A. Pengertian Kepribadian Seorang Muslim
Kepribadian
muslim adalah seperti Rasulullah yang telah digambarkan oleh Al-qur’an yaitu
menjadi rahmat bagi umat Nabi Muhammad saw dan sekalian alam.Maka, seseorang
yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang
dapat memberikan kebahagiaan kepada siapa dan apapun yang ada di sekitarnya
walaupun seperti yang kita ketahui tidak akan ada yang dapat menyamakan kepribadian Rasulullah
SAW.
Persepsi (gambaran)
masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang
pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada
orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah.
Padahal itu
hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada
pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan
Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat
menjadi
Setiap
muslim setidaknya harus menanamkan di dalam jiwanya kekuatan yang besar tidak
lain iradah (Kemauan, tekad, kehendak, ) yang selalu di realisasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan niat untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
Berdasarkan 3
(tiga) firman Allah SWT:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ
بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا
وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ
إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسطَةً فِي الْعِلْمِ
وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ
عَلِيمُُ
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah
telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana
Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.[1](Al-Baqarah:247)
فَلِذٰلِكَ فَادْعُ وَ اسْتَقِمْ
كَما أُمِرْتَ وَلا تَتَّبِعْ أَهْواءَهُمْ وَ قُلْ آمَنْتُ بِما أَنْزَلَ اللهُ
مِنْ كِتابٍ وَ أُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللهُ رَبُّنا وَ رَبُّكُمْ لَنا
أَعْمالُنا وَ لَكُمْ أَعْمالُكُمْ لا حُجَّةَ بَيْنَنا وَ بَيْنَكُمُ اللهُ
يَجْمَعُ بَيْنَنا وَ إِلَيْهِ الْمَصيرُ
Maka karena itu
serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka, serta
katakanlah, “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran (pribadi) antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya-lah kembali (kita).” (Asy-syura:15)
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ
فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نزلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka (beristiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan memberi kabar gembira): “Janganlah kamu merasa takut dan bersedih hati;
dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu. Kamilah penolong-penolongmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di
dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula)
apa yang kamu minta”. Sebagai hidangan (balasan yang kekal bagimu) dari (Allah)
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS
Fushilat: 30-32).
Pertama, Kepribadian yang Sehat lahiriah
dan Batiniah. Kedua, Perintah Untuk Bersatu. Ketiga, Istiqomah. Berikut
pembahasannya :
B. Pembahasan Menampilkan Diri Sebagai Pribadi
yang Muslim
1. Kepribadian yang Sehat Lahiriah dan
Batiniah
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat.Tubuh yang sehat Memaksimalkan Ibadah Kita kepada ALLAH SWT.
Dalam
bahasa Arab Sehat yaitu Al-shihah,
dalam Islam fisik atau jasmani masalah
psikis atau jiwa adalah segala
bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya berfungsi
bagi seluruh anggota tubuh manusia sesuai
dengan tujuan pencipta-Nya.[2]
Agama
Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai
kenikmatan kedua setelah Iman Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
“Mohonlah kepada Allah pengampunan, kesehatan dan keyakinan di dunia dan
akhirat. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seseorang setelah keyakinan
(Iman) yang lebih baik daripada kesehatan.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah
dari Abu BAkar, sahih sanadnya dari Ibnu Abbas)
Sebagai Umat
Islam sudah seharusnya kita menampilkan kepribadian yang mantap, pandai, sehat
dan prima walaupun pasti terkadang kita masih suka sakit,itu semua karna Sehat dan Sakit sudah menjadi Sunnatullah. Allah SWT
memberikan contoh yang dapat kita tiru dan mengambil hikmah dari Kisah
raja Thalut, ia adalah pemimpin yang di anugrahi ilmu yang luas
dan tubuh yang perkasa seperti yang tertera dalam (QS.Al-Baqarah (2):247).
Penjelasan ayat menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
adalah;
بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
“menganugerahinya
ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”
Thalut adalah orang yang telah dipilih oleh
Allah.Inilah salah satu sisinya, dan diberi-Nya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa .Pada sisi lain, Allahlah pemilik kekuasaan itu,Dialah Yang
memberlakukannya,dan Dia memilih siapa yang di kehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya.”Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.Karunia-Nya
tidak ada bendaharanya,pemberian-Nya tidak ada batasnya.Dialah yang mengetahui
kebaikan dan bagaimana urusan itu diletakkan pada posisinya secara
proporsional.[3]
Maksudnya Bahwa ketika
waliyul amri (pemimpin) memiliki keluasan ilmu, kemampuan mengatur urusan-urusan, memiliki tubuh yang kuat dan
perkasa maka ia akan lebih mampu memimpin kerajaannya dan akan lebih sempurna
dalam kepemimpinanya tersebut.
Penjelasan ayat
menurut Tafsir Al-Maragi adalah ;
بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْم
“menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”
Allah SWT
memilih Thalut sebagai raja mereka karena ia memiliki beberapa keistimewaan:
1) Bakat secara fitrah yang terdapat pada
dirinya ,merupakan syarat utama bagi seorang yang akan menjadi raja.Karena itu
ia terpilih untuk menduduki jabatan ini.
2) Ia berilmu luas,sehingga memberikan
kemungkinan bagi dirinya mengatur tatanan kerajaan yang di pegangnya.Dengan
ilmunya itu,ia mengetahui titik kelemahan dan potensi kekuatan yang ada dalam
tubuh umatnya.Dengan demikian ia akan dapat mengatur kesemuanya itu dengan
kematangan pikirannya.
3) Bertubuh kekar dan sehat,yang merupakan
pertanda kesehatan pikirannya.Dalam pepatah di katakan,”Akal yang sehat
terdapat pada tubuh yang sehat”.Dengan kekekaran dan kesehatan tubuhnya
itu,memungkinkan bagi dirinya melakukan bela diri sehingga dapat mempengaruhi
orang lain,dan dihormati.
4) Ia berada dalam pertolongan dan taufiq
Allah ,sehingga dengan mudah ia dapat mengadaptasikan dirinya sebagai seorang
raja tanpa adanya kesusahan.Hal ini yang dimaksud oleh firman Allah pada ayat
di atas.
Mengenai persyaratan harta benda untuk menjadi seorang
raja,hal ini tidak penting.Sebab,Jika beberapa persyaratan yang telah
disebutkan di atas telah dipenuhi,maka mudahlah baginya mencari biaya/dana untuk mengatur
pemerintahannya.Banyak di antara umat manusia, yang dapat mendirikan sebuah
Negara ,sedangkan ia sendiri fakir,miskin, dan buta huruf.
Hal ini disebabkan adanya bakat dalam dirinya,yang
ditunjang dengan pengetahuannya tentang masyarakat,maka cukuplah sebagai bekal
baginya untuk naik ke atas jenjang kekuasaan.Dan,mengenai pengaturan tatanan
Negara, maka hal ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan dari para
ilmuwan.Dalm memantapkan kekuasaanya,ia dapat meminta bantuan dari orang-orang
yang kuat dan pemberani.[4]
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa kepribadian yang
mantap, pandai, sehat dan prima harus di biasakan sedini mungkin oleh setiap
muslim agar terbiasa kelak. Sebagaimana Allah Swt Telah memberikan gambaran
melalui kisah Thalut yang telah ada
pada kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita sebagai umat muslim.Sesungguhnya
Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
2. Perintah Untuk Bersatu
Di dalam
Al-Qur’an, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bersatu, bergabung
dalam barisan iman melawan kekufuran (pengingkaran terhadap Allah), menganggap dan
mencintai satu sama lain sebagai saudara sendiri, bersikap memaafkan dan
memberi perlindungan, serta benar-benar menghindari perpecahan, ketidakutuhan,
dan percerai-beraian.
Beriman
wajib, tetapi persatuan orang-orang yang
beriman juga tidak kalah wajib. Sebab, di dalamnya terkandung kemaslahatan yang
mutlak harus diwujudkan dan berujung pada pemeliharaan eksistensi agama itu
sendiri.
Sebaliknya,
saat umat Islam jauh dari persatuan, konsekuensinya adalah hilangnya
implementasi berbagai ajarannya, yang berarti terhalangnya realisasi
kemaslahatan yang amat dibutuhkan manusia.
Tidak heran
bila al-Qurthubi menafsirkan ayat tersebut dengan menyatakan,”Sesungguhnya
Allah Ta’ala menyuruh untuk bersatu dan melarang dari keterceraiberaian, sebab
perpecahan adalah kebinasaan dan persatuan adalah keselamatan.” [5]
Sekalipun
perintah bersatu telah begitu tegas dinyatakan dalam al-Qur`an, namun begitu
pentingnya hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih merasa perlu
menegaskan lagi dalam sabda beliau, ”Wahai manusia, kalian harus bersatu dan
janganlah kalian terpecah. Wahai manusia, kalian harus bersatu dan janganlah
kalian terpecah.”(Riwayat Ahmad)
Seperti yang
kita ketahui bahwa Persatuan sangatlah berpengaruh besar bagi kehidupan
kita,Sebagaimana firman Allah SWT yang
terdapat pada Qs.As-Syura(42): 15
Penjelasan ayat menurut Tafsir Al-Maragi adalah;
وَ اسْتَقِمْ
“dan
tetaplah”
Berdasarkan penjelasan (QS.As-Syura(42):15) di atas dapat kita ketahui
bahwa Allah telah menerangkan bahwa sebagai umat muslim kita harus bersatu
untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Allah
memerintahkan mereka pada ayat-ayat tersebut agar bersatu dalam agama dan jangan
berpecah belah menganiaya, dan menyebutkan bahwa mereka benar-benar telah
berpecah belah mengenai agama setelah mereka di datangi ilmu karena aniaya dan
dengki,membangkang dan sombong,maka Allah SWT.menyuruh Nabi SAW.agar mengajak
mereka kepada persatuan pada agama yang hanif dan berpegang teguh padanya,juga
disuruh agar berdakwah kepada agama tersebut,dan jangan mengikuti hawa nafsu
mereka yang batil.[6]
Penjelasan ayat menurut Tafsir Al-Misbah adalah;
اسْتَقِمْ
“dan
tetaplah”
Penulis
mengemukakan bahwa kata istaqim terambil dari kata (قام)
Qama yang
berartimantap,terlaksana,berkonsentrasi serta konsisten.Sementara ulama
memahaminya terambil dari kata Qama yang bermakna berdiri karena dengan berdiri
manusia akan mampu melakukan sekian banyak hal yang tidak dapat dilaksanakannya
dalam keadaan selain berdiri.
Dengan demikian kata Istaqim adalah perintah untuk
menegakkan sesuatu sehingga ia menjadi sempurna ,dan seluruh yang di harapkan
darinya wujud dalam bentuk sesempurna mungkin,Tidak di sentuh oleh kekurangan
atau keburukan dan kesalahan.[7]
Untuk meraih kriteria Pribadi Muslim di
atas membutuhkan mujahadah dan mulazamah atau kesungguhan dan kesinambungan.
Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meraih
keridloan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami,
benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al
Ankabut : 69.
3. Istiqomah
Istiqomah adalah
pembahasan yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang besar. Oleh karena
itu setiap dari diri kita harus selalu memperhatikannya dan memberikan porsi
yang besar dan kesungguhan serta penjagaan. Sifat istiqomah akan menjadikan
seorang muslim meraih kebahagian baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Dengannya pula seorang hamba akan meraih kemenangan dalam bergulat dengan fitnah yang banyak sekali,
bahkan istiqomah mengakibatkan kesudahan yang baik dari segala urusanya.[8]
Kata
istiqamah adalah salah satu kata yang banyak disebutkan dalam al-Quranul Karim
dan juga di dalam hadits-hadits Nabi yang shahih. Hal ini merupakan suatu
indikasi yang sangat jelas dan gamblang bagi kita akan urgensinya permasalahan
istiqamah ini dalam Islam.
Istiqomah
adalah tegak berdiri di atas prinsip kebenaran yang di yakini nya atau menempuh
jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke
kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah)
lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.Istiqomah merupakan
sikap hidup yang mampu berdiri di atas prinsip Tauhid dan mendorong dirinya
untuk senantiasa konsisten dengan prinsip itu dalam kondisi dan situasi apapun.[9]
Sebagaimana terdapat pada QS.Fushilat(41);30-32).
Penjelasan Ayat menurut Tafsir Al-Qur’an
Al-Adzim adalah;
اسْتَقَامُوا
“meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah)”
Maksud hadits
di atas, seperti yang dikatakan oleh Al-Manawi adalah perbaharuilah keimananmu
kepada ALLAH dengan dzikir dengan hatimu dan berkata dengan lidahmu, sembari
ingat seluruh makna-makna iman yang syar’i, kemudian istiqomahlah, maksudnya
berkonsekwenlah mengerjakan ketaatan (ibadah) dan berhenti dari hal-hal yang
dilarang.Imabalan bagi
yang istiqomah yaitu jalan
yang lurus dan melawan diri mereka hingga dapat istiqomah di atasnya sampai mereka
meninggal dunia, itu diberi kabar gembira oleh ALLAH.[10]
Penjelasan
Ayat menurut TafsirAl-Misbah adalah;
اسْتَقَامُوا
“meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah)”
Menurut arti bahasa ,istiqomah berarti
pelaksanaan sesuatu secara baik dan benar serta bersinambung.Kata ini kemudian
Di pahami dalam artian konsisten dan setia melaksanakan sesuatu sebaik mungkin.
Muslim yang
beristiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya
dalam situasi dan kondisi apapun, baik di bulan Rmadhan maupun di bulan
lainnya. Ia bak batu karang yang tegar mengahadapi gempuran ombak-ombak yang
datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan hidupnya. Ia senantiasa sabar dalam memegang teguh
tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan nilai-nilai kebenaran
dan kebaikan Islam. Ia senantiasa menebar pesona Islam baik dalam ruang
kepribadiannya, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Itulah cahaya yang selalu menjadi pelita kehidupan. Itulah manusia muslim yang
sesungguhnya, selalu istiqomah dalam sepanjang jalan kehidupan.
Kesucian dan ketakwaan yang ada dalam jiwa harus senantiasa
dipertahankan oleh setiap muslim. Hal ini disebabkan kesucian dan ketakwaan ini
bisa mengalami pelarutan, atau bahkan hilang sama sekali. Namun, ada beberapa
tips yang membuat seorang muslim bisa mempertahankan nilai ketakwaan dalam
jiwanya, bahkan mampu meningkatkan kualitasnya.
Penutup ayat di atas yang menekankan tentang
ganjaran yang di peroleh adalah imbalan
dari apa yang di amalkan,bukan sekedar ucapan di bibir,tetapi di buktikan
secara konkret dalam amal perbuatan.[11]
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
1) Sebagai seorang muslim kita harus berupaya
agar memiliki kepribadian yang Sehat secara lahiriah maupun batiniah.
2) Perintah Allah SWT untuk selalu bersatu dalam
menegakkan kebenaran,Serta bersatu untuk menjauhi segala larangan yang telah
ada pada Al-Qur’an sebagaimana yang telah di ajarkan ole Rasulullah SAW.
3) Menjadikan diri sebagai pribadi yang selalu
istiqomah atau berpegang teguh pada ajaran agama tidak hanya secara lisan
melainkan di amalkan pula melalui perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran dan
terjemahnya, cet Mujamma’ Malik Fahd, Saudi Arabia.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,
jilid 2, Beirut,: Darusy-syuruq, 1412H/1992M.
Shihab,
M.Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta,: Lentera Hati, 2002.
Tafsir
Al-Qur’an Al-Adziim, jilid IV, hal.99
Suryana,
A.Toto, Pendidikan Agama Islam, Bandung,:Tiga Mutiara, 1997.
al-Jami’
li Ahkam al-Qur’an, IV:159
Al-Maragi,
Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, juz xxv,Semarang-Indonesia,: PT.Karya Toha Putra Semarang,1993.
al-Hanbali,
Ibnu Rajab, Jami’ul Ulum wal Hikam
[1] Al Quran dan terjemahnya, cet Mujamma’ Malik
Fahd, Saudi Arabia.
[3] Sayyid Quthb,Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,Di Bawah
Naungan Al-Qur’an jilid 2,Darusy-syuruq,Beirut,1412H/1992M,hal.180
[4] Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir
Al-Maragi, Edisi Bahasa Arab juz II,PT.Karya Toha
Putra Semarang,Semarang-Indonesia,1993,hal.375
[6] Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi,Edisi Bahasa
Arab juz xxv,PT.Karya Toha Putra Semarang,Semarang-Indonesia,1993,hal.48
[7] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.Pesan,kesan
dan keserasian Al-Qur’an,Vol 12,Lentera Hati,Jakarta,2002,hal 477
[8] Ibnu Rajab al-Hanbali ,Jami’ul Ulum wal Hikam
[9] A.Toto Suryana,Pendidikan Agama Islam,Tiga
Mutiara,Bandung,1997
[11] M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah.Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an,Vol 13,Lentera
Hati,Jakarta,2002,hal 85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar