Selasa, 24 Mei 2016

KEPRIBADIAN ORANG MUSLIM

A.   Pengertian Kepribadian Seorang Muslim

    Kepribadian muslim adalah seperti Rasulullah yang telah digambarkan oleh Al-qur’an yaitu menjadi rahmat bagi umat Nabi Muhammad saw dan sekalian alam.Maka, seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang dapat memberikan kebahagiaan kepada siapa dan apapun yang ada di sekitarnya walaupun seperti yang kita ketahui tidak akan ada  yang dapat menyamakan kepribadian Rasulullah SAW.
    Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah.
    Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi 
acuan bagi pembentukan pribadi muslim.


    Setiap muslim setidaknya harus menanamkan di dalam jiwanya kekuatan yang besar tidak lain iradah (Kemauan, tekad, kehendak, ) yang selalu di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan niat untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
  Berdasarkan 3 (tiga) firman Allah SWT:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُُ

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.[1](Al-Baqarah:247)



فَلِذٰلِكَ فَادْعُ وَ اسْتَقِمْ كَما أُمِرْتَ وَلا تَتَّبِعْ أَهْواءَهُمْ وَ قُلْ آمَنْتُ بِما أَنْزَلَ اللهُ مِنْ كِتابٍ وَ أُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللهُ رَبُّنا وَ رَبُّكُمْ لَنا أَعْمالُنا وَ لَكُمْ أَعْمالُكُمْ لا حُجَّةَ بَيْنَنا وَ بَيْنَكُمُ اللهُ يَجْمَعُ بَيْنَنا وَ إِلَيْهِ الْمَصيرُ

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka, serta katakanlah, “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran (pribadi) antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita).” (Asy-syura:15)

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نزلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan memberi kabar gembira): “Janganlah kamu merasa takut dan bersedih hati; dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah penolong-penolongmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta”. Sebagai hidangan (balasan yang kekal bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Fushilat: 30-32).

Pertama, Kepribadian yang Sehat lahiriah dan Batiniah. Kedua, Perintah Untuk Bersatu. Ketiga, Istiqomah. Berikut pembahasannya :

B.   Pembahasan Menampilkan Diri Sebagai Pribadi yang Muslim

1.     Kepribadian yang Sehat Lahiriah dan Batiniah
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.Tubuh yang sehat Memaksimalkan Ibadah Kita kepada ALLAH SWT.
Dalam bahasa Arab Sehat yaitu Al-shihah, dalam Islam fisik atau jasmani masalah psikis atau jiwa adalah segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya berfungsi bagi seluruh anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.[2]  
Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. “Mohonlah kepada Allah pengampunan, kesehatan dan keyakinan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seseorang setelah keyakinan (Iman) yang lebih baik daripada kesehatan.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu BAkar, sahih sanadnya dari Ibnu Abbas)
Sebagai Umat Islam sudah seharusnya kita menampilkan kepribadian yang mantap, pandai, sehat dan prima walaupun pasti terkadang kita masih suka sakit,itu semua karna Sehat dan Sakit sudah menjadi Sunnatullah. Allah SWT memberikan contoh yang dapat kita tiru dan mengambil hikmah dari Kisah raja Thalut, ia adalah pemimpin yang di anugrahi ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa seperti yang tertera dalam (QS.Al-Baqarah (2):247).

Penjelasan ayat menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an adalah;

بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa

Thalut adalah orang yang telah dipilih oleh Allah.Inilah salah satu sisinya, dan diberi-Nya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa .Pada sisi lain, Allahlah pemilik kekuasaan itu,Dialah Yang memberlakukannya,dan Dia memilih siapa yang di kehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.”Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.Karunia-Nya tidak ada bendaharanya,pemberian-Nya tidak ada batasnya.Dialah yang mengetahui kebaikan dan bagaimana urusan itu diletakkan pada posisinya secara proporsional.[3]
Maksudnya Bahwa ketika waliyul amri (pemimpin) memiliki keluasan ilmu, kemampuan mengatur urusan-urusan, memiliki tubuh yang kuat dan perkasa maka ia akan lebih mampu memimpin kerajaannya dan akan lebih sempurna dalam kepemimpinanya tersebut.

Penjelasan ayat menurut Tafsir Al-Maragi adalah ;

بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْم
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”
Allah SWT memilih Thalut sebagai raja mereka karena ia memiliki beberapa keistimewaan:
1)      Bakat secara fitrah yang terdapat pada dirinya ,merupakan syarat utama bagi seorang yang akan menjadi raja.Karena itu ia terpilih untuk menduduki jabatan ini.
2)      Ia berilmu luas,sehingga memberikan kemungkinan bagi dirinya mengatur tatanan kerajaan yang di pegangnya.Dengan ilmunya itu,ia mengetahui titik kelemahan dan potensi kekuatan yang ada dalam tubuh umatnya.Dengan demikian ia akan dapat mengatur kesemuanya itu dengan kematangan pikirannya.
3)      Bertubuh kekar dan sehat,yang merupakan pertanda kesehatan pikirannya.Dalam pepatah di katakan,”Akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat”.Dengan kekekaran dan kesehatan tubuhnya itu,memungkinkan bagi dirinya melakukan bela diri sehingga dapat mempengaruhi orang lain,dan dihormati.
4)      Ia berada dalam pertolongan dan taufiq Allah ,sehingga dengan mudah ia dapat mengadaptasikan dirinya sebagai seorang raja tanpa adanya kesusahan.Hal ini yang dimaksud oleh firman Allah pada ayat di atas.
Mengenai persyaratan harta benda untuk menjadi seorang raja,hal ini tidak penting.Sebab,Jika beberapa persyaratan yang telah disebutkan di atas telah dipenuhi,maka mudahlah baginya  mencari biaya/dana untuk mengatur pemerintahannya.Banyak di antara umat manusia, yang dapat mendirikan sebuah Negara ,sedangkan ia sendiri fakir,miskin, dan buta huruf.
Hal ini disebabkan adanya bakat dalam dirinya,yang ditunjang dengan pengetahuannya tentang masyarakat,maka cukuplah sebagai bekal baginya untuk naik ke atas jenjang kekuasaan.Dan,mengenai pengaturan tatanan Negara, maka hal ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan dari para ilmuwan.Dalm memantapkan kekuasaanya,ia dapat meminta bantuan dari orang-orang yang kuat dan pemberani.[4]
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa kepribadian yang mantap, pandai, sehat dan prima harus di biasakan sedini mungkin oleh setiap muslim agar terbiasa kelak. Sebagaimana Allah Swt Telah memberikan gambaran melalui kisah Thalut  yang  telah  ada pada kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita sebagai umat muslim.Sesungguhnya Allah  Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
2.     Perintah Untuk Bersatu

Di dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bersatu, bergabung dalam barisan iman  melawan kekufuran (pengingkaran terhadap Allah), menganggap dan mencintai satu sama lain sebagai saudara sendiri, bersikap memaafkan dan memberi perlindungan, serta benar-benar menghindari perpecahan, ketidakutuhan, dan percerai-beraian.
   Beriman  wajib, tetapi persatuan orang-orang yang beriman juga tidak kalah wajib. Sebab, di dalamnya terkandung kemaslahatan yang mutlak harus diwujudkan dan berujung pada pemeliharaan eksistensi agama itu sendiri.
Sebaliknya, saat umat Islam jauh dari persatuan, konsekuensinya adalah hilangnya implementasi berbagai ajarannya, yang berarti terhalangnya realisasi kemaslahatan yang amat dibutuhkan manusia.
Tidak heran bila al-Qurthubi menafsirkan ayat tersebut dengan menyatakan,”Sesungguhnya Allah Ta’ala menyuruh untuk bersatu dan melarang dari keterceraiberaian, sebab perpecahan adalah kebinasaan dan persatuan adalah keselamatan.” [5]
Sekalipun perintah bersatu telah begitu tegas dinyatakan dalam al-Qur`an, namun begitu pentingnya hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih merasa perlu menegaskan lagi dalam sabda beliau, ”Wahai manusia, kalian harus bersatu dan janganlah kalian terpecah. Wahai manusia, kalian harus bersatu dan janganlah kalian terpecah.”(Riwayat Ahmad)       
Seperti yang kita ketahui bahwa Persatuan sangatlah berpengaruh besar bagi kehidupan kita,Sebagaimana  firman Allah SWT yang terdapat pada Qs.As-Syura(42): 15

Penjelasan ayat menurut Tafsir Al-Maragi adalah;
وَ اسْتَقِمْ
dan tetaplah
Berdasarkan penjelasan (QS.As-Syura(42):15) di atas dapat kita ketahui bahwa Allah telah menerangkan bahwa sebagai umat muslim kita harus bersatu untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Allah memerintahkan mereka pada ayat-ayat tersebut agar bersatu dalam agama dan jangan berpecah belah menganiaya, dan menyebutkan bahwa mereka benar-benar telah berpecah belah mengenai agama setelah mereka di datangi ilmu karena aniaya dan dengki,membangkang dan sombong,maka Allah SWT.menyuruh Nabi SAW.agar mengajak mereka kepada persatuan pada agama yang hanif dan berpegang teguh padanya,juga disuruh agar berdakwah kepada agama tersebut,dan jangan mengikuti hawa nafsu mereka yang batil.[6]

Penjelasan ayat menurut Tafsir Al-Misbah adalah;
اسْتَقِمْ
dan tetaplah
Penulis mengemukakan bahwa kata istaqim terambil dari kata   (قام) Qama yang berartimantap,terlaksana,berkonsentrasi serta konsisten.Sementara ulama memahaminya terambil dari kata Qama yang bermakna berdiri karena dengan berdiri manusia akan mampu melakukan sekian banyak hal yang tidak dapat dilaksanakannya dalam keadaan selain berdiri.

Dengan demikian kata Istaqim adalah perintah untuk menegakkan sesuatu sehingga ia menjadi sempurna ,dan seluruh yang di harapkan darinya wujud dalam bentuk sesempurna mungkin,Tidak di sentuh oleh kekurangan atau keburukan dan kesalahan.[7]
Untuk meraih kriteria Pribadi Muslim di atas membutuhkan mujahadah dan mulazamah atau kesungguhan dan kesinambungan. Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meraih keridloan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut : 69.

3.     Istiqomah
Istiqomah adalah pembahasan yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang besar. Oleh karena itu setiap dari diri kita harus selalu memperhatikannya dan memberikan porsi yang besar dan kesungguhan serta penjagaan. Sifat istiqomah akan menjadikan seorang muslim meraih kebahagian baik ketika di dunia maupun di akhirat. Dengannya pula seorang hamba akan meraih kemenangan dalam  bergulat dengan fitnah yang banyak sekali, bahkan istiqomah mengakibatkan kesudahan yang baik dari segala urusanya.[8]
Kata istiqamah adalah salah satu kata yang banyak disebutkan dalam al-Quranul Karim dan juga di dalam hadits-hadits Nabi  yang shahih. Hal ini merupakan suatu indikasi yang sangat jelas dan gamblang bagi kita akan urgensinya permasalahan istiqamah ini dalam Islam.
Istiqomah adalah tegak berdiri di atas prinsip kebenaran yang di yakini nya atau menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.Istiqomah merupakan sikap hidup yang mampu berdiri di atas prinsip Tauhid dan mendorong dirinya untuk senantiasa konsisten dengan prinsip itu dalam kondisi dan situasi apapun.[9]
Sebagaimana terdapat pada QS.Fushilat(41);30-32).
Penjelasan Ayat menurut Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim adalah;

اسْتَقَامُوا

meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah)

Maksud hadits di atas, seperti yang dikatakan oleh Al-Manawi adalah perbaharuilah keimananmu kepada ALLAH dengan dzikir dengan hatimu dan berkata dengan lidahmu, sembari ingat seluruh makna-makna iman yang syar’i, kemudian istiqomahlah, maksudnya berkonsekwenlah mengerjakan ketaatan (ibadah) dan berhenti dari hal-hal yang dilarang.Imabalan bagi yang istiqomah yaitu jalan yang lurus dan melawan diri mereka hingga dapat istiqomah di atasnya sampai mereka meninggal dunia, itu diberi kabar gembira oleh ALLAH.[10]

Penjelasan Ayat menurut TafsirAl-Misbah adalah;

اسْتَقَامُوا
meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah)

Menurut arti bahasa ,istiqomah berarti pelaksanaan sesuatu secara baik dan benar serta bersinambung.Kata ini kemudian Di pahami dalam artian konsisten dan setia melaksanakan sesuatu sebaik mungkin.
Muslim yang beristiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun, baik di bulan Rmadhan maupun di bulan lainnya. Ia bak batu karang yang tegar mengahadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan hidupnya. Ia senantiasa sabar dalam memegang teguh tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan Islam. Ia senantiasa menebar pesona Islam baik dalam ruang kepribadiannya, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Itulah cahaya yang selalu menjadi pelita kehidupan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqomah dalam sepanjang jalan kehidupan.
Kesucian dan ketakwaan yang ada dalam jiwa harus senantiasa dipertahankan oleh setiap muslim. Hal ini disebabkan kesucian dan ketakwaan ini bisa mengalami pelarutan, atau bahkan hilang sama sekali. Namun, ada beberapa tips yang membuat seorang muslim bisa mempertahankan nilai ketakwaan dalam jiwanya, bahkan mampu meningkatkan kualitasnya.
Penutup ayat di atas yang menekankan tentang ganjaran yang di peroleh  adalah imbalan dari apa yang di amalkan,bukan sekedar ucapan di bibir,tetapi di buktikan secara konkret dalam amal perbuatan.[11]




BAB III
PENUTUP
C.    Kesimpulan

1)      Sebagai seorang muslim kita harus berupaya agar memiliki kepribadian yang Sehat secara lahiriah maupun batiniah.
2)      Perintah Allah SWT untuk selalu bersatu dalam menegakkan kebenaran,Serta bersatu untuk menjauhi segala larangan yang telah ada pada Al-Qur’an sebagaimana yang telah di ajarkan ole Rasulullah SAW.
3)      Menjadikan diri sebagai pribadi yang selalu istiqomah atau berpegang teguh pada ajaran agama tidak hanya secara lisan melainkan di amalkan pula melalui perbuatan.


DAFTAR PUSTAKA



Al Quran dan terjemahnya, cet Mujamma’ Malik Fahd, Saudi Arabia.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, jilid 2, Beirut,: Darusy-syuruq,         1412H/1992M.
Shihab,  M.Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta,: Lentera Hati, 2002.
              
 Tafsir Al-Qur’an Al-Adziim, jilid IV, hal.99

Suryana,  A.Toto, Pendidikan Agama Islam, Bandung,:Tiga Mutiara, 1997.

 al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, IV:159

  Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, juz xxv,Semarang-Indonesia,:          PT.Karya Toha Putra Semarang,1993.

 al-Hanbali, Ibnu Rajab, Jami’ul Ulum wal Hikam





[1] Al Quran dan terjemahnya, cet Mujamma’ Malik Fahd, Saudi Arabia.
[2] .Quraish Shihab (1996: 182)
[3] Sayyid Quthb,Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,Di Bawah Naungan Al-Qur’an jilid 2,Darusy-syuruq,Beirut,1412H/1992M,hal.180
[4] Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi, Edisi Bahasa Arab juz II,PT.Karya Toha Putra Semarang,Semarang-Indonesia,1993,hal.375

[5] al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, IV:159
[6] Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi,Edisi Bahasa Arab juz xxv,PT.Karya Toha Putra Semarang,Semarang-Indonesia,1993,hal.48
[7] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an,Vol 12,Lentera Hati,Jakarta,2002,hal 477
[8]   Ibnu Rajab al-Hanbali ,Jami’ul Ulum wal Hikam
[9] A.Toto Suryana,Pendidikan Agama Islam,Tiga Mutiara,Bandung,1997
[10] Tafsir Al-Qur’an Al-Adziim, jilid IV, hal.99
[11] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an,Vol 13,Lentera Hati,Jakarta,2002,hal 85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar