar berfikir untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Akan tetapi juga berfikir kepada keluarga, termasuk anak keturunannya masing-masing. Akan tetapi, landasan utama di dalam melakukan perencanaan, baik untuk kebahagiaan diri maupun keluarganya haruslah semata-mata didasari pada rasa takut kepada Allah. dalam hal ini, Allah menegaskan, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS. an-Nisa’ ayat 9).
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَاعَمَلَ اَحَدُكُمُ الْعَمَلَ اَنْ يَتْقَنَهُ (رواه الطبران
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas) (HR. Thabrani).

  1.  Prinsip Pengawasan
Dalam pandangan Islam, pengawasan (kontrol) dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang haq. Tolok ukur yang dipergunakan dalam melakukan pengawasan adalah tujuan. Sehingga untuk mengontrol perilaku manusia, setiap individu harus menyadari terhadap tujuan hidup yang ingin digapainya.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw yang berbunyi:
حَاسِبُوْا أَنْفَسكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا (الترميذى
Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi: 2383). (Hadits: Kutub at Tis’ah)
Dalam Islam paling tidak dikenal 2 pengawasan, yakni;
1.       kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah. setiap individu yang meyakini bahwa Allah selalu mengawasi perilaku hamba-Nya, dapat dipastikan ia akan bersikap hati-hati di dalam menjalani kehidupannya (QS. al-Mujadalah ayat 7). Kontrol yang bersifat internal inilah yang paling evektif.
2.      kontrol yang berasal dari luar dirinya sendiri. Kontrol eksternal dapat diwujudkan dalam bentuk sistem, mekanisme, pengawasan langsung dari atasan dan lain sebagainya (QS. al-Balad ayat 17 dan QS. al-‘Ashr ayat 3).
  1.  Prinsip Evaluasi
Dalam al-Qur’an Allah menegaskan bahwa untuk menggapai kebahagiaan hidup (meraih keberuntungan), manusia harus melakukan evaluasi dan bertaubat (QS. an-Nur ayat 31). Karena pasca kematian, manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan yang telah dilakukan selama dalam hidupnya. Janganlah ragu bahwa saat kebangkitan itu akan benar-benar datang (QS. al-Mukminun ayat 82). Dalam tataran implementasi, evaluasi diperintahkan oleh Allah dengan cara melakukan penjelajahan di muka bumi untuk memperhatikan sekaligus mengambil pelajaran atas kejadian-kejadian (sejarah) yang menimpa orang-orang terdahulu (QS. Ali Imron ayat 137).
Secara eksplisit, Allah menegaskan bahwa setiap pribadi, hendaknya melakukan penilaian (evaluasi) terhadap setiap amal yang telah dilakukannya (QS. al-Hasyrayat 18).
D.     Peran Manajemen Bagi Manusia Menurut Al-Qur’an
Pada hakikatnya, setiap manusia merupakan manajer. Karena dalam kehidupannya, setiap manusia akan senantiasa menerapkan manajemen, walaupun bagi diri atau keluarganya sendiri. Penerapan manajemen dalam kehidupan manusia ini merupakan kebutuhan mendasar untuk meraih tujuan atau cita-cita yang diinginkan.
Secara garis besar, al-Qur'an menyatakan bahwa orang-orang yang menerapkan manajemen tidaklah sama dengan orang yang tidak menerapkannya (QS. Al-Hasyr ayat 20). Karena orang-orang yang menerapan manajemen (profesional) akan meraih kebahagiaan. Dengan demikian, manajemen memiliki peran yang vital bagi keberhasilan manusia di dalam meraih harapan dan cita-cita.
E.       Kesimpulan
Hanya Allah sendirilah yang mengurus, mengatur, mengadakan dan melenyapkan segala yang ada dalam dunia ini. Segala yang terjadi itu adalah sesuai dengan kehendak dan ketetapan-Nya, tidak ada sesuatupun yang menyimpang dari kehendak-Nya itu. Pengaturan itu dimulainya dari langit hingga sampai ke bumi, kemudian urusan itu naik kembali kepada-Nya.
Semua yang tersebut pada ayat ini merupakan gambaran dari kebesaran dan kekuasaan Allah, agar manusia mudah memahaminya.
Kemudian Dia menggambarkan pula waktu yang digunakan Allah SWT mengurus, mengatur dan menyelesaikan segala urusan alam semesta ini, yaitu selama sehari, tetapi ukuran sehari itu sama lamanya dengan 1000 tahun dari ukuran tahun yang dikenal manusia di dunia ini.
Perkataan seribu tahun dalam bahasa Arab tidak selamanya berarti 1000 dalam arti sebenarnya, tetapi kadang-kadang digunakan untuk menerangkan banyaknya sesuatu jumlah atau lamanya waktu yang diperlukan. Dalam ayat ini bilangan seribu itu digunakan untuk menyatakan lamanya waktu kehidupan alam semesta ini. Sejak Allah menciptakannya pertama kali sampai kehancurannya di hari kiamat, kemudian kembalinya segala urusan ke tangan Allah, yaitu hari berhisab menempuh waktu yang lama sekali, sukar manusia menghitungnya.
Dalam ayat yang lain digunakan perkataan ribuan itu untuk menerangkan lamanya waktu yang terpakai, seandainya manusia naik menghadap Allah, sekalipun para malaikat hanya sehari saja, Allah SWT berfirman:
ßlã÷ès? èpx6Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur Ïmøs9Î) Îû 5Qöqtƒ tb%x. ¼çnâ#yø)ÏB tûüÅ¡÷Hs~ y#ø9r& 7puZy ÇÍÈ  

Artinya: Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Q.S. Al Ma'arij: 4)

1. Islam mengajarkan manusia untuk memiliki keseimbangan dalam menjalani kehidupannya. Salah satu keseimbangan yang dimaksudkan al-Qur’an adalah seimbang dalam mencari bekal untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Allah berharap dalam kehidupannya manusia dapat menerapkan prinsip-prinsip keadilan (QS. al-Hadid ayat 25).
3.  Susksesnya dakwah Rasulullah adalah, adanya sikap lemah lembut yang dimilikinya
4. Perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan. Dalam prespektif al-Qur’an, kesuksesan atau kebahagiaan yang perlu digapai oleh manusia adalah kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
5. Dalam pandangan Islam, pengawasan (kontrol) dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang haq.
6. Allah menegaskan bahwa setiap pribadi, hendaknya melakukan penilaian (evaluasi) terhadap setiap amal yang telah dilakukannya. (QS. al-Hasyrayat 18)
7. Orang-orang yang menerapkan manajemen tidaklah sama dengan orang yang tidak menerapkannya (QS. Al-Hasyr ayat 20). Karena orang-orang yang menerapan manajemen (profesional) akan meraih kebahagiaan.
























Daftar Pustaka

Al- Maraghi Ahmad Musthofa, Tafsir Al- Maraghi: 1992, pt. Karya Toha putra, semarang.
Ar- Rifa’i Muhammad Nasib, Tafsir Ibnu Katsir, 2000: Gema Insani Press, jakarta.
Quraish Shihab Muhammad, Tafsir Al- Misbah, 2002: Lentera Hati, jakarta.
Ibnu Abbas, Tafsir At- Tanwir Al- miqbas min Al- Tafsir Ibnu Abbas: Libanon.
Al- Qur’an Terjemah
Kitab Fathul Baari
Askar, Kamus Al- Azhar, Bab manajemen, jakarta
Kamus Al- Munawir Arab- Indonesia
M. Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yasanto, 2002 : 157Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003 : 77Al- as qolani Ibnu Hajar, faathul Baari, Pustaka Azzam; jakarta: 2010Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahnya, Lentera Abadi; jakarta: 2010
Fazlurrahman, islam, bandung: pustaka, thn 1994 M
Muslim imam, Shahih Muslim, mesir: al- maktabat al- mishiriyyah,1974 M



[1] Tafsir Al- Marogi hal 199
[2] Tafsir Al- Misbah hal 180
[3] Ibid hal 181
[4] Tafsir Ibnu Katsir hal 811

Tidak ada komentar:

Posting Komentar