Selasa, 24 Mei 2016

PROBLEM SOLVING


A.    Definisi Problem Solving

Problem Solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan cara - cara lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Adapun ciri-ciri metode pembelajaran problem solving, yaitu diantaranya[1] :

1. Siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil
2.  Pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya
3.      Siswa menggunakan banyak pendekatan dalam belajar
4.  Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) diantara semua siswa


George Polya: (1962), yang diacu dalam Stephen Reed (2013), mengatakan bahwa menyelesaikan sebuah masalah artinya menemukan jalan untuk keluar dari masalah, mendapatkan sebuah penyelesaian/tujuan  dari suatu masalah yang tidak terpecahkan. Menyelesaikan sebuah masalah adalah pencapaian spesifik dari suatu kemampuan intelejen, dan kemampuan intelejen adalah sebuah anugrah bagi manusia. Kemampuan menyelesaikan masalah dapat dianggap sebagai sebuah karakteristik dari aktivitas manusia.
Teknik belajar Problem Solving adalah salah satu rangkaian teknik belajar yang objeknya adalah penyelesaian sebuah masalah oleh siswa/peserta didik. Menurut Karen dalam Rosalin (2008:57), model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Guru hendaknya dapat merangsang siswa dalam memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. CPS terdiri dari problem solving yaitu bagian dari pemikiran analitis (analytical thinking) dan kreativitas siswa.
Osborn dalam Rosalin (2008:58) mengatakan bahwa CPS mempunyai tiga prosedur, yaitu ;
1.      Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan dan meneliti data atau informasi yang bersangkutan.
2.      Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
3.      Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak pemecahan masalah.
Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Pepkin (2000:63) indikatornya sebagai berikut :
1.      Siswa mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah.
2.      Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah.
3.      Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada.
4.      Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal.
Selain itu, dalam proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan metode problem solving, dapat dilakukan penilaian proses menurut HOSA (2011) sebagai berikut :
1.          Mengerti masalah;
2.          Efektifitas menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam pemecahan masalah;
3.          Penyelesaian yang logis;
4.          Penyelesaian adalah hal penting dan bekerjasama;
5.          Memberikan solusi yang baik dengan menyertakan data atau fakta-fakta;

B.     Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Problem Solving
Manfaat dari penggunaan problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Problem Solving Learning memberikan beberapa manfaat antara lain :
1.      Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri
2.      Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
3.      Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang benar–benar dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif.
4.      Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif mandiri, kritis analisis baik secara individual maupun kelompok.[2]

Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
1.      Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2.      Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3.      Potensi intelektual siswa meningkat.
4.      Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan[3]




C.    Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving
Dari beberapa sumber terdapat beberapa langkah – langkah yang bisa diikuti saat melakukan pembelajaran problem solving. Menurut Bahri (2006: 91-92) langkah-langkah penggunaan pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
1.          Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf  kemampuannya.
2.          Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan berdiskusi.
3.          Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
4.          Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
5.          Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Menurut Ridwan (2013: 243), langkah-langkah pembelajaran problem solving untuk peserta didik yang belum mampu berpikir tingkat tinggi dapat dirancang sebagai berikut :
1.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2.      Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya
3.      Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar
4.      Peserta didik mencari literatur yang mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru
5.      Peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan permasalahan
6.      Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru




dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:
Fokus pada masalah
“Apa yg terjadi?”
Buat gambar / sketsa.
Tentukan pertanyaan.

Paparkan konsep yang relevan
Identifkasi semua variabel
Buat diagram hubungan antarvariabel
Tentukan sasaran permasalahan
Nyatakan hubungan antarvariabel

Susun rencana penyelesaian masalah
Pilih hubungan yang terkait dengan sasaran
Cek hubungan antarvariabel yang belum diidentifikasi

Pelaksanaan penyelesaian masalah
Lakukan perhitungan (jika ada) terkait dengan upaya mencari sasaran menggunakan hubungan antarvariabel

Evaluasi solusi
Cek jawaban / sasaran yang diperoleh (kesesuaian dan kelengkapan)
Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan berdasarkan problem solving. Peserta didik harus melakukan penyelidikan untuk mencari penyelesaian masalah : menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan.
Sementara itu, prosedur pembelajaran problem solving untuk peserta didik yang mampu berpikir kritis, produktif, dan kreatif adalah :
1.      Menyajikan permasalahan
2.      Mengidentifikasi permasalahan
3.      Mencari alternatif penyelesaian masalah
4.      Menilai setiap alternatif penyelesaian masalah
5.      Menarik kesimpulan
dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:
Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Peserta Didil
Menyajikan masalah
Menyajikan masalah dan memusatkan perhatian peserta didik pada permasalahan dengan memberi kesan umum dan pemahaman global tentang batas – batas ruang lingkup masalah yang akan dibahas lebih lanjut ke dalam submasalah sebagai satu kesatuan.
Memberikan perhatian pada permasalahan dan memberikan kesiapan belajar untuk menemukan persoalan
Identifikasi masalah
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memberikan respons sebagai tolak ukur kemampuan awal dalam mengidentifikasi.
Merumuskan masalah
Mencari alternatif pemecahan masalah
Menyiapkan bahan dan alat sebagai sumber belajar yang dapat berupa buku, grafik, lingkungan, bagan, dan sebagainya..
Melakukan percobaan atau mengemukakan berbagai macam argumen dalam proses pembelajaran secara mandiri
Menilai setiap alternatif pemecahan masalah
Melakukan evaluasi terhadap teknik pemecahan yang dilakukan
Mengumpulkan dan mengolah data penyelidikan terhadap setiap alternatif pemecahan masalah dan menyajikan data / informasi berdasarkan penyelidikan, kemudian dianalisis untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan alternatif pemecahan mana yang paling tepat diantara alternatif pemecahan masalah yang ada.
Menarik kesimpulan
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tentang jawaban pemecahan masalah
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tentang jawaban pemecahan masalah.

Menurut Dewey, sintak pembelajaran Problem Solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut[4] :
1.        Merumuskan masalah, Kemampuan yang diperlukan adalah : mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
2.        Menelaah masalah, Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.        Merumuskan hipotesis, Kemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
4.        Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis,
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
5.        Pembuktian hipotesis, Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.        Menentukan Pilihan Penyelesaian, Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Menurut David Merril (2012: 107)[5], desain arsitektur analisis problem solving secara umum digambarkan sebagai berikut:

Problem Presetation

Cotext
Organization
Hisory
Culture
Stakeholder

Articulate Problem

Parameters Constrains

Generate Solution Options

Augmentation/Justification

Problem Representation Tools

Diciplinary Views

Sociological
Economic
Scentific
Pshylogical
Etc.

Perspective

Thematic Views
 


















D.    Perangkat Pembelajaran Problem Solving
Untuk menerapkan pembelajaran problem solving diperlukan beberapa perangkat terutama, yaitu diantaranya :
1.        Perangkat Software
Perangkat software berhubungan dengan mengaitkan beberapa metode, dimana setiap proses pembelajaan seorang guru tidak dilepaskan dari peranan metode, akan tetapi tak semua metode yang guru pakai dapat menghasilkan output yang baik, guru harus mengajar dengan metode  yang dapat menemukan dan  membimbing anak ke arah pemecahan masalah. Tapi tak semua metode bisa digunakan sebagi proses problem solving paling tidak metode tersebut  mempunyai nilai-nilai sebagai berikut:
a.       Keaktifan
Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya untuk memecahkan masalah serta membangun konsep-konsep yang akan dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi pembelajar didalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.
b.      Kreativitas
Dengan kekreativitasan seorang siswa baik individual maupun kelompok dituntut untuk menghasilkan penemuan-penemuan sebagai manifestasi dari pemecahan masalah. Oleh karenanya penting bagi siswa untuk sejak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. Berkreativitasnya  siswa dapat menghantarkan daya pikir kritis dalam memecahkan masalah dan tentunya setiap metode harus didukung oleh fasilitas tertentu yang dapat mengarah kepada tercapainya tujuan dalam proses pembelajaran. [6]
2.      Perangkat Hardware
Perangkat hardware ini berhubungan atau terkait dengan teknik pembelajaran, teknik pembelajaran ialah  jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru dalam rangka mendidik siswanya guna tercapainya tujuan pembelajaran ( Garlach dan Ely, 1980 ). Dengan adanya teknik pembelajaran di dalam proses pembelajaran di harapkan dapat membantu siswa didalam mengembangkan pemikiran mereka untuk memecahkan suatu permasalahan.

E.         Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving[7]
1.       Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
a.       Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
b.      Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
c.       Berpikir dan bertindak kreatif.
d.       Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
e.       Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
f.       Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
g.      Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
h.      Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja
i.        Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
j.        Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
k.      Mendidik siswa percaya diri sendiri.       
2.       Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
a.       Memerlukan cukup banyak waktu.
b.      Melibatkan lebih banyak orang.
c.       Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
d.       Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
e.        Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif

F.          Mengembangkan Keterampilan Metode Problem Solving
Dalam pembelajaran problem solving harus disiapkan permasalahan yang akan diberikan pada siswa untuk dipecahkan. Cara untuk mempersiapkan permasalahan yang efektif menurut Alipandie (2003) yaitu:
1.      Problem yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid
2.      Para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara-cara memecahkan masalah yang dimaksud
3.      Masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktual dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi dan minat belajar para murid
4.      Disamping bimbingan guru secara continue hendaknya tersedia sarana pembelajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Selain itu guru harus menyiapkan sarana dan waktu yang cukup untuk berpikir dan berdiskusi dalam pemecahan masalah tersebut. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belum pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
Dalam proses pemecahan masalah siswa harus memiliki kondisi belajar dalam diri pelajar dan kondisi dalam situasi belajar. Kondisi dalam diri pelajar merupakan kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu. Sedangkan kondisi dalam situasi belajar merupakan bimbingan oleh anak itu sendiri kepada dirinya dalam hal belajar untuk mendorong anak untuk mengingat kembali aturan yang diperlukan. Dengan metode problem solving ini diharapkan siswa dapat memecahkan masalah-masalah dalam berbagai mata pelajaran. Metode ini juga dapat melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah yang erat dengan kehidupannya. Karena kemampuan untuk memecahkan permasalahan sangat diperlukan oleh setiap individu.

G.        Contoh Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving
1.      PENGARUH MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD
(I Nyoman Budiana, Universitas Pendidikan Ganesha, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Budiana berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terkait kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan dengan model CPS lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di SD Negeri Gugus VI Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2012/2013. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah – masalah dalam pokok bahasan bangun ruang. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat kesimpulan bahwa model CPS mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas.

2.      PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA MATADIKLAT PENGETAHUAN DASAR TEKNIK BANGUNAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(Bambang Widarta Universitas Negeri Malang, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang Widarta (yang ditulis dalam jurnalnya) terhadap siswa Kelas X SMK Negeri 1 Singosari Malang tahun pelajaran 2010/2011, berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan melalui metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah dan siswa yang dibelajarkan melalui metode konvensional. Penggunaaan metode pembelajaran pemecahan masalah menghasilkan rerata skor hasil belajar yang lebih tinggi dibanding metode konvensional. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matadiklat PDTB di SMK lebih unggul dibandingkan metode pembelajaran konvensional ditinjau dari perolehan hasil belajar, baik terhadap siswa dengan motivasi berprestasi tinggi maupun terhadap siswa dengan motivasi berprestasi rendah. Penerapam reative problem solving memberikan hasil yaitu siswa relatif menjadi lebih aktif untuk berpikir dan bekerja, karena dihadapkan pada permasalahan nyata yang harus dipecahkan, keterampilan siswa dalam memecahkan masalah secara otomatis akan meningkat, dan siswa dilatih untuk dapat bekerja secara tim.















[1] Wina sanjaya, Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi.( 2005) Hal: 108
[2] Jurnal PDF, Pengembangan Metode Problem Solving Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. (Authors by : Dyah Kumalasari, 2010)
[3] Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta :  Gaung Perada Press, 2007)
[4] John Dewey, Human Nature and Conduct. (New York: Dover Publication, 2002) p 115
[5] David Merril, Innovation in Instructional Technology. (Psychology Press,2012) h. 107
[6]    Jurnal PDF, Pengembangan Metode Problem Solving Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. (Authors by : Dyah Kumalasari, 2010)
[7] Patricia &Tillman, Instructional Design, (Willey Jossey Bass Education, 2005)  h. 217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar