A. Definisi Problem Solving
Problem Solving (pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,
sebab dalam problem solving dapat
menggunakan cara - cara lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental
individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara
mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Adapun
ciri-ciri metode pembelajaran problem solving, yaitu diantaranya[1] :
1. Siswa bekerja secara individual atau bekerja
dalam kelompok kecil
2. Pembelajaran ditekankan kepada materi
pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih
disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya
3.
Siswa menggunakan banyak pendekatan dalam
belajar
4. Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar
pendapat (sharing) diantara semua siswa
George Polya: (1962), yang diacu dalam Stephen
Reed (2013), mengatakan bahwa menyelesaikan sebuah masalah artinya menemukan
jalan untuk keluar dari masalah, mendapatkan sebuah penyelesaian/tujuan dari suatu masalah yang tidak terpecahkan.
Menyelesaikan sebuah masalah adalah pencapaian spesifik dari suatu kemampuan
intelejen, dan kemampuan intelejen adalah sebuah anugrah bagi manusia.
Kemampuan menyelesaikan masalah dapat dianggap sebagai sebuah karakteristik
dari aktivitas manusia.
Teknik belajar Problem Solving adalah
salah satu rangkaian teknik belajar yang objeknya adalah penyelesaian sebuah
masalah oleh siswa/peserta didik. Menurut Karen dalam Rosalin (2008:57), model
Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat
pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
Guru hendaknya dapat merangsang siswa dalam memecahkan masalah sehingga dapat
meningkatkan keterampilan proses dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
CPS terdiri dari problem solving yaitu bagian dari pemikiran analitis
(analytical thinking) dan kreativitas siswa.
Osborn dalam Rosalin (2008:58) mengatakan
bahwa CPS mempunyai tiga prosedur, yaitu ;
1.
Menemukan fakta, melibatkan
penggambaran masalah, mengumpulkan dan meneliti data atau informasi yang bersangkutan.
2.
Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan
dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
3.
Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif
sebagai puncak pemecahan masalah.
Indikator
merupakan sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut
Pepkin (2000:63) indikatornya sebagai berikut :
1.
Siswa mampu menyatakan urutan langkah-langkah
pemecahan masalah.
2.
Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan
strategi pemecahan masalah.
3.
Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi
kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada.
4.
Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang
optimal.
Selain itu, dalam proses pembelajaran yang
berlangsung menggunakan metode problem solving, dapat dilakukan
penilaian proses menurut HOSA (2011) sebagai berikut :
1.
Mengerti masalah;
2.
Efektifitas menggunakan pengetahuan dan
pengalaman dalam pemecahan masalah;
3.
Penyelesaian yang logis;
4.
Penyelesaian adalah hal penting dan
bekerjasama;
5.
Memberikan solusi yang baik dengan menyertakan
data atau fakta-fakta;
B. Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Problem
Solving
Manfaat dari penggunaan problem solving
pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik. Problem Solving Learning memberikan beberapa manfaat antara lain :
1.
Mengembangkan
sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil
keputusan secara objektif dan mandiri
2.
Mengembangkan
kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan
berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
3.
Melalui problem
solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang
benar–benar dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam
altenatif.
4.
Membina
pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif
mandiri, kritis analisis baik secara individual maupun kelompok.[2]
Tujuan
dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi
yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam
sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
C. Langkah-langkah
Model Pembelajaran Problem Solving
Dari beberapa sumber
terdapat beberapa langkah – langkah yang bisa diikuti saat melakukan pembelajaran
problem solving. Menurut Bahri (2006:
91-92) langkah-langkah
penggunaan pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
1.
Adanya
masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
2.
Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul.
Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan berdiskusi.
3.
Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja didasarkan
pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
4.
Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin bahwa jawaban
tersebut betul-betul cocok.
5.
Menarik
kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban
dari masalah tadi.
Menurut Ridwan (2013: 243), langkah-langkah
pembelajaran problem solving untuk peserta didik yang belum mampu
berpikir tingkat tinggi dapat dirancang sebagai berikut :
1.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
2.
Guru memberikan
permasalahan yang perlu dicari solusinya
3.
Guru menjelaskan prosedur
pemecahan masalah yang benar
4.
Peserta didik mencari
literatur yang mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru
5.
Peserta didik menetapkan
beberapa solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan permasalahan
6.
Peserta didik melaporkan
tugas yang diberikan guru
dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:
Fokus pada masalah
“Apa yg terjadi?”
|
Buat gambar / sketsa.
Tentukan pertanyaan.
|
Paparkan konsep yang relevan
|
Identifkasi semua variabel
Buat diagram hubungan antarvariabel
Tentukan sasaran permasalahan
Nyatakan hubungan antarvariabel
|
Susun rencana penyelesaian masalah
|
Pilih hubungan yang terkait dengan sasaran
Cek hubungan antarvariabel yang belum
diidentifikasi
|
Pelaksanaan penyelesaian masalah
|
Lakukan perhitungan (jika ada) terkait dengan
upaya mencari sasaran menggunakan hubungan antarvariabel
|
Evaluasi solusi
|
Cek jawaban / sasaran yang diperoleh (kesesuaian
dan kelengkapan)
|
Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan
penemuan berdasarkan problem solving. Peserta didik harus melakukan penyelidikan untuk mencari
penyelesaian masalah : menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan.
Sementara itu, prosedur pembelajaran problem
solving untuk peserta didik yang mampu berpikir kritis, produktif, dan
kreatif adalah :
1.
Menyajikan permasalahan
2.
Mengidentifikasi
permasalahan
3.
Mencari alternatif
penyelesaian masalah
4.
Menilai setiap alternatif
penyelesaian masalah
5.
Menarik kesimpulan
dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut:
Tahapan
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Peserta Didil
|
Menyajikan masalah
|
Menyajikan masalah dan memusatkan perhatian peserta didik pada
permasalahan dengan memberi kesan umum dan pemahaman global tentang batas –
batas ruang lingkup masalah yang akan dibahas lebih lanjut ke dalam
submasalah sebagai satu kesatuan.
|
Memberikan perhatian pada permasalahan dan memberikan kesiapan belajar
untuk menemukan persoalan
|
Identifikasi masalah
|
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memberikan respons
sebagai tolak ukur kemampuan awal dalam mengidentifikasi.
|
Merumuskan masalah
|
Mencari alternatif pemecahan masalah
|
Menyiapkan bahan dan alat sebagai sumber belajar yang dapat berupa
buku, grafik, lingkungan, bagan, dan sebagainya..
|
Melakukan percobaan atau mengemukakan berbagai macam argumen dalam
proses pembelajaran secara mandiri
|
Menilai setiap alternatif pemecahan masalah
|
Melakukan evaluasi terhadap teknik pemecahan yang dilakukan
|
Mengumpulkan dan mengolah data penyelidikan terhadap setiap alternatif
pemecahan masalah dan menyajikan data / informasi berdasarkan penyelidikan,
kemudian dianalisis untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan alternatif
pemecahan mana yang paling tepat diantara alternatif pemecahan masalah yang
ada.
|
Menarik kesimpulan
|
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tentang jawaban
pemecahan masalah
|
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tentang jawaban
pemecahan masalah.
|
1.
Merumuskan masalah, Kemampuan yang diperlukan adalah : mengetahui
dan merumuskan masalah secara jelas.
2.
Menelaah masalah, Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan
pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.
Merumuskan hipotesis, Kemampuan yang diperlukan adalah :
berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif
penyelesaian.
4.
Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis,
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
5.
Pembuktian hipotesis, Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan
menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung,
serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.
Menentukan Pilihan Penyelesaian, Kemampuan yang diperlukan adalah
: kecakapan membuat alternatif penyelesaian, kecakapan menilai pilihan dengan
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Menurut David Merril
(2012: 107)[5],
desain arsitektur analisis problem
solving secara umum digambarkan sebagai berikut:
Problem
Presetation
|
Cotext
Organization Hisory Culture Stakeholder |
Articulate
Problem
|
Parameters Constrains
|
Generate
Solution Options
|
Augmentation/Justification
|
Problem
Representation Tools
|
Diciplinary
Views
|
Sociological
Economic Scentific Pshylogical Etc. |
Perspective
|
Thematic
Views
|
D. Perangkat Pembelajaran Problem Solving
Untuk menerapkan pembelajaran problem solving
diperlukan beberapa perangkat terutama, yaitu diantaranya :
1.
Perangkat Software
Perangkat software berhubungan dengan
mengaitkan beberapa metode, dimana setiap proses pembelajaan seorang guru tidak
dilepaskan dari peranan metode, akan tetapi tak semua metode yang guru pakai
dapat menghasilkan output yang baik, guru harus mengajar dengan metode yang dapat menemukan dan membimbing
anak ke arah pemecahan masalah. Tapi tak semua metode bisa digunakan sebagi
proses problem solving paling tidak metode tersebut mempunyai
nilai-nilai sebagai berikut:
a.
Keaktifan
Dengan
keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengeksplorasi pengetahuannya untuk memecahkan masalah serta membangun
konsep-konsep yang akan dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan
memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat
menjadi bekal untuk menjadi pembelajar didalam memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran.
b.
Kreativitas
Dengan
kekreativitasan seorang siswa baik individual maupun kelompok dituntut untuk
menghasilkan penemuan-penemuan sebagai manifestasi dari pemecahan masalah. Oleh
karenanya penting bagi siswa untuk sejak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau
belajar mengkreasi sesuatu. Berkreativitasnya siswa dapat menghantarkan
daya pikir kritis dalam memecahkan masalah dan tentunya setiap metode harus
didukung oleh fasilitas tertentu yang dapat mengarah kepada tercapainya tujuan
dalam proses pembelajaran. [6]
2. Perangkat Hardware
Perangkat hardware ini berhubungan atau
terkait dengan teknik pembelajaran, teknik pembelajaran ialah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh
guru dalam rangka mendidik siswanya guna tercapainya tujuan pembelajaran (
Garlach dan Ely, 1980 ). Dengan adanya teknik pembelajaran di dalam proses pembelajaran
di harapkan dapat membantu siswa didalam mengembangkan pemikiran mereka untuk
memecahkan suatu permasalahan.
1.
Kelebihan pembelajaran
problem solving antara lain sebagai berikut:
a.
Mendidik
siswa untuk berpikir secara sistematis.
b.
Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
c.
Berpikir
dan bertindak kreatif.
d.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara
realistis
e.
Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
f.
Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
g.
Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
h.
Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja
i.
Mampu
mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
j.
Belajar
menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
k.
Mendidik
siswa percaya diri sendiri.
2.
Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain
sebagai berikut:
a.
Memerlukan
cukup banyak waktu.
b.
Melibatkan
lebih banyak orang.
c.
Tidak
semua materi pelajaran mengandung masalah.
d.
Memerlukan perencanaan yang teratur dan
matang.
e.
Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa
yang pasif
F.
Mengembangkan
Keterampilan Metode Problem Solving
Dalam pembelajaran problem solving harus disiapkan permasalahan
yang akan diberikan pada siswa untuk dipecahkan. Cara untuk mempersiapkan
permasalahan yang efektif menurut Alipandie (2003) yaitu:
1. Problem yang diajukan hendaknya
benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid
2. Para murid hendaknya terlebih
dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara-cara
memecahkan masalah yang dimaksud
3.
Masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktual
dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan motivasi
dan minat belajar para murid
4.
Disamping bimbingan guru secara continue hendaknya tersedia sarana
pembelajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
Untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya
mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Selain
itu guru harus menyiapkan sarana dan waktu yang cukup untuk berpikir dan
berdiskusi dalam pemecahan masalah tersebut. Masalah yang menarik bagi
siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belum pernah
disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya
berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka miliki.
Dalam proses pemecahan masalah siswa harus memiliki kondisi
belajar dalam diri pelajar dan kondisi dalam situasi belajar. Kondisi dalam
diri pelajar merupakan kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang
telah dipelajari sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu.
Sedangkan kondisi dalam situasi belajar merupakan bimbingan oleh anak itu
sendiri kepada dirinya dalam hal belajar untuk mendorong anak untuk mengingat
kembali aturan yang diperlukan. Dengan metode problem solving ini diharapkan siswa dapat
memecahkan masalah-masalah dalam berbagai mata pelajaran. Metode ini juga dapat
melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah yang erat dengan kehidupannya.
Karena kemampuan untuk memecahkan permasalahan sangat diperlukan oleh setiap
individu.
G.
Contoh
Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving
1.
PENGARUH MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD
(I Nyoman Budiana, Universitas
Pendidikan Ganesha, 2010)
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh I Nyoman Budiana berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan terkait kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
dibelajarkan dengan model CPS lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional pada pada mata pelajaran Matematika
siswa kelas V di SD Negeri Gugus VI Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung
tahun pelajaran 2012/2013. Dalam
proses pembelajaran, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah – masalah dalam
pokok bahasan bangun ruang. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat
kesimpulan bahwa model CPS mampu dijadikan sebagai
salah satu alternatif model pembelajaran di kelas.
2.
PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH PADA
MATADIKLAT PENGETAHUAN DASAR TEKNIK BANGUNAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(Bambang Widarta Universitas Negeri Malang, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bambang Widarta (yang ditulis dalam jurnalnya) terhadap siswa
Kelas X SMK Negeri 1 Singosari Malang tahun pelajaran 2010/2011, berhasil
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara
siswa yang dibelajarkan melalui metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah
dan siswa yang dibelajarkan melalui metode konvensional. Penggunaaan metode
pembelajaran pemecahan masalah menghasilkan rerata skor hasil belajar yang
lebih tinggi dibanding metode konvensional. Berdasarkan temuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran matadiklat PDTB di SMK lebih unggul dibandingkan metode
pembelajaran konvensional ditinjau dari perolehan hasil belajar, baik terhadap
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi maupun terhadap siswa dengan motivasi
berprestasi rendah. Penerapam reative problem solving memberikan hasil
yaitu siswa relatif menjadi lebih aktif untuk berpikir dan bekerja, karena
dihadapkan pada permasalahan nyata yang harus dipecahkan, keterampilan siswa
dalam memecahkan masalah secara otomatis akan meningkat, dan siswa dilatih
untuk dapat bekerja secara tim.
[2] Jurnal PDF, Pengembangan
Metode Problem Solving Untuk
Peningkatan Kualitas Pembelajaran. (Authors
by : Dyah Kumalasari, 2010)
[3] Martinis Yamin,
Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta : Gaung Perada Press, 2007)
[6]
Jurnal PDF, Pengembangan Metode Problem
Solving Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. (Authors by : Dyah Kumalasari, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar